09. Sembunyi

482 134 17
                                    

Kemarin sok sibuk akunya, maaf telat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemarin sok sibuk akunya, maaf telat.

Happy Reading 💙

***

"Loh, Olap?"

Seluruh pasang mata kini terpusat pada satu hal. Kian, yang baru saja menemukan tutup pulpennya. 

Liam, teman sebangku Kian mencolek siku tangannya dengan tidak sabaran. 

"Lo kenal dia?" bisiknya.

Pertanyaan Liam disuarakan lagi oleh Bu Mujair. "Kalian sudah saling kenal?"

"Ya."

"Nggak!"

Kian dan Rintik menjawab secara bersamaan, membuat semua orang di kelas XI IPS 3 itu bingung mau percaya pada siapa.

Sebelum mereka memutuskan percaya pada salah satu dari dua orang itu, Kian angkat suara tanpa berpikir banyak. Rautnya tampak tidak terima. Dia menatap Rintik dengan tulisan protes khayali yang tertulis besar-besar di jidatnya.

"Olap, kok lo bilang gitu, sih? Lo kan—"

"Iya, Bu. Kita sempat ketemu. Jadi kenal." Rintik cepat-cepat memotong ucapan Kian. Perasaannya sudah tidak enak apalagi melihat wajah-wajah julid teman-teman Kian. Bagaimana kalau mereka tahu dia ngekos di kosan punya bapaknya Kian? Hidup Rintik pasti akan semakin terguncang.

"Oh. Baguslah." Bu Mujair memindai ke seluruh penjuru kelas. "Nah, kamu yang memakai jepit kuning."

Citra, yang tadi bedaknya diminta Aheng, menunjuk dirinya sendiri setelah celingukan.

"Iya, kamu."

"Kenapa, Bu?"

"Duduk sendiri?" tanya Bu Mujair.

"Iya, Bu." 

"Baiklah. Kamu duduk di sana dengannya," ujar Bu Mujair pada Rintik. Dia menunjuk bangku ketiga jajaran kedua dari pintu. 

Rintik ingin mengajukan protes karena tepat di belakang seberangnya Kian duduk. Namun akan aneh rasanya kalau dia terang-terangan menghindari Kian.

"Iya, terima kasih, Bu."

"Ya. Untuk jam pelajaran pertama, ada titipan ekonomi dari Pak Budi. Silakan dipelajari sendiri dan jangan ribut."

Sepeninggal Bu Mujair, Rintik melangkah pelan menuju kursinya. Pandangannya menatap lurus-lurus ke depan seolah dia sedang latihan LKBB Pramuka di mana dia harus terus menatap ke depan dengan mengambil satu titik fokus.

CANCERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang