21. Temui [A]

367 105 10
                                    

Story by : saskiafadillaaa

Happy Reading 💚

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Begitu bel pulang sekolah berbunyi, Rintik segera merapikan alat tulisnya ke dalam tas, begitupun dengan Kian. Liam sampai terheran-heran melihat Kian yang berlagak sok sibuk.

"Lo mau ke mana abis ini, Yan?"

"Ke mana aja asal nggak ke rahmatullah, pahala gue masih dikit."

Liam mencebik. Tidak puas dengan jawaban Kian.

"Lo aneh banget dah, akhir-akhir ini." Liam menaikkan kakinya ke atas meja, menghalangi Kian yang ingin keluar dari bangkunya. Posisi Kian yang duduk dekat tembok saat ini cukup merugikan.

"Emang gue biasanya normal?" tanya Kian sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Tuh, tuh." Liam semakin heboh. "Lo menyadari kegoblokan lo selama ini, jangan bilang …" 

Kian menarik tubuhnya ke belakang sampai mentok ke dinding. Ngeri sendiri melihat Liam yang menangkup mulutnya penuh drama apalagi matanya mendadak berkaca-kaca.

"Apa? Apa?" tanya Kian was-was.

"Lo …." Liam meraba kening Kian, "habis di ruqyah Ustadz Danu?"

"Sok belegug ah maneh!" Kian menepis tangan Kian yang masih bertengger di keningnya. Ekor matanya menangkap bayangan Rintik yang sudah keluar kelas. "Minggir, minggir. Anak sulung Bapak Haji Komarudin yang paling ganteng se-kompleks mau lewat."

Kian mendorong kaki Liam dengan tenaga yang agak berlebihan, atau memang Liam saja yang lemah, karena begitu didorong cowok itu langsung terjungkal dari kursinya.

"Anjim, lo tega banget, Yan!" teriak Liam seraya mengusap bokongnya.

Aheng yang sudah bersiap keluar kelas menatap Liam dengan tatapan iba. "Ck, ck, ck. Kasian lo." 

"Aheng sayang, bantuin," ujar Liam, mengulurkan tangannya minta dibantu berdiri.

"Mau gue bantuin, Yam?" tanya Jae, mendadak berbaik hati. Liam mengangguk kecil seperti seorang protagonis dalam sinetron yang habis dianiaya, lemah tak berdaya.

Ilham menggeleng heran. "Gue kalau jadi lo, gue nggak bakal—"

Suara bom alamiah yang mengeluarkan bau tak sedap menghentikan ucapan Ilham. Tersangkanya adalah Jae yang sedang memegang belakang bokongnya seolah menangkup semua gas berbau busuk itu. Tanpa berperikemanusiaan, tangan durjana itu Jae simpan di hidung Liam alih-alih mengambil tangannya yang terulur untuk dibantu berdiri.

CANCERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang