Story by: saskiafadillaaa
***
"Sumpah? Lo nggak mau main dulu gitu sebelum ujian? Healing, healing?"
Meira bertanya tidak percaya pada sahabatnya yang saat ini serius membaca soal-soal latihan. Padahal, mereka sedang istirahat dan berada di kantin.
"Nanti aja habis ujian mainnya, hitung-hitung self-reward," ujar Rintik seraya membuat tanda silang di opsi C. Gadis itu kemudian membaca soal berikutnya setelah meminum jus jambunya.
Meira mengerucutkan bibirnya. "Lo ambis banget deh," ujarnya.
"Kalau nggak gini gue nggak bisa masuk UI nanti." Rintik tersenyum, mengalihkan tatapnya sejenak pada Meira yang bertopang dagu sambil mengaduk minumannya dengan sedotan.
"Lo pasti bisa masuk, Rin." ujar Meira tanpa berpikir karena baginya, siapapun yang melihat Rintik, dia akan meyakini kalau gadis itu bisa melakukan segalanya. Gadis itu, sahabatnya itu, dia selalu bersinar kemanapun dia pergi. "Lo udah pinter, nggak kayak gue, pasti lolos deh. Yakin gue."
Mendengar ucapan terakhir Meira, Rintik berhenti membaca soal, meletakkan pensilnya ke meja dengan perlahan kemudian menatap Meira dengan sorot mata bertanya-tanya. Namun, Meira tak bisa menangkap arti sorot mata itu. Meira mengerutkan keningnya melihat Rintik.
"Kenapa? Gue salah?"
Rintik menggeleng pelan. "Nggak. Aku cuma ... kaget. Ekspektasi kamu gitu ke aku?"
"Emang harusnya gimana? Emang iya lo pinter. Cantik lagi. Yang bagus-bagus lo borong semua deh kayaknya hahaha." Meira tertawa sampai matanya menyipit. Sementara Rintik bingung menanggapinya. Karena, sejujurnya, dia tidak merasa begitu.
"Aku nggak bisa kayak gini kalau nggak berusaha keras, Mei," aku Rintik. "Menurutku, nggak ada yang namanya pintar atau bodoh, yang ada tuh yang berusaha dan yang nggak mau berusaha. Itu yang membedakan manusia satu dengan manusia lainnya. Kamu sendiri tahu gimana jam belajarku dan jadwal les aku, kan?"
Meira mengangguk tetapi tidak menatap Rintik secara langsung seperti yang Rintik lakukan padanya. Dia menyibukkan diri dengan meminum minumannya.
"Dan menurutku, daya tarik setiap wanita nggak harus dinilai berdasarkan fisik."
"Tapi kebanyakan emang gitu nggak sih?" tanya Meira.
"Aku nggak bisa bilang 'nggak' sih. Karena biasanya manusia menilai berdasarkan apa yang dia lihat. Tapi, menurutku wanita yang cerdas dan berwawasan luas itu lebih menarik, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
CANCER
Novela JuvenilOneDream_id : CANCER Story by : @saskiafadillaaa . . Bermula dari acara reuni sekolah, keinginan Rintik Hujan untuk kembali ke masa lalu semakin membuncah. Dia ingin menelusuri kembali jejak yang bisa mencegah kematian kedua orang tuanya. Maka denga...