17. Akui

368 109 12
                                    

Story by : saskiafadillaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Story by : saskiafadillaaa

Bung tteuneun momeun machi
Like a roller coaster~

Happy Reading 💚

***

Kian tidak mungkin langsung membawa pulang Rintik. Dia takut orangtuanya memarahinya karena tidak bisa menjaga Rintik dengan baik. Maka, dia pun membawa Rintik ke Tirta Gempita, tepatnya ke ruang kerja almarhum kakeknya yang biasa dia kunjungi ketika ingin menyendiri. Selain karena takut dimarahi orangtuanya, jarak dari Taman Ayodya lebih dekat daripada ke rumah.

Sebelumnya, di perjalanan Kian membeli obat-obatan. Jadi saat ini dia menenteng dua kantong keresek. Oh, tidak, ternyata tiga.

Kian membuka pintu ruang kerja milik Kakek kemudian mempersilahkan Rintik masuk. Kian menyalakan lampu hingga Rintik bisa melihat dengan jelas seluruh ruangan dengan dominasi warna abu putih ini.

Di dalam ruangan itu ada satu meja kerja sederhana dengan kursi putar berwarna abu yang kelihatannya sangat nyaman dan empuk begitu menghempaskan diri ke sana. Di sampingnya terdapat sebuah lemari kayu yang tingginya satu jengkal lebih tinggi dari Kian. Kemudian di depan meja itu terdapat meja kaca panjang dengan sofa untuk satu orang yang disusun menjadi leter U. Tak jauh dari sana terdapat sebuah lemari kaca yang memajang banyak piala dan mendali. Ada juga beberapa foto. 

Setelah dipersilahkan, Rintik duduk di salah satu sofa. Rintik kira setelah menyimpan keresek di meja, Kian akan ikut duduk di sofa sebelahnya. Namun, cowok itu malah berjongkok di hadapan Rintik, membuka salah satu keresek dan mengeluarkan obat-obatan dari sana.

"Sini tangannya," ujar Kian sambil membuka telapak tangannya, menunggu tangan Rintik.

Rintik tidak menolak. Dia biarkan Kian memegang tangannya, membersihkan kotoran dan luka di telapak tangannya dengan antiseptik. Setelah itu Kian memberinya obat merah dan terakhir dia pakaikan plester. Kian melakukan hal serupa pada telapak tangan Rintik yang lain.

"Udah selesai." Kian menghela napas lega setelah merapikan plester di telapak tangan Rintik. Sebelum beranjak duduk di sofa yang lain, Kian meniup kedua telapak tangan Rintik. "Cepet sembuh," ujarnya seolah sedang mengucap mantra.

Rintik mendengkus untuk menyembunyikan senyumnya.

"Ini gue beliin bubur sekalian tadi, mau makan dulu?" tanya Kian seraya membuka salah satu keresek.

Makan? Artinya Rintik harus melepas maskernya. Melepas maskernya sama dengan membuat identitas sebenarnya—dalam sudut pandang Kian, sebagai cewek cabul yang keluar dari toilet—terungkap. 

CANCERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang