.
Di tempat lain, seorang pria menyelonjorkan kakinya santai sambil memainkan rubik. Ruangan kecil itu ada di balik panggung, hanya di tutupi tirai seperti tempat ganti baju, hanya saja lebih luas. Pria itu, Firo tersenyum senang melihat rubik 4x4nya sudah terselesaikan dengan sempurna.
CREEEBBB!!!!
“WUAAAAA!!!”
Sebuah pisau melayang dan menancap di kursi tempat Firo terduduk sekarang, tepat di samping telinganya. Dari balik tirai si pelempar pisau itu pun masuk sambil berkacak pinggang.
"Yang lain beres-beres dan kau malah malas-malasan disini, Benar-benar menjijikkan” kata Fay dengan nada sebal, ia menarik kembali pisau yang menancap itu.
“ayolah Fay, aku capek.. beri waktu istirahat sedikit” Firo memelas, “jangan lempar aku dengan pisau terlalu sering, itu bisa membuatku jantungan.. hiks”
“daripada itu ada seseorang yang ingin beretemu denganmu” Fay berhenti berjalan dan menunjuk ke arah tirai yang terbuka setengah, “ayo masuk”
“permisi..”
“Kalian?!” Firo berteriak dengan suara tertahan saat melihat Lisa dan Angga berdiri di depannya, “oh ya ampun, Lisa aku tak percaya kau mengkhianatiku dan lebih memilih cowok itu…”
“Hah? Apa maksudmu?” protes Lisa.
“jam berapa ini? 11! Kau pasti jalan-jalan dulu dengan dia sebelum ke sini kan? Kau berkencan dengannya.. ini… ah, hatiku terasa sakit” Firo terduduk mengenaskan di lantai.
BUGGGGG
“Firo… jangan lebay!” Lisa menjitak kepala pria itu dengan sebelah tangannya. Ia menghela nafas lalu membantu cowok itu berdiri. ‘ya.. jangan menghancurkan image keren yang susah payah dibikin penulis di chapter sebelumnya’ “Tadi kami kelewatan dua stasiun karena asistenku yang nggak becus ini”
“kok gue? Lo yang ceritanya kepanjangan” Angga menyahut.
Lisa mengambil kursi di sudut ruangan dan menaruhnya di depan meja Firo, rasanya ia capek sekali. Untuk beberapa waktu ia bersumpah tidak akan naik kereta dulu. Tapi ia bersyukur tidak datang tepat waktu, dari omongannya barusan tampaknya Firo memang berencana memasukkan dirinya ke dalam pertunjukkan.
“Pantas saja…” Firo berdiri dan menepuk-bepuk bajunya yang terkena debu. “gara-gara kau nggak dateng tepat waktu tadi pertunjukanku nyaris kacau” Firo mengacungkan telunjuknya.
“Itu kan salahmu sendiri” Fay membetulkannya, “ah sudahlah, aku mau keluar sebentar dan untukmu, jangan berani coba-coba kabur”
“Kau memang tak akan pernah membelaku Fay! Huh!” Firo menggerutu. Ia beralih ke arah Lisa dan mulai berbicara kembali “tadi.. saudara kembarmu datang ke sini”
“HAA??” Mereka berdua ternganga mendengarnya. Tapi Lisa segera sadar dan melanjutkan, “Anna ada disini?”
“Ya! Dan aku salah mengiranya sebagai dirimu lagi, kenapa sih kalian begitu mirip..”
“lo nyuruh Anna ngapain?” Angga menatap Firo intens, “awas aja kalau dia kenapa-kenapa gara-gara ngelakuin hal yang berbahaya”
“untungnya aku sadar dia bukan kamu, jadi kubatalkan sulap awal yang kurencanakan dan kuganti dengan sulap lain yang tak melibatkan dirimu”
“jadi tadi kakak menonton pertunjukkan sulapmu? Haha rasanya kayak balik lagi ke masa lalu” Lisa tertawa kecil. Saat pertama kali ia bertemu Firo dulu kan, karena Anna yang ngotot ingin melihat pertunjukkan sulapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crimson B. Theater
Mystery / ThrillerAnnalise dan Annalisa. siapa yang tak kenal dengan mereka? sepasang Anak kembar dengan kepribadian yang berbeda, Anna yang pintar dalam seni dan Lisa yang pintar dalam eksak. kehidupan mereka sama seperti anak SMA lain yang penuh dengan warna.. ...