Epilog, Blackrose

4.1K 331 66
                                    


Dari dulu keluarga kami termasuk jejeran penting di Eropa, nyaris seperti bangsawan. Orang tua kami mengelola beberapa perusahaan dan tak perlu ditanya berapa hasil yang mereka dapat.

Bisa dibilang perkawinan keduanya terjadi karena bisnis, tapi Ibu benar-benar terlihat bahagia saat melahirkan kami berempat.

Mary Ann dengan rambut coklatnya yang imut menggemaskan.

Lilia dengan rambut ikal pirang dan bulu mata lentiknya yang menawan.

Reim dengan kewibawaannya sebagai satu-satunya pria diantara kami semua.

Dan aku, anak sulung dengan rambut hitam kemerahanku.

Jarak diantara kami semua kurang lebih hanya satu tahun. Makanya kami selalu satu sekolah sejak SD. Berhubung kami termasuk tipe-tipe orang yang 'spesial' banyak yang segan dengan kami, jadi keluarga Blackrose hanya punya sedikit teman. Aku sendiri hanya punya beberapa teman dekat, mungkin hanya Lilia yang suka seenaknya saja, ia punya banyak teman dan semua orang menyayanginya karena bukan orang yang pilih-pilih, belum lagi parasnya yang cantik. Maka sejak SMP ia sudah meniti karir sebagai model.

Yang paling orangtua kami sayangi adalah Reim. Selain lelaki satu-satunya, ia juga yang paling pintar diantara kami. Baru-baru ini aku dengar dia bisa memainkan semua jenis alat musik, orang-orang bilang dia punya semacam naluri titi nada mutlak, tapi menurutku Reim hanya sering berlatih. Ia menyimpan musik sebagai hobi dan suatu saat harus melepaskannya karena akan jadi pewaris perusahaan. Benar-benar lelaki yang tangguh dan bertanggung jawab.

Yang tersisa hanyalah aku, Si anak sulung. Dan satu lagi, putri terakhir yang hanya bisa mendengar pujian-pujian yang tak pernah ditunjukkan padanya, Mary Ann. Biar kutegaskan, kami hanya orang biasa.

Aku bukan orang yang pintar atau cantik. Rata-rata seperti gadis biasa lainnya. Tapi aku senang, aku senang melihat Lilia berfoto atau memerankan sesuatu, aku senang mendengarkan Reim bermain musik. Dan untuk Mary Ann, aku senang membaca tulisannya.

Tak banyak yang tahu, tapi dia mulai menulis sejak lama, tulisan itu berkembang sesuai apa yang ia alami. Meski sebagian isinya tentang kesedihan, tapi itu benar-benar hal yang indah. Dan satu hal lagi, dia tak pernah menunjukkannya pada siapapun, kecuali aku. Kami berbagi bersama soal hal ini.

Sejak saat itu aku selalu berfikir. Sebagai anak sulung yang harusnya menjadi contoh, apa yang harus kulakukan? Kau tahu? biasanya orang tua menaruh harapan pada anak pertama. Makanya sebisa mungkin aku ingin bisa jadi contoh bagi semuanya.

Saat itulah saudara jauh kami yang selalu bersaing dengan keluarga Blackrose, sekaligus teman dekatku, Sherlock Harvent, mengajakku menonton sebuah teater tentang drama misteri kesukaannya. Dan kalian tahu? itu mengubah semuanya.

Gestur dan gerakan indah milik Lilia, alunan musik menggentarkan milik Reim, serta alur dan cerita milik Mary Ann. Aku bisa menggabung semuanya jadi satu dalam satu pertunjukkan teater. Jadi aku memutuskan untuk memilih jalanku saat itu. Setelah lulus sekolah aku pergi ke luar negeri untuk meneliti banyak hal bersama beberapa orang. Sekaligus mengumpukan dana untuk membuat teaterku sendiri.

Dua tahun itu kami berempat sudah pergi dari rumah, sibuk dengan diri masing-masing. Baru sekarang aku sadar kalau perlahan hubungan persaudaraan kami berkurang sejak ini.

Bulan desember adalah awal mula dari semuanya.

Suatu hari aku menemukan sebuah kertas bertuliskan syair dengan judul 4 Alice. Kai, salah satu penyanyi di teaterku yang menemukannya dan memberikan kertas itu padaku. Pertama membacanya aku bahkan tak tahu apa yang kurasakan. Benar-benar luar biasa syair itu, dan memikirkannya aku memutuskan untuk membuat sebuah pertunjukkan berdasar syair 4 Alice itu.

Crimson B. TheaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang