Paint It Red

2.5K 268 26
                                    

btw cerita ini kuselesain sekaligus jadi maap telat, aku butuh waktu biar timingnya pas (?) ah ini juga masih ribet. tapi beneran udah selesai sih kayaknya. 

btw lagi, aku gak bakat nulis hal berbau 'feel' atau 'moral lesson' jadi maap kalau kurang dapet hiks, 

ps. abaikan gambar, and sorry for author note, selamat baca~

.

"sampai kapan sih kamu mau dikerjain, lawan dong!"

"Lisa nggak bisa karate"

"Bukan masalah bisa karate atau nggak, nih liat sekarang jam berapa? 9 malem! Pokoknya kasih tau mama siapa yang ngurung kamu disana, besok biar dipanggil ke sekolah"

"Itu tiga orang yang waktu itu kakak pukul"

"Ck, nggak ada kapoknya mereka"

Mereka berdua berjalan bersampingan. Lisa daritadi tak mau melepas tangan Anna, tubuhnya gemetar semenjak keluar dari ruangan gelap itu. Anak itu hebat karena tak menangis sama sekali tapi Anna bisa tahu kalau adiknya sangat ketakutan. Ia hanya menghela nafas.

"Besok mama bilang bakal beliin Handphone buat kita" Ia kembali berbicara, "kalau kamu kenapa-napa lagi, bisa langsung telepon Kakak"

Suasana kembali hening, hanya terdengar langkah kaki mereka saat melewati komplek perumahan yang mulai sepi karena Malam. Anna mendongak ke arah langit, melihat betapa terangnya bintang-bintang malam ini.

"Kakak..." Lisa memanggil.

"apa?"

"makasih" katanya lagi.

"kamu ini ya, makanya kubilang—"

"Lain kali" Lisa memotong, ia tersenyum kecil, "aku yang akan menyelamatkan Kakak"

.

Apa yang ia lakukan? Anna tak mengerti kenapa ia bisa menodongkan pisau kepada adik kandungnya sendiri. Ia bisa melihat Lisa memandangnya dengan tatapan yang tak pernah ia lihat sebelumnya, Anna tidak tahu lagi, pikirannya kosong, rasanya seperti terhipnotis sesuatu. Tubuhnya bergerak menuruti emosi yang ia rasakan.

Perlahan ia maju selangkah demi selangkah ke arah depan, pandangan matanya kabur ia tak bisa melihat dengan jelas seperti apa wajah Lisa di depannya, atau benarkah itu Lisa?

"Kak.."

TAP. Tak sampai satu menit ia sudah berada di depan Lisa. Gadis itu terduduk di hadapannya dan Anna memandangnya dari atas. Suasana kembali hening.

"Aku nggak akan tanya kenapa kakak melakukan ini tapi..." Lisa membuka mulutnya, nadanya terdengar sedikit bergetar. "dari dulu aku memang orang yang jahat ya? Ini kedua kalinya kakak marah padaku sampai seperti ini bukan?"

Anna tak menjawab, ia mengeratkan pegangannya pada pisau. Tapi kata-kata Lisa berikutnya membuat ia nyaris tak bisa menahannya.

"Sebegitu bencinyakah kakak padaku?"

SYUT! Pisau itu terayun dan berhenti tepat di depan wajah Lisa. Tangan Anna gemetar, entah pengaruh hipnotisnya atau bukan tapi ada dua dorongan yang menyebabkan pisau itu terhenti. Ia menggigit bibir, berusaha mengendalikan emosi. Salahkan Lisa karena bertanya hal seperti itu.

"Kalau begitu aku juga akan jujur" Lisa menatap Anna sungguh-sungguh, "aku juga membencimu, Anna"

"Lisa.. lebih baik.. lo... diem" desis Anna.

"aku benci kakakku" Lisa menarik nafasnya, "aku benci bagaimana ia bisa dekat dengan semua orang di hari pertama sekolah, benci betapa kuatnya dia, benci cara dia menjaga adiknya sendiri, benci kenapa dia membenciku padahal aku sendiri selalu mengaguminya, benci karena telah membuatnya benci padaku"

Crimson B. TheaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang