Eins.. Zwei.. Drei..

14K 580 71
                                    

"Jadi... begini, pelaku yang mengambil uang itu adalah orang yang tidak punya keterangan atau alibi saat jam istirahat. Dia menutup kamera pengawas yang dipasang agar tindakannya tak terlihat"

Seorang gadis. Rambutnya hitam lurus dan memakai kacamata. Ia berjalan di tengah kelas sambil mengemut sebuah lollipop. Di sekelilingnya semua murid memerhatikan tegang semua yang dia ucapkan sementara gadis itu tetap santai saat melanjutkan ucapannya.

"Emangnya bener kamera pengawasnya ditutup? Kalau iya harusnya pak satpam yang mengawasi melihat ada yang aneh kan?" bantah seseorang.

"mereka tak bisa melihatnya, karena yang dipakai untuk menutup kamera pengawas tak lain adalah...." Gadis itu membuang tangkai lollipop yang sudah habis dan mengacungkan sesuatu dari kantung rok seragamnya, ".....gambar ini!"

Terdengar suara terkejut dari berbagai arah, suasana langsung berisik begitu para murid melihat gambar yang dikatakan oleh gadis tersebut. Itu adalah foto ruang kelas x-2 dilihat dari sudut pandang kamera pengawas, foto tersebut digantung pada sebuah stik eskrim. Gadis itu tersenyum melihat reaksi para penonton.

"stik es krim ini untuk memberi jarak antara gambar dan kamera sehingga ada cahaya yang masuk dan tidak membuatnya hitam, meski terlihat sederhana ini butuh sedikit perhitungan agar semuanya pas" jelas gadis itu lagi.

"Tapi siapa sebenarnya yang melakukannya?" terdengar beberapa seruan lain.

"Pelakunya..." Gadis itu memberi jeda, "sebelum menyebutkannya aku harus mohon maaf dulu.." Ia berjalan diantara kerumunan, bola matanya bergerak mencari-cari sosok seseorang. Semua orang memberi jalan ketika gadis itu menyibak kerumunan. Hingga akhirnya tangan gadis itu menarik seorang anak cowok yang daritadi berada di pojok.

"Anggara Prasetyo, itu kamu kan?" kata gadis itu tajam kepada sang cowok.

Sementara itu Angga, cowok itu. Terdiam. Wajahnya shock berat, antara percaya dan tidak percaya, mulutnya membuka seakan ingin berbicara namun tak ada suara yang keluar.

"Hm... apa kamu punya pembelaan?" tanyanya lagi.

"Ke.. kenapa kamu berkata aku pelakunya? Orang lain juga bisa kan?" balas Angga sambil berusaha tetap tenang.

"Kenapa?" Gadis itu mengulang perkataan Angga. "Ada beberapa faktor kenapa kamu adalah pelakunya"

"Pertama" gadis itu mengacungkan telunjuknya, "kamu adalah anak Pak Burhan, satpam sekolah yang bertugas untuk mengawasi ruang pengawasan. Kamu bisa masuk dengan mudah ke ruang pengawasan dan melihat video pemantauan kamera pengawas. Selanjutnya kamu bisa dengan mudah mengambil foto dari sudut pandang kamera pengawas kelas x-2 tanpa ada yang curiga. Iya kan?"

"Enak aja! Jadi mentang-mentang gue anak pak Burhan jadi Gue pelakunya gitu?!!"

"KAAATTTTT!!! KAT! KAT! KAT! ANGGAAA!!! Lo salah lagi! Ngomongnya aku-kamu! Jangan gue-elo! Ahhh!" keluh seorang cewek yang tadi duduk diam di pojokan.

Suasana yang serius langsung berubah, murid-murid yang tadi berkerumun menghela nafas sambil menggumamkan soal pengulangan adegan. Dan beberapa kamera yang tadi terarah langsung di standby-mode.

"bukan 'Kat' tapi 'Cut', dasar sunda" balas Angga.

"dibacanya sama aja tau!! Dan lo Angga sialan! Padahal udah bagus tadi!" kata cewek itu kesal, "lo seneng banget ya ceritanya jadi anak pak satpam sampe marah beneran"

"G.. gue cuma kelepasan!! Cih! Lagian bapak gue guru kali, satpam dari mananya"

"Tapi gara-gara lo adegan tadi harus diulang!" Ia melirik jam di tangannya, "udah jam lima sore sekarang"

Crimson B. TheaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang