Hostage (2)

3.5K 383 15
                                    

Panik. Kata itu cukup untuk menjelaskan situasi sekarang. Anna benar-benar tak tahu kenapa ia bisa sesial ini, mulai dari salah naik bis, dompet hilang, sekarang ia dijadikan sandera perampok? Dan jangan lupa bahwa ia adalah sandera utamanya. Ia mendegar apa yang perampok bernama Firo itu katakan kepada adiknya untuk menyerahkan HP ke polisi.

Kini ia sedang duduk di lantai dengan tangan terikat. Meski kakinya bebas Anna tak berani mengambil resiko untuk berlari kabur karena ia duduk di dekat para perampok tersebut.

“Informan itu benar-benar hebat, tak kusangka kita bisa mewujudkan rencana ini” kata salah seorang dari mereka yang bertubuh paling tinggi.

“maksudmu L? Dia memang terkenal, tapi dia benar-benar suka ikut campur urusan orang, kadang wanita itu menyebalkan, bukankah kau yang menghubunginya soal perampokan ini, Firo?” kali ini wanita, ia bertanya pada perampok yang ada disebelahku.

“L ya, mungkin memang begitu sifat informan, tapi setidaknya ia masih berbaik hati tidak pasang tarif yang terlalu tinggi” Firo membalas, nada 'suaranya tampak datar, “Lebih baik kalian fokus pada pekerjaan kalian”

"sekalipun tertangkap, selama ada kau kita pasti masih bisa lolos” balas seorang lagi yang sedang memegang speaker. Ia berjalan mendekat lalu memberikan speaker itu pada Firo.

Anna tak terlalu mengerti apa yang keempat orang itu bicarakan tapi kelihatannya orang bernama Firo yang sedang duduk disebelahnya ini adalah pemimpin mereka. Anna juga tak bisa melihat wajah perampok itu karena mereka mengenakan topeng.

Sebuah tangan menyeret Anna agar berdiri. Tidak kasar, tangan itu lebih seperti membantunya berdiri karena tangan Anna diikat. Ia lalu dibawa ke jendela kaca dimana mereka kini bisa melihat jelas keadaan di luar. Mobil polisi yang terparkir dan juga beberapa polisi yang bersiap dengan senjatanya di berbagai tempat.

Firo, pria yang membawa Anna menyalakan ponsel gadis itu dan bersiap untuk berbicara, sedetik setelah itu telepon pun diangkat, “baguslah, sepertinya anak itu menuruti perintahku, pak polisi? Kuminta kau melihat ke jendela kaca sebelah barat Bank kau akan melihatku dan seorang sandera berdiri sekarang”

Belum ada jawaban dari polisi itu namun Anna tahu para polisi itu mendengarkan perkataan Firo karena semua polisi mulai menghadap ke jendela tempatnya berada sekarang. Di kejauhan Ana dapat melihat Angga dengan wajah cemas di dekat seorang polisi, tapi aneh... kenapa ia tidak bisa menemukan Lisa?

“Bagus, perintahku cukup sederhana, kalau kalian mengganggu perampokan ini bisa dipastikan bom yang kupasang di suatu tempat di taman bermain itu akan meledak, dan kalian harus tahu bahwa aku menaruh lebih dari satu bom”

“Kami tak akan memercayaimu begitu saja”

“Kalau begitu perlu kubuktikan dahulu?” Firo mengambil sebuah remote dari saku jasnya, ia lalu menekan salah satu tombol di remote tersebut dan...

DUAAAARRRRR!!!!!

Sebuah ledakan terdengar dari sisi pintu masuk gerbang taman bermain, terdengar kekehan pelan dari Firo setelah itu, ia kembali berbicara kepada polisi di seberang telepon, “kalian mengerti? Salah sedikit saja bahkan aku bisa membunuh gadis disebelahku ini, hmm... baguslah kalau iya, dan aku punya satu tuntutan lagi..”

“bagaimana ini ketua? Dia tak main-main..”

“Biar aku yang berbicara”terdengar suara telepon dipindah tangankan, “Halo tuan perampok? Langsung saja, apa yang kauminta?”

“Jadi aku baru berbicara dengan pimpinan polisi sekarang? Keterlaluan sekali, tapi baguslah karena kalian mau mengikuti permainan ini, ini cukup mudah kok, aku ingin kalian membawa Mr.Irfan, pemilik Bank ini, dalam 40 menit ke depan”

Crimson B. TheaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang