Sinar matahari di luar terasa menyilaukan bagi Lisa. Ya, memang ini efek keluar dari dalam sebuah ruangan ber AC. Firo membuka pintu kaca Bank itu dengan posisi menodongkan pistol ke pelipis Lisa, dan satu tangannya lagi mencekal tubuh Lisa erat. Oke, memeluk dari belakang tepatnya, ini benar-benar memalukan bagi Lisa.
Mereka berjalan perlahan menuruni tangga, Lisa bisa melihat raut wajah cemas Anna dan Angga yang ada di depan bersama anak-anak teater lain yang ikut melihatnya. Senapan para polisi teracung ke arahnya, itu cukup menakutkan.
"Hei Firo, seandainya kamu terbunuh dalam rencana ini bagaimana? Kau tak akan tahu kapan polisi menembak dan aku yakin kau tak mungkin benar-benar akan menembakku"
"Kalau aku tertembak maka kau tak akan pernah mendapat informasi itu"
"Jadi maksudmu aku juga harus melindungimu?"
"Seperti itulah, ah ya aku juga sudah memasukkan nomor Hpku ke Hp kakakmu ini dan barang bukti penting ke tasmu"
"terserah deh" balas Lisa, "Lalu apa ada tambahan lain saat aku menjelaskan soal ini pada polisi?"
"Emm... berpura-puralah kau sendiri yang menemukan buktinya bukan para perampok, bilang saja saat kami membuka brankas tak sengaja ada kertas itu dan kau harus menyerahkannya pada polisi"
"Baiklah, kalau begitu ini pertanyaan terakhir"
"Apa?"
"Aku sudah tahu jalannya kasus ini dan juga kenapa kau menyuruh polisi membawa Mr.Irfan, tapi satu hal yang belum kuketahui adalah—"
"Ssst, sebentar, pertunjukan ini butuh ruang yang luas" Firo mendekatkan moncong pistol ke mulut Lisa agar gadis itu berhenti berbicara sesaat.
"Tak bisakah kamu melakukannya dengan cara yang lebih sopan?" Kata Lisa sewot.
Firo mengeluarkan sesuatu dari balik topengnya yang Lisa kenali sebagai Mic kecil yang biasa dipakai Mc di telinga saat pertunjukkan. ia mengetuk-ngetuk Mic itu dan setelah puas mendengar hasilnya Firo mulai berbicara.
"MAAF, TAPI BISA KALIAN SEMUA TOLONG MUNDUR SEDIKIT ?" Suaranya langsung terdengar di semua speaker, baik yang ada di wilayah Bank maupun taman bermain. Seseorang telah mengutak-atik semua speaker agar menyiarkan suara dari Mic yang ada di telinga Firo sekarang.
"KALIAN TIDAK DENGAR? KUPERINTAHKAN KALIAN MUNDUR SEKARANG JUGA!"
DORR! DORR!. Firo berkata sambil menembakkan pistol itu ke tanah agar orang-orang menuruti perintahnya. Beberapa berteriak saat itu dan langsung mundur ke belakang, begitu juga dengan para polisi, mereka semua membentuk setengah lingkaran, sekarang Lisa dan Firo berada di tengahnya.
Tembakan dari Firo membuat para polisi semakin habis kesabaran, mereka sudah mengokang senjata mereka dan bersiap menembak.
"KEPADA SANDERA ANNALISA FERDIANSYAH DIMOHON MUNDUR SETELAH TEMBAKAN PERINGATAN MENGENAI SI PELAKU," terdengar suara peringatan dari pengeras yang ada di polisi.
"Mereka bodoh ya, membiarkan kamu mengetahuinya, ini sama saja memberitahu kapan mereka akan menembak" Lisa berkomentar, "Kalau boleh jujur aku ingin kamu tertembak sedikit saja"
"Yahh... kalau sudah sampai berbuat begitu berarti mereka benar-benar yakin kalau aku tak akan bisa lolos dan sudah sepakat akan membunuhku di tempat" balas Firo dengan kalemnya, "hmm.. aku baru ingat, apa yang ingin kau tanyakan barusan?"
"Itu dia, bagaimana caranya kau melarikan diri dari semua ini?"
"Kau akan tahu sekarang"
"KALAU ANDA TAK MENYERAH DAN MENGANGKAT TANGAN DALAM HITUNGAN 10, BISA DIPASTIKAN SELURUH POLISI YANG ADA DI SINI AKAN MENEMBAK KE ARAH ANDA" peringatan polisi kembali terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crimson B. Theater
Mystery / ThrillerAnnalise dan Annalisa. siapa yang tak kenal dengan mereka? sepasang Anak kembar dengan kepribadian yang berbeda, Anna yang pintar dalam seni dan Lisa yang pintar dalam eksak. kehidupan mereka sama seperti anak SMA lain yang penuh dengan warna.. ...