Sherlock Holmes (1)

3.1K 340 5
                                    

 "Serahkan aja ini sama aku kak! Nanti aku bakal kembali!"

Ia berlari secepat yang ia bisa untuk keluar dari gang sempit itu namun karena memang Lisa tak pernah jago dalam olahraga, si pembunuh dapat dengan mudah menyusulnya. Rasanya kemungkinannya untuk tiba dengan selamat di jalan raya sangat tipis. Lisa dapat merasakan jantungnya berdebar kencang mendengar langkah kaki yang mulai mendekat.

Saat itulah Lisa melihat sebuah gang kecil lainnya, cukup sempit memang namun ia bisa masuk. Ia menatap jalan raya yang masih terletak cukup jauh, dan akhirnya sambil mengambil nafas ia memasuki gang kecil itu. Wanita pembunuh itu hanya terletak sekitar 3 meter lagi dibelakang.

"Stop there, you Little Bitch!"

Lisa menjatuhkan apa saja yang ada, untuk menghambat jalan si pembunuh, itu membuat jarak antara mereka berdua melebar. ia tersenyum kecil saat sudah hampir mencapai ujung gang sebelum tiba-tiba saja..

DOOOORR!!!

... sebelum tembakan itu menyerempet kakinya. 'Sial! Aku lupa pembunuh itu juga punya pistol'. Lisa menjerit kesakitan saat terjatuh ke tanah yang becek, rasanya sekarang ia sudah tak mampu berdiri ataupun berlari lagi. Samar-samar ia melihat pembunuh berjalan masuk ke gang.

'gawat! Apa yang harus kulakukan?'

Padahal tinggal selangkah lagi, kalau saja tadi ia bisa menghindari tembakan itu. si pembunuh mungkin hanya berjarak 5 meter lagi darinya sekarang. Lisa sudah akan memasrahkan diri ketika tiba-tiba saja sebuah suara mengejutkannya.

"Loh... kau kan.. yang tadi?"

Lisa menoleh ke depannya dan mendapati sepasang kaki berada di hadapannya, ia menoleh ke atas dan terkejut saat mendapati seorang pemuda berdiri dengan wajah bingung dihapdannya,

DOOORRR!!! Terdengar tembakan dari jauh yang ditujukan sebagai peringatan. Lisa menarik pemuda itu sehingga tak terkena tembakan barusan, ia berbisik pelan.

"Tolong... aku"

.

"Tehnya, silakan diminum"

Suara ketukan antara cangkir dan meja itu menyadarkan lamuanan Lisa. Ia menoleh dan mendapati wanita itu menyodorkan dua cangkir teh beraroma harum ke hadapan Firo dan Lisa. Setelah menaruh cangkir teh Wanita itu duduk di hadapan mereka berdua, tangannya masih memegang pistol milik Firo. Suasana hening untuk sesaat.

"Tante belum menjawab pertanyaanku" Lisa angkat bicara karena tak suka suasana begini.

"Hhh... baik, aku mengaku karena kurasa aku tak bisa menyembunyikannnya dari kalian" wanita itu menghela nafas, "aku L, kalian orang pertama yang tahu identitasku yang sebenarnya"

"Wah.. wah.., aku merasa tersanjung" Firo menimpali.

"Tapi karena itu mungkin akan lebih baik kalau kalian—"

CTREKK!!!

Cepat. Lisa bahkan tak sempat bereaksi. Tepat saat wanita itu akan mengarahkan pistol ke arah mereka, Firo bangkit dari tempat duduknya sambil mengacungkan pisau lipat kecil. Dan mereka berdua sekarang dalam posisi saling mengarahkan senjata ke lawannya masing-masing.

"Aku tahu apa yang ada di pikiranmu" kata Firo sambil tersenyum.

"Ya, awalnya mungkin melenyapkan kalian akan membuat identitasku tetap terjaga tapi sepertinya..., tidak semudah yang kubayangkan", ia menurunkan pistol Firo dan melempar benda itu ke arah Lisa, "Aku hanya bercanda, untuk menguji kalian, lagipula aku bukan tipe orang yang bisa membunuh begitu saja"

Crimson B. TheaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang