Lagi-lagi aku telat untuk menyadari beberapa intuisi yang harusnya jadi milikmu.
-----^-^
Matanya masih tidak mau tertutup, sebab terlalu sibuk menatap kosong langit-langit rumah dan menerbangkan pikirannya tanpa batas. Dibilang overthinking juga tidak, ia hanya berusaha menemukan jawaban tanpa pertanyaan yang jelas.
Memang lebih mudah untuk dirasakan daripada dijelaskan.
"Bisa gila gua kalo tiba-tiba kangen terus, hufff..."
Jaemin beralih melihat jam dindingnya, ternyata sudah pukul 03.47 subuh. Rekor terlamanya untuk begadang.
Mungkin kalau jalan-jalan jam segini ia tidak akan dianggap sebagai maling yang sedang keluyuran. Dengan cepat ia mengambil sweater didalam lemari dan menggunakan kaos kaki. Antisipasi kalau udara luar lebih dingin dari yang dibayangkan.
"Shit!"
Jaemin lupa kalau pergerakannya tidak bisa Se-leluasa biasanya, perutnya seketika ngilu saat dirinya berdiri tegak. Tapi namanya saja Jaemin, ia akan tetap nekat untuk mencari angin diluar.
Jalanan terpantau sepi, lagian manusia mana yang akan sibuk keluar rumah saat lebih enak rebahan dirumah, dan Jaemin adalah pengecualian.
Beberapa detik kemudian ada cahaya yang datang dari jauh, sepertinya motor yang akan lewat.
"Lah bukannya itu Hyunjin ama Haechan, gila juga mainnya ampe subuh.."
Motor itu berhenti tepat disebelahnya,
"Wei Jaemin, ngapain lu dimar--astaga sahabat muka lu kok jadi jelek. Habis ikut tawuran lu?" Ceplos Haechan turun dari motor.
Bak ibu yang khawatir melihat anaknya terluka, Haechan memeriksa setiap inch wajah Jaemin. Bisa gaswat aset negara.
"Lu buat masalah sama anak mana si, ga elu ga Li--"
Hyunjin menginjak kaki manusia disebelahnya agar segera diam, penyakit si Haechan mulai kumat. Keceplosan.
"Li, maksud lu Lia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I. Orang Ketiga 🌼 [✔]
Fiksi Penggemar- Done - S1 - Kata takdir, "pelan-pelan yang selalu ada bakal kalah sama yang banyak kebetulan." 🅹︎🅰︎🅴︎🄻🄸🄰!¡