[Beautiful Nerd] - Undangan

4.7K 824 11
                                    

Kejadian di mana Papa dan Radith melihatku melarikan diri dari Kenio cukup membuatku malu untuk menghadapi keduanya sekarang. Aku bahkan sengaja tak sarapan hanya untuk menghindari Papa. Padahal, belum tentu Papa dan Radith berpikir kalau ada yang salah dengan peristiwa itu. Bisa saja mereka hanya berpikir kalau aku sedang terburu-buru pergi ke toilet. 

Aku menarik napas panjang sambil memandangi vas bunga krisan kuning yang telah layu di meja kerjaku. Sejak pagi aku sudah berniat meminta office boy untuk menggantinya dengan bunga lili putih, entah kenapa belum kulakukan. Aku justru terus memandanginya sampai-sampai aku terkejut sendiri ketika telepon di meja kerjaku berdering. Saat itu juga aku sadar, tumpukan dokumen di mejaku beum berkurang. Tebak siapa yang akan lembur nanti malam?

Aku mengangkat gagang telepon dan menjawabnya tanpa semangat. 

"Dengan Radistya--"

" Adis, apa jadwalku kosong sebelum makan siang?" Suara Radith terdengar sibuk.

"Ya," jawabku.

"Bagus. Kenio akan datang sebentar lagi, ada yang perlu kami diskusikan. Tolong pesankan makan siang, untuk kamu juga sekalian. Aku yang traktir."

"Baik," jawabku berusaha tenang. Padahal saat ini tubuhku mulai menunjukkan reaksi panik. Aku benar-benar tak tahu bagaimana harus menghadapi Ken.

Sesuai perintah Radith, aku langsung memesankan makan siang untuknya dan tamunya. Karena aku sedang tidak berselera makan, aku hanya memesan jus untukku. Usai menjalankan perintah Radith, aku mulai melanjutkan membubuhkan stempel pada gunungan kertas di hadapanku. 

Satu jam menuju waktu makan siang, sosok tamu Radith muncul dari balik pintu lift berjalan lurus menuju meja kerjaku. Wajahnya tampak datar dan serius, nyaris tidak ada ekspresi. 

Aku memang tak berharap Ken akan tetap bersikap ramah setelah penolakanku kemarin, tetapi aku juga terkejut bahwa Ken hanya mengangguk tanpa mengucapakn sepatah kata pun sampai aku mempersilakannya untuk masuk ke ruangan Radith.

Begitu pintu ruangan Radith kututup, aku bersandar pada pintu kayu besar tersebut. Jantungku berdegup kencang dan aku merasa sedikit sedih. Namun, Ken memang berhak bersikap begitu. Bukankah aku sendiri yang memintanya?

Lalu aku kembali berusaha berkonsenterasi melanjutkan pekerjaanku sampai seorang office boy mengatarkan pesanan makan siang yang kupesan tadi. 

Aku memisahkan jus alpukat milikku dan membawa dua kotak besar bento untuk Radith dan Ken di dalam. Aku menarik napas panjang di depan pintu ruangan Radith sambil merapikan rambutku sebelum masuk.

Radith dan Ken tampak sedang berbicara serius. Mereka bahkan mengabaikanku ketika aku sibuk menata makan siang mereka di meja. Ken bahkan tak menoleh kepadaku sama sekali. Seakan di ruangan itu hanya ada ia dan Radith. 

Tak perlu lama-lama bagiku berada di sana, jadi aku segera keluar dari ruangan Radith. 

Aku memutuskan untuk tak memedulikan kesibukan Radith dan Ken dan memilih segera menyelesaikan pekerjaanku. Agaknya cara ini cukup berhasil membuatku sedikit melupakan sikap dingin Ken. 

Ketika waktu istirahat tiba, bahasan Ken dan Radith sepertinya masih jauh dari kata selesai. Setengah jam kutunggu pun keduanya belum juga keluar hingga aku tertidur di atas meja kerjaku. Gelas jus alpukatku bahkan kutinggalkan tersisa separuhnya di atas meja. Enggan kuhabiskan.

AKu tak merasa terlelap cukup lama, tetapi ketika aku terbangun, jam di pergelangan tanganku telah menunjukkan pukul 1 siang. Aku buru-buru berdiri dan memeriksa ruang kerja Radith. Kosong. Sudah tak ada orang di sana. Sepertinya Radith pergi ke luar.

Beautiful NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang