Melihat Radith yang terbiasa mengeluarkan ribuan kata per hari mendadak terdiam membuatku khawatir. Radith tiba-tiba bukan seperti Radith biasanya setelah pertemuan kami dengan sekte manusia rupawan itu. Lebih jelasnya, sejak Radith bertemu Arianda.
Sekarang baru pukul 6 pagi. Tak biasanya sepagi ini aku sudah melihat Radith nongkrong di gazebo rumah. Dari wajahnya yang tampak kusut, kemungkinan ia belum tidur semalaman.
Aku menghampiri Radith, namun ia sama sekali tak menggubris kedatanganku.
Satu tanganku menyentuh bahu Radith. "Sekarang bagaimana? Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah."
Radith menarik napas berat. Butuh waktu beberapa detik sampai akhirnya ia mau berbicara kepadaku.
"Aku nggak tahu apakah bisa menjadi sosok ayah yang baik. Dengan kehidupanku saat ini... dan tiba-tiba mungkin, aku akan segera memiliki keluarga sendiri."
"Jadi, kamu akan bertanggung jawab, kan?" tanyaku memastikan.
"Aku pasti tanggung jawab, Adis. Perilakuku mungkin buruk, tapi aku adalah pria yang bertanggung jawab. Selama ini aku terus mencari Rose, meski aku nggak menyangka bahwa kami akan bertemu dengan kondisi seperti ini..."
Aku kembali mengusap pundak Radith perlahan. "Aku yakin kamu akan jadi sosok ayah yang baik, Radith. Kamu adalah sosok saudara lelaki yang sempurna buatku dan aku yakin, kamu akan jadi ayah terbaik untuk anak-anakmu nanti."
Radith tersenyum mendengar ucapanku.
Semalam setelah adegan adu tatap yang panjang antara Radith dan Arianda, akhirnya kami mengetahui bahwa selama ini sosok Radith lah yang dicari oleh Ken, Keynan, dan Arianda sendiri. Kami memilih untuk berdiskusi di rumah Ken untuk mencari suasana diskusi yang lebih kondusif.
Aku yakin pikiran Radith sudah mulai kacau dalam perjalanan menuju rumah Kenio. Sesampainya di rumah Ken, Radith tak bisa menutupi bahwa ada banyak hal yang perlu ia bicarakan dengan Arianda. Namun, melihat Arianda yang masih enggan bicara secara empat mata dengan Radith, sepertinya membuat Radith cukup frustrasi.
Semalam mungkin salah satu pertemuan penuh ketegangan yang kuhadiri. Tampak jelas Keynan berusaha menahan emosinya. Lelaki itu nyaris melayangkan bogeman ketika Radith bertanya,
"Apa benar itu anakku?" kepada Arianda.
Pertanyaan Radith mungkin terdengar bodoh bagi mereka, namun sebagai sosok yang sama sekali asing dengan Arianda, rasanya pertanyaan Radith masih masuk akal buatku.
"Arianda bukan tipikal perempuan yang biasa Anda kencani," geram Keynan marah. Radith mendelik ke arah Keynan.
"Anda siapa?" tanya Radith berani.
Saat itu, tubuh Keynan yang tinggi menjulang seakan mengintimidasi Radith. "Saya calon suami Arianda."
"Tapi, Rose--maksud saya, Arianda itu sedang mengandung anak saya!"
"Lantas Anda mau apa?" tanya Keynan dengan nada dingin. Pandangannya beradu dengan Radith.
Detik itu juga aku menyenggol tubuh Kenio di sampingku. Aku memandang Ken takut melihat perseteruan antara Radith dan Keynan. Ken menepuk punggungku untuk menenangkanku, lalu beranjak maju untuk memisahkan Radith dan Keynan.
"Bapak-bapak, mari kita selesaikan permasalahan ini dengan kepala dingin, oke?" ujar Ken seraya menjauhkan tubuh Keynan kembali ke sisi Arianda. Aku sendiri menarik tubuh Radith dan menepuk-nepuk pundaknya agar emosinya mereda.
Di tengah keributan itu, kami justru luput dan baru sadar jika sejak tadi Arianda sibuk menahan air matanya sendiri. Begitu suasana mereda, baru kusadari suara isak tangis yang berasal dari Arianda. Keynan dengan sigap menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Nerd
Romance"Kenapa semua orang selalu ngebandingin aku sama Radith? Aku tau penampilanku emang jadul, cupu, beda seratus depalan puluh derajat sama Radith yang super ganteng, keren, kece.. idaman banyak wanita lah pokoknya. Tapi hey, setiap orang punya pilihan...