Sejak lama aku menyukai warna kuning. Warna kuning tampak cerah seperti matahari dan mencolok, meskipun aku bukan tipe wanita yang suka menarik perhatian orang-orang.
Kuning selalu menjadi warna andalanku untuk membangun suasana hati atau ketika aku merasa senang. Namun, hari ini, aku nggak begitu yakin apa yang membuatku ingin mengenakan setelan kemeja berwarna kuning yang kumasukan ke dalam celana wide leg berwarna khaki dengan hiasan ikat pinggang kecil berwarna putih.
Jika dikatakan aku merasa senang, sejujurnya aku sedang ingin berbicara panjang lebar dengan Radith tentang urusan-di-antara-kami-yang-belum-selesai. Jika dikatakan untuk membangun suasana hatiku... hm... mungkin saja?
Walaupun saat ini aku sedang ingin mengomel kepada Radith, aku merasa masih bisa mengomel dengan cara yang menyenangkan. Hm... seperti tidak menarik dasi Radith hingga ia sesak napas atau mengacak-acak rambutnya dengan sangat bersemangat.
Ehm..., ya... begitu. Kurasa aku masih bisa bersikap sedikit manis kepada kakakku itu.
Aku menatap pantulan diriku di cermin toilet dan merapikan rambutku yang hari ini kutata lebih rapi dengan pelurus rambut. Betapa membanggakannya seorang Radistya kini sedikit paham cara menata rambut. Aku juga sempat melakukan percobaan untuk membuat rambutku tampak ikal. Beberapa kali berhasil, tak jarang juga gagal yang berujung membuatku terlihat seperti habis tersambar petir.
Sejujurnya, aku mulai menyukai menata rambut sejak... ehm... setelah acara farewell party. Aku menyukai tampilan rambutku waktu itu. Maka aku meminta pelurus rambut sebagai kado ulang tahunku ke-20 kepada Mama dan Papa.
Dua orang staff keuangan sempat menyapaku di depan pintu toilet lobi dan aku masih bisa mendengar sisa percakapan mereka sebelum meninggalkan tempat itu sambil tersenyum kecut.
"Itu sekretarisnya Pak Radith?" ujar salah seorang di antara mereka dengan nada mengejek, lalu kudengar suara cekikikan meledek.
Mereka pasti baru bekerja kurang dari tiga bulan di sini. Tunggu sampai mereka lihat apa yang bisa sekretaris Pak Radith pujaan mereka itu bisa lakukan kepada bosnya. Ha!
Sampai di meja kerja, aku mendapati sebuah buket bunga di atas meja kerjaku. Kukira Radith sedang mengajakku berdamai, tetapi yang kutemukan justru tulisan tangan yang sedikit familiar di sana.
Dear Radistya,
Have a pleasant day.
Pls let me know whether if I can take you out tonight.
Sincerely waiting for your answer,
Ken.
Aku menaruh kembali kartu tersebut dan beralih melihat buket bunga krisan kuning dalam buket. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak menaikkan sudut bibirku. Jangan salah paham. Bukan karena Kenio memberikanku bunga, tetapi karena warna bunganya yang membuatku senang.
"Selamat pagi, adikku yang paling cantik!"
Suara Radith terdengar menggema dari pintu lift hingga tempatku yang berjarak 10 meter. ketika ia sampai di tempatku, ia melirik bunga yang sedang kupegang dan langsung bersiul nyaring.
Aku menaruh buket bunga tersebut dan menghadapkan tubuhku kepada Radith seraya berkacak pinggang.
"Aku yakin kita masih punya urusan yang harus dibicarakan," kataku seraya menekankan nada suaraku pada kata harus.
Radith hanya mengedikkan bahunya seraya mengulurkan tangan menunjuk ruangannya.
"Pintu ruanganku selalu terbuka untuk kamu. Silakan, masuk," ujarnya santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Nerd
Romance"Kenapa semua orang selalu ngebandingin aku sama Radith? Aku tau penampilanku emang jadul, cupu, beda seratus depalan puluh derajat sama Radith yang super ganteng, keren, kece.. idaman banyak wanita lah pokoknya. Tapi hey, setiap orang punya pilihan...