8. [Pra Beautiful Nerd] - Radith si Biang Kerok

20.8K 2K 155
                                    

"Aku perlu bicara sama kamu."

Aku menyelonong masuk ke dalam kamar Radith dan langsung menarik paksa tubuhnya yang sedang berbaring di kasur. Tangan Radith mengangkat tinggi-tinggi majalah Animonster. Tubuh Radith tersentak kaget. Aku tahu pasti ekspresi semacam ini. Dia pasti sedang memikirkan, mengingat-ingat, keusilan apa yang pernah ia perbuat, namun ia lupakan.

"Apa?"

Nada suara Radith terdengar sedikit panik. Sesekali ia melirik ke pintu, mungkin memikirkan celah untuk kabur.

Aku berdiri berkacak pinggang. "Kamu... suka sama Lova?" tembakku terang-terangan.

Wajah Radith cengo seketika. Dia memandangku tak berkedip. "Apa? Gimana?"

"Kamu... suka... sama... Lova?" ulangku pelan-pelan memastikan agar Radith menyerap sempurna pertanyaanku.

Radith mengerjapkan matanya dua kali. "Enggak."

Oh, that face... Aku tahu betul apa artinya.

"Jangan bohong," tudingku cepat. Wajah Radith berubah gelagapan. Ia tahu benar, sangat sulit baginya untuk bisa mengelabuiku.

"Um... aku juga lagi nyari tahu."

Satu alisku terangkat bingung. "Maksud kamu?"

Aku menggeser paksa tubuh Radith dengan tubuhku kemudian menatapnya dengan mata melebar hampir melotot. Radith beringsut mundur ketakutan. Tangannya meraba bagian kasur di belakangnya. Seprai bergambar logo Manchester United berwarna merah menjadi kusut karena tarikan tangan Radith.

"Eh... maksudku, kamu tahu kan aku memang punya banyak teman... ehm... perempuan... Dan... Lova itu... ehm...."

Aku menganggut-anggut mengikuti perkataan Radith. "Ya... dan Lova itu kenapa?"

"Lova itu... ya... cuma teman."

Mataku menyipit memandang Radith meneliti. Aku perhatikan baik-baik wajahnya dan terpaksa menghela napas ketika kutemukan rasa ketertarikan Radith kepada Lova dari tatapan ragunya kepadaku. Yah, sejujurnya aku merasa sedikit kecewa kepada Radith, namun hal ini lumayan sering terjadi. Aku hanya menyayangkan kenapa mesti ada lagi perempuan seperti ini sebagai teman kencan Radith. Tak bisakah Radith mengencani perempuan yang normal-normal saja seperti aku?

Oke, mungkin aku nggak termasuk dalam kategori normal untuk teman kencan Radith.

Aku menunduk. Memandang kuku-kuku jariku yang belum kurapikan bentuknya. Aku berusaha memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan perasaanku kepada Radith, namun selalu gagal. Apalah bisaku kalau bahagianya Radith adalah dengan berkencan dengan Lova?

Semoga saja ini hanya perasaan burukku.

"Pergilah berkencan dengan Lova," tuturku pelan.

Mata Radith melebar seketika. "APA?"

"Kamu sudah dengar," kataku tak bersemangat namun tetap mencoba bijaksana. "Aku memberikan restuku untuk kamu dan Lova."

Radith terdiam sesaat. Dia memandangku seperti merasa bersalah. Namun di detik-detik terakhir sebelum aku meninggalkan kamarnya, dia memelukku erat-erat.

"Kamu memang perempuan paling baik yang pernah aku temui, Adis. Bukan karena kamu saudaraku. Aku janji, aku nggak akan berkencan dengan perempuan yang memperlakukan kamu dengan buruk."

Aku tersenyum, balas memeluk tubuh Radith sambil menarik napas lega. "Yah... sepertinya itu akan jadi pekerjaan yang sulit buat kamu karena... bisa dikatakan hanya ada sedikit sekali perempuan yang bisa memperlakukanku dengan sangat baik."

Beautiful NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang