Kurasa hubunganku dengan Ken sudah benar-benar membaik sekarang. Dengan Radith pun begitu. Meskipun, sampai sekarang ia belum berhasil menemukan perempuan itu. Aku turut prihatin dengan nasib malang Radith. Padahal aku sungguh berharap Radith bisa menemukan 'The One'-nya itu.
Aku akan mengesampingkan persoalan Radith karena ada hal yang lebih penting yang perlu aku cemaskan: akhir pekan di rumah Kenio.
Kurasa aku cukup gila ketika menerima tawaran tersebut. Maksudku, kita memang sudah sama-sama dewasa. Tidak ada yang salah dengan saling mengunjungi rumah masing-masing. Hanya saja... ini rumah Kenio, seorang lelaki dewasa yang juga adalah orang yang aku sukai.
Wajahku keburu panas bahkan sebelum aku sempat melihat bangunan rumah Kenio dari luar.
Memalukan sekali Radistya. Memangnya aku membayangkan apa? Kita hanya akan memasak makan siang bersama, kemudian menghabiskan malam Minggu dengan menonton film.
Aku mengeleng-gelengkan kepalaku. Kulihat meja kerjaku masih berantakan sementara Ken akan datang menjemput sekitar setengah jam lagi. Hari ini hari Jumat dan itu berarti besok.
Ya, besok aku akan menghabiskan waktu sepanjang hari berdua dengan Kenio. Kenapa lebih terdengar seperti sebuah cerita horror ketimbang cerita romantis?
Kutarik napas panjang sebelum mulai merapikan meja kerjaku, dimulai dari menutup berbagai jendela aktif di komputer dan mematikan benda tersebut. Radith masih ada di dalam ruangannya, kurasa aku bisa berbincang dengannya sebentar sebelum Ken menjemput. Bagaimanapun, saudara kembarku itu butuh sedikit hiburan.
Lima belas menit sebelum Ken menjemput, meja kerjaku sudah rapi dan aku sudah siap pulang. Kuputuskan untuk masuk ke ruangan Radith dan kutemukan ia sedang serius menatap komputer seakan ada konflik dunia yang harus ia pecahkan.
"Kamu bakal lembur?" tanyaku seraya menarik kursi di hadapan Radith.
Radith mengangguk. "Sepertiya aku bakal menginap di kantor. Dijemput Ken?"
Aku mengangguk.
"Kamu tahu, mungkin sudah waktunya kamu melupakan perempuan itu. Yah... seharusnya nggak sulit buat seorang Radith mencari perempuan lain, kan?"
Aku memainkan gelas kopi di samping pigura foto keluarga kami.
Radith mendesah lelah. "Bukan itu masalahnya, Adis. Perempuan memang banyak dan bisa dicari, tapi mereka semua bukan Rose."
"Rose?" tanyaku bingung. "Kukira kamu bahkan nggak tahu namanya siapa."
Radith mengangguk lesu. "Memang."
"Rose?"
"Ya, rose, mawar. Nama panggilan yang kubuat sendiri karena perempuan itu memang secantik mawar dalam ingatanku. Suaranya... aku rasa cuma itu yang aku ingat. Apa aku harus mengajak bicara seluruh perempuan di kota ini?"
Suara Radith jelas terdengar frustrasi.
"Maaf, aku nggak bisa membantu." Aku menepu-nepuk lengkan Radith pelan.
"Nggak apa-apa. Kurasa Ken sebentar lagi datang, nah, itu dia orangnya."
Aku memutar kepalaku dan menemukan sosok Kenio berdiri di ambang pintu ruangan Radith. Dasinya telah longgar, tangannya menenteng jas dan tas kerja. Persis seperti lelaki-lelaki di film romantis komedi zaman dahulu dengan senyum mematikan.
"Lembur?" tanya Ken kepada Radith. Ia berdiri di belakangku dan memijat pundakku pelan. Tanganku pun mengusap lengan Ken.
"Dia bahkan mau menginap di sini. Apa sebaiknya kita temani Radith sampai malam?" tanyaku iseng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Nerd
Romance"Kenapa semua orang selalu ngebandingin aku sama Radith? Aku tau penampilanku emang jadul, cupu, beda seratus depalan puluh derajat sama Radith yang super ganteng, keren, kece.. idaman banyak wanita lah pokoknya. Tapi hey, setiap orang punya pilihan...