Ada siswi pindahan yang baru bergabung di klub matematika hari ini. Anaknya cantik luar biasa. Rambutnya bergelombang natural, panjang sampai ke pinggang, lebat dan hitam, seperti habis keluar dari Peter Saerang. Matanya bulat dan besar dengan lipit kelopak serta bulu mata tebal dan lentik yang membuatnya makin manis. Suaranya selembut tofu, atau kembang tahu, ya? Aku belum bisa memutuskan. Bibirnya tipis, hidungnya mungil dan mancung serta kulitnya putih dan mulus. Tubuhnya tinggi bak model Victoria Secret dengan bentuk yang sempurna seperti dilatih di pusat kebugaran. Padanan yang sempurna untuk menjadi imitasi Barbara Palvin. Dia juga cerdas. Di hari pertamanya bergabung, dia telah berhasil mendapatkan nilai sembilan puluh di kuis pertamanya.
Namanya Vaelova, pindahan dari Bandung. Dia duduk di belakangku. Seperti namanya pula, kehadiran anak itu bagaikan angin surga di sekolah kami, terutama bagi para lelaki di klub matematika yang katanya sudah hampir rabun melihat pemandangan wanita bermuka standar di klub ini. Kurasa mereka sedikit keterlaluan. Selain aku, teman-teman perempuanku di klub ini memiliki wajah yang lumayan. Aku cukup tahu diri dengan penampilanku. Mereka menjulukiku gadis culun. Tipikal anak dengan kacamata besar, mengenakan kawat gigi, rambut kucir kuda yang tak pernah ganti model, tas ransel yang dipenuhi buku-buku, serta seragam kebesaran seperti saat masa orientasi siswa baru, padahal kami sudah bersekolah selama lebih dari satu smester di SMA ini.
Ketika Kak Putri—pembimbing kami—menyudahi sesi belajar hari ini, hari sudah berganti sore. Selepas Kak Putri keluar dari kelas, Radith muncul di ambang pintu masih dengan seragam basketnya. Ranselnya tersampir di satu bahu dan satu tangannya menenteng bola basket.
"Adis!" serunya mengundang perhatian seisi kelas.
Kebetulan aku sudah selesai mengemas barang-barangku. Jadi aku segera menghampiri Radith.
"Cowok itu pacarnya?" Baru selangkah, aku bisa mendengar bisikan pelan di belakangku. Tadinya aku mau menoleh untuk menjelaskan, tetapi tugas itu telah direbut oleh Daisy.
"Bukan. Haha. Dulu kami juga berpikir begitu. Tetapi ternyata bukan. Radith itu saudara kembarnya."
"Kembar?!" Lova kedengaran sangat terkejut. "Tapi mereka beda banget!"
Aku tertawa mencemooh dalam hati. Bisikan-bisikan seperti ini sudah seperti makanan sehari-hari buatku. Sejak kecil hingga sekarang, tidak akan ada yang menyangka kalau aku dan Radith adalah saudara kembar. Aku berani bersumpah wajah kami mirip, setidaknya dulu, dalam foto telanjang ketika kami berusia tiga bulan yang ada di album foto, juga dalam pose-pose saling berangkulan kami mengenakan kostum power ranger—Radith ranger merah, aku ranger pink, tentu saja, serta beberapa foto lain yang akan membuktikan bahwa wajah kami benar-benar mirip. Bahkan nama kami pun sengaja dibuat serupa. Radithya Maheswara Subiantoro bersaudara kembar dengan Radistya Maheswari Subiantoro.
Aku memutuskan berjalan setelah mendengar sisa percakapan mereka.
"Tapi syukurlah. Sayang banget kalau cowok seganteng itu punya pacar seperti Betty La Fea." Lova terkikik geli sementara Daisy tak bersuara. Aku memutar bola mataku.
Radith memantul-mantulkan bola basketnya ke lantai ketika aku menghampirinya. "Lama banget, sih? Aku kegerahan, nih." Radith mengeluh. Ia mengibas-ngibaskan seragam ala Kobe Bryant-nya itu. Aku melengos, mendahului Radith tidak mau berkomentar. Jam pulangku memang sedikit terlambat karena perkenalan diri Lova di awal kelas.
Aku menarik-narik tali tas ranselku tak bersemangat. Suasana sekolah mulai sepi, tetapi masih ada beberapa siswa duduk-duduk di pinggir lapangan olah raga dan di kursi bawah pohon rindang.
"Aku ada janji nongkrong dulu di warung bakso sama Kenio dan anak basket yang lain." Radith tiba-tba menyela, berjalan lebih cepat hingga dia berada beberapa langkah di depanku. Anak itu berbalik, berjalan mundur. Masih memantul-mantulkan bola basket dan memainkannya berlagak seperti atlet NBA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Nerd
Romance"Kenapa semua orang selalu ngebandingin aku sama Radith? Aku tau penampilanku emang jadul, cupu, beda seratus depalan puluh derajat sama Radith yang super ganteng, keren, kece.. idaman banyak wanita lah pokoknya. Tapi hey, setiap orang punya pilihan...