Tahun Kedua (4)

3 0 0
                                    

"Apa kalian semua ...."

"Kami semua?"

"... Ingin memakai kostum buatanku saat tampil nanti?!"

Ternyata yang ia sembunyikan dibalik punggungnya adalah lima kostum maid perempuan lengkap dengan appron sebagai ciri khas dari baju maid.

"Tidak mau!" ucap Kak Mio dengan tegas.

"Bagaimana penampilanku?"

"Cocok sekali denganmu, Yui," puji Mugi.

"Eh?! Sejak kapan kalian memakainya?!"

Meskipun Kak Mio dengan tegas mengucapkan kalau ia tidak mau memakainya, tapi kali ini tidak dengan yang lainnya, sepertinya mereka selalu berbeda pendapat soal hal-hal seperti ini. Kak Yui sudah memakai kostum maid itu bahkan saat Kak Mio masih berbicara, lalu Kak Mugi juga sudah memakainya.

"Ka-Kalian semua tidak malu memakainya?!"

"Tidak sama sekali."

"Ba-Bagaimana bisa ...?

Kak Mio memandangi yang lainnya dengan tatapan lemas dan pasrah. Tapi Bu Yamanaka mengendap di belakangnya secara perlahan lalu memegang pundak Kak Mio dengan wajah dan senyum menyeramkan yang membuat Kak Mio terkejut.

"Kau tidak bisa menghindar lagi, sekarang cepat pakai ini," ucap Bu Yamanaka dengan senyum yang menyeramkan.

"Ti-Tidak! Aku tidak mau memakainya!"

Aku jadi merasa kasihan dengan Kak Mio. Apapun yang ia lakukan tidak bisa menghindarkannya dari memakai kostum maid itu. Tapi itu berarti aku juga harus memakai kostum ini. Tiba-tiba Kak Mugi menghampiriku sambil membawa kostum maid dan satu barang lain, yaitu bando telinga kucing.

"Kak Mugi, kenapa aku diberikan bando ini?"

"Azusa, Azusa! Coba pakai itu!" ucap Kak Yui.

"Aku selalu berpikir kamu akan cocok memakainya, Azusa. Dan lagipula kostum maid itu selalu cocok dengan bando telinga kucing, bukan?"

Aku tidak berpikir ada hubungan antara kostum maid dan bando telinga kucing, tapi aku pun kemudian memakainya. Wajah mereka terlihat seperti sedang melihat seekor anak kucing. Apa aku melakukan sesuatu yang salah?

"Azusa, Azusa! Coba bilang 'meow', Azusa!"

"Eh ...?"

"Jangan lupakan gerakan tangannya!"

Aku pun kemudian menuruti permintaan mereka. Aku menaikkan kedua tanganku dan menirukan pose seekor kucing yang sedang ingin mandi, lalu tidak lupa juga menirukan suaranya.

"Me-Meow~ ...."

"Haaahh~ ...."

Apa-apaan ekspresi mereka itu? Mereka seperti terpuaskan oleh yang kulakukan tadi. Padahal aku hanya meniru pose dan suara kucing saja. Aku benar-benar tidak mengerti.

"Mulai sekarang kau akan kupanggil Azu-miaw!" ucap Kak Yui.

"Eh?!"

Tiba-tiba Kak Nodoka mengetuk pintu lagi padahal sudah ada di dalam untuk mendapatkan perhatian kami. Sepertinya kami terlalu sibuk sendiri tadi sampai-sampai melupakan kehadiran Kak Nodoka.

"Maaf mengganggu kalian semua, tapi waktunya kalian tampil sudah hampir tiba."

"Ah iya, maafkan kami."

Setelah diperingatkan oleh Kak Nodoka, kami pun sekarang benar-benar bersiap dan memakai kostum kami, meskipun Kak Mio sempat menolaknya. Lalu kami pun segera pergi menuju ke ruang aula untuk segera tampil.

Saat sampai di aula, kami pun segera naik ke panggung dengan layar yang masih turun. Disana kami bersiap di posisi masing-masing. Kak Ritsu duduk di belakang kanan di belakang drumnya. Kak Mugi berada di samping kirinya berdiri di belakang keyboard nya. Sementara Kak Yui sebagai vokal berada di tengah-tengah dan aku serta Kak Mio berada di samping kiri dan kanannya.

Kumohon Jangan LulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang