PoV Hirasawa Yui
Namaku Hirasawa Yui, aku adalah anak kelas tiga di Sekolah Putri Sinar Mentari. Di sekolah, aku masuk ke klub musik dengan empat anggota lainnya. Yaitu Mio, Mugi, Ritsu, dan juga Azu-miaw. Azu-miaw sebenarnya bukan nama aslinya, tapi aku suka sekali memanggilnya begitu karena terdengar lucu dan cocok untuknya.
Tapi saat ini aku sedang kepikiran sesuatu yang membuatku tidak fokus dalam belajar. Belakangan ini aku sering melamun sendiri di kelas dan membuatku sering dipanggil oleh guru.
"Yui ... Yui ... Hirasawa Yui ...!" Guru yang sedang mengajar tiba-tiba menegurku.
"I-Iya?!"
"Tolong perhatikan pelajaran saat berada di dalam kelas."
"Ba-Baik, bu."
"Kalau begitu kita lanjutkan pelajarannya ...."
Aku menggaruk-garuk kepala belakangku sambil sedikit tersenyum malu karena telah menjadi pusat perhatian satu kelas. Teman-teman kelasku yang lain juga sedikit terkekeh melihat tingkahku. Sementara itu tanpa kusadari, teman-teman satu klubku saling memandang satu sama lain seakan menyadari ada yang salah dari perilakuku saat ini.
Sekarang adalah waktunya istirahat dan banyak yang sudah memulai makannya, termasuk aku. Kami berempat saat ini sedang makan bersama, yaitu aku, Nodoka, Mio, dan Mugi. Ini adalah hal biasa yang selalu kami lakukan setiap istirahat.
"Wah, Nodoka! Makananmu terlihat enak! Apa kau membuatnya sendiri?" tanyaku.
"Ya begitulah, karena aku sudah kelas tiga kurasa sudah saatnya aku memasak makananku sendiri."
"Apa memang harus begitu?""Tapi kalau melihat bekal Mugi, kau membawa bekal yang banyak sekali, ya?"
Kami semua mengarahkan pandangan kami ke arah bekal Mugi yang besarnya dua kali bekal kami semua disini.
"Kalau itu memang aku harus makan banyak, karena harus mengisi staminaku."
"Memangnya kau menggunakan staminamu buat apa?" tanya Mio datar.
"Tapi kalau berbicara soal bekal yang paling imut ...."
Kami semua kemudian mengarahkan pandangan yang sama yang dilakukan oleh Mugi, yaitu ke arah bekal milik Mio. Bentuk bekalnya yang bulat dan ukurannya yang hanya tiga per empat tempat bekal biasanya membuat isi makanan di dalamnya terlihat seperti mau meledak. Mio yang merasa kalau bekalnya menjadi pusat perhatian membuat wajahnya langsung memerah.
"A-Apa salahnya bekal yang sedikit seperti ini?! Ini hanya bekal makan siang, kau tahu!"
"Ahaha ... kami tidak menyalahkanmu, kok. Tapi kalau soal Ritsu ...."
Lagi-lagi kami mengarahkan pandangan kami. Tapi sekarang pandangan kami bukan ke arah bekalnya, melainkan orangnya yang sedang berkeliling meminta bekal anak-anak kelas. Memang tipikal Ritsu sekali, tidak mau ribet dan yang terpenting adalah kemudahannya.
"Dia sedang melakukan wisata makanan."
"Kau benar."
"Ah, dia kesini."
Ritsu yang telah selesai melakukan 'wisata makanan' pun kemudian menghampiri kami. Ia langsung menyandarkan pinggulnya di sandaran kursi yang diduduki oleh Mio.
"Yo, kalian semua! Sudah selesai makannya?"
"Tidak, belum, kami baru mulai makan," ucap Mio datar.
"Ritsu, coba telur dadar buatan Nodoka ini."
Aku kemudian memberikan telur dadar yang baru saja kuminta dari Nodoka. Kelihatannya Ritsu lebih membutuhkan daripada aku jadi lebih baik kuberikan kepada Ritsu.