Sementara itu Azusa di kelasnya sedang melamun sambil melihat ke arah luar. Padahal pelajaran sedang berlangsung dan guru sedang menjelaskan saat ini. Jarang sekali baginya untuk tidak fokus dalam pelajaran seperti saat ini. Ia melihat bayangan dirinya yang cukup transparan di kaca jendela kelas, seolah sedang memikirkan sesuatu yang sulit.
Saat ia sedang melamun, tiba-tiba terdengar notifikasi getar dari HPnya yang sengaja ia silent selama jam pelajaran sedang berlangsung. Azusa kemudian mengambil HPnya dari bawah kolong mejanya dan memeriksa pesan apa yang masuk saat pelajaran sedang berlangsung seperti ini.
“Dari Kak Yui ternyata,” gumam Azusa pelan.
Ia kemudian membacanya secara perlahan. Sebenarnya Azusa tidak tahu apakah ini adalah pesan yang penting atau bukan, karena pengirimnya adalah Kak Yui, tapi karena dia sedikit penasaran akhirnya ia pun membacanya sekarang.
Dan setelah membacanya dengan seksama, Azusa terkejut melihatnya. Berita bahagia seperti ini, Azusa sampai menutup mulutnya dengan tangan karena terbuka saking terkejutnya. Ia ikut bersyukur atas keberhasilan mereka, ini membuatnya semakin semangat untuk membuatkan kartu ucapan selamat bagi mereka semua.
Tanpa Azusa sadari, guru yang sedang menjelaskan pelajaran ingin menunjuk salah satu murid untuk membaca ulang yang tadi ia ajarkan. Dan ternyata guru itu memilih Azusa yang sedang tidak fokus pada pelajaran saat ini.
“Ibu akan menunjuk seseorang untuk menjelaskan ulang .... Azusa, apa kau bersedia?”
“Baik.” Azusa kemudian berdiri sambil mengangkat bukunya dan bersiap untuk membaca.
“Silakan baca.”
Ia masih merasa senang sekaligus terkejut karena keberhasilan kakak kelasnya sehingga ia tidak memperhatikan pelajaran. Pikirannya masih melayang sehingga ia melakukan yang disuruh oleh gurunya tanpa dipikirkan dulu. Saat Azusa sudah kembali sadar, ia baru menyadari kalau ia tidak tahu harus membaca yang mana dan mencarinya dengan teliti di bukunya.
“Azusa, ada apa?”
“Bu ... boleh diulang lagi pertanyaannya?” Azusa kemudian memohon dengan senyuman khawatir.
“Kau tidak memperhatikan, ya?”
“Ma-Maaf, Bu.”
“Kalau begitu silakan duduk, Ibu akan menyuruh yang lain.”
Azusa kemudian kembali duduk di kursinya dengan wajah merah padamnya yang ia tutupi dengan buku yang ia pegang. Saking senangnya ia sampai tidak memperhatikan pelajaran.
“Aku harus fokus,” gumam Azusa.
**
PoV Nakano Azusa
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Hari kelulusan para kakak kelasku sudah di depan mata. Aku juga sudah menyelesaikan ucapan selamatku kepada mereka. Masing-masing akan aku berikan satu dan setiap surat isinya tentu saja berbeda sesuai pandanganku kepada mereka.
Meskipun hari ini adalah hari kelulusan kelas 12, tapi kelas 11 seperti kami tetap masuk karena kelas kami memiliki sebuah tradisi yang cukup unik. Berbeda dengan SMA lain di Indonesia, para kelas 11 akan memberikan bunga mawar plastik kepada kakak kelas yang sudah diberi peniti dan menempelkannya di dada kirinya sebagai penanda kalau mereka sudah lulus dari sekolah ini.
Suasana pagi ini cukup sepi karena anak kelas 10 diliburkan, juga bagi kami kelas 11 tidak ada pelajaran karena hari ini hanya memberikan bunga saja pada para kelas 12. Aku sudah masuk ke dalam area sekolah saat Jun dan Ui menghampiri dan Jun merangkulku dari belakang.