Lari Marathon (3)

3 0 0
                                    

Meskipun sudah berada di depan pintu ruang guru, tapi tidak ada yang berani masuk. Kami berlima saling dorong mendorong dan menyuruh yang lainnya jadi orang pertama yang masuk.
 
“Mio, kau yang masuk duluan,” dorong Kak Ritsu.

“Eh~?! Kenapa aku? Kau yang ketua berarti kau yang masuk duluan!”

“A-Aku tahu, tapi membayangkan wajah Bu Yamanaka kemarin ....”

Kak Ritsu kemudian membayangkan wajah menyeramkan Bu Yamanaka kemarin yang membuat wajahnya langsung pucat pasi.

“... Yui! Kau yang maju!”

“Eh?! Aku?!”

“Mungkin dengan melihat wajahmu, kemarahan Bu Yamanaka bisa memudar.”

“Ta-Tapi ....”

Kak Yui mencoba membayangkan wajah Bu Yamanaka saat ia sedang mengajar dan menjadi baik. Tapi langsung diruntuhkan dengan ingatannya saat Bu Yamanaka marah-marah kepadanya saat nilai ulangannya rendah. Hal itu juga membuat wajah Kak Yui menjadi pucat pasi.

“... Aku tidak bisa,” ucap Kak Yui.

“Kak Yui tumbang!”
 
“Azusa! Sekarang waktunya bagimu untuk bersinar!” Sekarang Kak Ritsu malah menyuruhku.

“Aku tidak mau! Kak Ritsu yang ketua klub, seharusnya Kak Ritsu yang bertanggung jawab!”

“Azusa, tolonglah!”

“Tidak bisa tetap tidak bisa, aku juga takut Kak Ritsu.”

Keributan yang kami lakukan di depan ruang guru. Tentu saja membuat perhatian orang-orang yang lewat tertuju pada kami. Aku tidak tahu menganggap kami ini sedang main-main atau tidak, tapi ini benar-benar memalukan. Saat keadaan sedang genting seperti ini, secercah harapan pun muncul. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil kami yang sedang bertengkar sekarang.

“Apa yang sedang kalian lakukan disini?”

“Nodoka?”

Ternyata itu adalah Kak Nodoka. Kak Ritsu yang tidak tahu mulu pun langsung melompat dan memeluk Kak Nodoka sambil merengek yang membuatnya bingung.

“Nodoka! Tolong kami!”

“Ada apa?”

“Tolong masuk duluan ke dalam ruang guru.”

Kak Nodoka masih bingung dengan yang dimaksudkan oleh Kak Ritsu. Tapi sepertinya ia tidak ada pilihan lain, Kak Nodoka juga melihat ke arah wajah lainnya yang memelas meminta tolong. Jadi ia pun masuk ke dalam ruang guru duluan.

“Karena aku juga ada urusan di ruang guru, jadi aku juga harus masuk kesini.”

“Asyik!”

Kak Nodoka pun masuk ke dalam sambil membentengi kami semua yang berlindung di balik punggung Kak Nodoka, secara harfiah kami berlima benar-benar mengekor di belakangnya. Kak Ritsu melihat keadaan di dalam dan menemukan Bu Yamanaka yang sedang mengobrol bersama guru lainnya. Wajahnya terlihat seperti biasanya, jadi sepertinya mereka bisa menemuinya dengan aman.

Kak Ritsu pun berdiri dan sudah tidak bersembunyi di balik punggung Kak Nodoka lagi, kami juga melakukan hal yang sama.

“Apa sudah cukup?” tanya Kak Nodoka.

“Ya, terima kasih Nodoka!”

Kami semua akhirnya berjalan menuju Bu Yamanaka yang masih mengobrol dengan guru lainnya. Sementara Kak Nodoka berjalan menuju urusan awalnya kesini.

“B-Bu Yamanaka ...,” panggil Kak Ritsu pelan.

“Kalian sudah datang? Kenapa lama sekali?"

“Ma-Maafkan kami!”

Kumohon Jangan LulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang