Dan sekarang adalah masa-masa penentuannya, tanjakan tinggi yang akan kami lewati ini adalah tantangan sebenarnya dari lari marathon kami. Tapi jika bersama-sama maka pasti akan bisa. Atau mungkin itu yang aku pikirkan. Aku melihat ke arah Kak Yui yang berada di barisan paling belakang. Cara berlarinya sudah seperti zombie di film-film.
“Setelah ini akan ada checkpoint loh, Yui,” ucap Kak Ritsu.
“Di sana ada air minum, loh,” goda Kak Mugi.
“Aku ... sudah ... tidak ... kuat ... lagi .... Kalian bisa ... meninggalkanku ... di sini ....”
Nafas Kak Yui sepertinya sudah diujung. Bahkan untuk berbicara saja harus satu kalimat satu kalimat. Aku harus segera berpikir, bagaimana caranya agar Kak Yui bisa melupakan rasa lelahnya. Lalu aku pun menemukan suatu ide.
“Bagaimana kalau kita berlari sambil bernyanyi? Aku rasa itu bisa mengalihkan rasa lelah kita.”
“Woo! Ide bagus! Kalau begitu, ayo kita nyanyi Fluffy Time,” ucap Kak Ritsu.
Kami pun kembali berlari. Tapi kali ini diiringi oleh lagu Fluffy Time yang dinyanyikan bersama-sama sebagai pengalih perhatian dari rasa lelah kami.
“Saatku melihatmu jantungku berdebar-debar~”
“Kenangan yang melambai bagaikan marshmallow yang lembut~”
“Wah! Aku tidak bisa! Nafasku habis karena bernyanyi!” ucap Kak Yui.
“Kak Yui kembali berhenti lagi dan kami juga terpaksa berhenti lagi. Mungkin ini adalah masalah lagunya. Nada dari Fluffy Time terlalu cepat sehingga ritme berlari kami juga mengikuti nada lagu Fluffy Time. Kak Ritsu kemudian memikirkan lagu lain.
“Fluffy Time terlalu cepat, ya? Kalau begitu kita pakai nada lagu Pure Pure Heart saja,” usul Kak Ritsu.
Bagus sekali, Kak Ritsu! Nada dari Pure Pure Heart memang cepat, tapi tidaklah secepat Fluffy Time. Dan juga karena ini sedang marathon, kita tetap harus membutuhkan kecepatan agar sampai ke garis finish tidak terlalu lama.
Kami pun kembali berlari menuju ke ujung tanjakan yang seakan tak berujung ini. Dan sekarang kami sambil menyanyikan lagu Pure Pure Heart.
“Kepalaku sedang banyak pikiran~ Tapi ku takut untuk diungkapkan~”
“Jadi kudengarkan lagu di headphone ku saja~”
“Dont stop the music~”
Aku yang mendengarkan mereka semua bernyanyi, tanpa sadar menjadi backing vocal mereka saat lirik ‘Don’t stop the music' terdengar. Sementara itu, Kak Yui sih sepertinya sudah tidak ada masalah saat berlari, sekarang yang bermasalah adalah Kak Mugi karena ia terlalu banyak bernyanyi, maka nafasnya yang duluan habis dan meminta istirahat sebentar.
“Tu-Tunggu ... sebentar ... aku terlalu banyak ... bernyanyi ...,” ucap Kak Mugi kehabisan nafas.
“Arkhh ...! Kalian tinggalkan saja aku! Aku sudah tidak kuat lagi!”
Kak Yui berbaring di jalan dan merengek seperti anak kecil karena sudah tidak kuat lagi dengan lari marathon ini. Sementara Kak Mugi juga memegangi kedua lututnya karena juga sama lelahnya. Ini buruk. Aku harus segera menemukan cara agar lari marathon kami tidak terhambat terus seperti ini. Dan setelah berpikir beberapa saat, sepertinya aku menemukan caranya.
“Kalau begitu bagaimana jika bernyanyinya di dalam hati saja?” saranku.
“Ooh!” Kak Yui langsung berdiri dan semangat lagi.