“Akhirnya kau datang juga, Azusa,” sambut Kak Mio.
“Selamat datang, Azusa,” sambut Kak Mugi juga.
Tanpa sebuah kata-kata yang keluar dari mulutku, aku pun masuk dan duduk di tempatku biasanya duduk. Entah kenapa saat aku masuk suasana menjadi lebih canggung dari biasanya. Seakan sungkan untuk memulai obrolan denganku. Lalu setelah cukup lama, Kak Ritsu akhirnya memecahkan suasana ini.
“Azusa, soal anggota klub musik—“
“Tenang saja! Kak Ritsu dan yang lainnya tidak perlu memikirkan soal hal itu!”
Tanpa sadar aku memotong ucapan Kak Ritsu.
“Bagaimanapun caranya aku akan mendapatkan anggota baru! Dan pasti, pasti, pasti, pasti! Aku tidak akan membiarkan klub ini bubar!”
“Begitu, ya. Aku lega mendengarnya,” ucap Kak Mio. Walaupun aku bisa melihat senyuman dan tatapan khawatir di matanya.
Sepertinya aku masih membuat mereka semua khawatir. Dan juga sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan ucapan selamat itu. Aku pun mengeluarkan empat kertas dari dalam tasku dan memberikannya masing-masing pada mereka.
“Oh iya, aku juga membuat ucapan selamat pada kalian. Ini untuk Kak Ritsu.”
“Sankyu.”
“Untuk Kak Mio.”
“Baik.”
“Untuk Kak Mugi dan Kak Yui juga.”
“Terima kasih.”
“Makasih, Azusa. Boleh aku buka sekarang?” tanya Kak Yui.
“Ah iya! Silahkan!”
Mereka kemudian mulai membukanya. Aku bisa melihat wajah penasaran yang dipancarkan dari masing-masing mereka. Suasana sempat hening sesaat karena semuanya sedang membaca dari suratku. Semuanya aku buat berbeda-beda sesuai dengan kesanku dan pesan untuk mereka di masa depan nanti.
Contohnya untuk Kak Mugi. Di suratnya tertulis seperti ini.
“Untuk Kak Mugi, aku tidak bisa mengucapkan banyak hal kepada Kak Mugi karena aku tidak terlalu paham dengan apa yang Kak Mugi pikirkan maupun Kak Mugi sukai. Tapi yang pasti, Kak Mugi adalah orang yang baik dan unik. Kepribadian tidak biasa Kak Mugi itulah yang membuatku bersyukur bisa bertemu dengan Kak Mugi. Dan juga terima kasih untuk kue dan tehnya selama ini, meskipun aku sempat melarangnya, sekarang aku malah yang paling menikmatinya dan pastinya nanti aku akan merindukannya. Ehehehe... Untuk ke depannya, tolong bantu yang lainnya jika ada masalah ya, Kak. Karena cuma Kak Mugi dan Kak Mio saja yang bisa diandalkan untuk menghadapi Kak Yui dan Kak Ritsu ....”
Kak Mugi sedikit terkekeh saat membaca surat yang aku tulis kepadanya. Sepertinya itu menjadi surat yang menarik baginya. Lalu aku juga menulis sesuatu ke Kak Ritsu.
“Untuk Kak Ritsu, satu hal yang bisa aku katakan pada Kak Ritsu adalah, jangan lupa kalau Kak Ritsu itu adalah ketua dari klub musik ini. Sikapmu benar-benar tidak menunjukkan sikap seorang ketua sama sekali. Tapi meski begitu, Kak Ritsu adalah seseorang yang bisa memberikan keceriaan di klub musik ini. Karena keberadaan Kak Ritsu, klub musik ini jadi lebih berwarna dan hidup. Aku tidak bisa mengelak hal yang satu itu. Lalu saat di Universitas nanti, niat sedikit saat belajar dan jangan terlalu banyak merepotkan Kak Mio ....”
Kak Ritsu juga berekspresi hampir sama dengan Kak Mugi. Lalu aku juga membuat satu untuk Kak Mio.
“Untuk Kak Mio, di dalam klub musik yang random ini, Kak Mio bagaikan penawar karena bisa menjadi penawar bagiku meski kadang-kadang suka terbawa suasana juga. Sifat Kak Mio yang seperti bass, yaitu selalu mencoba untuk tidak terlihat tapi malah berakhir menjadi pusat perhatian orang banyak. Kak Mio juga harus bisa mengurangi sifat penakut dan pemalu yang Kak Mio miliki. Aku punya saran jika bisa Kak Mio berlatih menonton film horor sendirian di bioskop akan menjadi latihan yang bagus.