Mimpi (3)

1 0 0
                                    

Film tadi pun telah selesai dan tanpa sadar, langit sudah menunjukkan kalau ia ingin segera tidur. Kami juga sudah keluar dari bioskop, Ui banyak bercerita tentang betapa sedihnya dan mengharukannya film Hachi tadi. Sedangkan aku hanya bisa tersenyum dan sesekali meresponnya dengan hal yang aku mengerti, karena kebanyakan aku tidak mengerti soal filmnya.

Saat Ui sedang asyik bercerita, aku memeriksa smartphone ku yang dari tadi aku silent karena sedang berada di dalam bioskop. Saat aku memeriksa pesan, ternyata ada beberapa pesan dari Kak Yui kepadaku. Kira-kira seperti ini yang ia bilang padaku.
 
“Halo, Azusa! Aku dan yang lainnya sedang berada di rumahku untuk belajar bersama. Lihat ini!”

Dan setelah chat itu, Kak Yui mengirimkan sebuah gambar bersama yang lainnya. Terlihat di gambar itu Kak Ritsu yang sedang diomeli oleh Kak Mio, sementara Kak Mugi secara sembunyi-sembunyi berpose ‘peace'.

“Sepertinya mereka bersenang-senang. Tapi aku harap Kak Yui lebih sedikit serius,” gumamku.

“Azusa, ada apa? Apa kau mendengarkanku?”

“Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada apa-apa.”

“Kau tidak mendengarkanku ...,” ucap Ui sambil cemberut.

Tidak mendengarkan omongan Ui dengan jelas, aku lebih memfokuskan diriku kepada chat dengan Kak Yui. Aku mau membalas sesuatu yang berbau semangat dan sekaligus ancaman pada Kak Yui jika tidak serius.

Saat sedang fokus pada smartphone ku, tiba-tiba ada seseorang yangmemanggilku saat aku sedang berjalan sambil menundukku ke bawah. Lalu saat aku melihatnya, ternyata yang memanggilku adalah Kak Yui. Dan juga ia tak sendiri, teman-teman klub musik lainnya juga bersama dengannya.

“Azusa!”

Kak Yui langsung berlari ke arahku dan memelukku seperti biasanya. Dari bawaan yang mereka bawa, sepertinya mereka baru selesai belajar dari rumah Kak Yui. Yang lainnya pun juga kemudian menghampiriku.

“Iih! Kak Yui, jangan peluk aku tiba-tiba saat di tempat umum seperti ini!”

“Ehehehe ....” Kak Yui hanya tertawa tanpa merasa bersalah dan masih terus memelukku.

“Azusa, habis dari mana?” tanya Kak Mio.

“Tadinya aku mau membawa Oci ke rumahku, tapi karena temanku satunya tidak datang, akhirnya aku malah nonton bioskop.”

“Ap-Apa?! Azusa tidak mengajakku nonton?!” ucap Kak Yui terkejut.

Kak Yui kemudian melepaskan pelukannya dariku dan langsung berpindah kepada pelukan Kak Ritsu. Dia seperti anak kecil yang mengadu kepada orang tuanya karena merasa disakiti oleh aku.

“Azusa ... dingin sekali.”

“Sini, sini, aku padamu, Yui,” ucap Kak Ritsu.

“Apa-apaan drama itu?” ucapku datar.

“Baiklah! Karena sudah jam segini, bagaimana kalau kita pergi ke pasar malam bersama?” ucap Kak Ritsu tiba-tiba.

Lagi-lagi Kak Yui mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Mentang-mentang ia sudah belajar bersama, lalu ia mau ke pasar malam sekarang? Benar-benar tidak ada lelahnya manusia satu ini.

“Ya ampun Kak, harusnya—“

“Pasar malam?! Ayo kita pergi kesana! Aku mau kesana!”

“...”

“Mugi, apa kau mau—“

“Iya! Aku mau, aku mau!”

Dan begitulah akhirnya kami pergi ke pasar malam. Kami tidak tega menolak dan membiarkan gadis penasaran seperti Kak Mugi untuk menunjukkan wajah sedihnya, jadi kami pun pergi ke pasar malam sekarang.

Kumohon Jangan LulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang