“Kalian nanti ingin mengajak siapa untuk datang?” tanya Kak Mio.
“Aku akan mengajak Nodoka! Dia harus datang ke sana, pasti dia akan bangga kepadaku karena melihat penampilanku,” ucap Kak Yui.
“Dia ibumu, kah?” tanya Ritsu datar.
“Kita juga harus mengajak Bu Yamanaka.”
“Kau benar juga.”
“Berarti sisa dua orang lagi, ya? Aku tidak kepikiran seseorang.”
Yang lainnya mencoba untuk memikirkan dua orang lagi yang akan mereka ajak. Tapi setelah berpikir keras sampai kami berhenti melangkah, yang lainnya tetap tidak bisa menemukan orangnya. Akhirnya aku mengajukan beberapa orang untuk diajak.
“Kalau tidak ada yang lain, bagaimana kalau aku mengajak dua orang temanku?”
“Tentu saja, dengan begitu semua tiket sudah dibagikan.”
Akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing dan akan memberikan masing-masing tiketnya kepada teman-teman kami. Keesokan harinya, pada saat bel istirahat sudah berbunyi, aku memberikan dua tiket itu kepada Jun dan Ui.
“Jun, Ui, aku punya sesuatu untuk kalian.”
“Hoo, ada apa, ada apa? Apakah kau ingin memberikanku hadiah?”
“Tapi aku tidak ulang tahun masih lama, Azusa.”
“Bukan itu. Nanti datanglah ke live music ini, ya. Band kami akan jadi salah satu penampil di sana."
Lalu aku memberikan dua tiket itu yang kemudian mereka terima dengan senang hati. Tiket kertas berbentuk persegi panjang dan berwarna ungu itu adalah tiket pertunjukan kami. Jun dan Ui yang masih belum percaya kalau itu adalah sebuah tiket kemudian menerawangnya ke tempat yang disinari sinar matahari.
“Apa ini benar-benar tiket? Atau Cuma buatanmu, Azusa?” ucap Jun.
“Ihh! Tentu saja itu tiket sungguhan.”
“Ehehehe ... aku bercanda. Kami pasti datang, kok.”
Sementara itu Ui masih memperhatikannya dengan serius. Dan wajahnya berubah menjadi senang dengan sendirinya.
“Tiket konser pertama temanku ... aku akan menyimpannya selamanya!”
“Tiketnya dipakai! Kalau tidak kau tidak boleh masuk, Ui!” ucapku.
Tapi meski begitu, aku senang kalau ternyata mereka juga senang mendapatkan tiket itu. Kalau begitu tinggal dua tiket lagi ya. Untuk Kak Nodoka dan Bu Yamanaka. Berarti kami sudah empat penonton untuk pertunjukan kami sendiri.
“Azusa, ada apa?
“Ah tidak ada apa-apa!”
Sementara itu di kelas Yui dan yang lainnya, waktu istirahat juga sedang berlangsung. Yui kemudian dengan semangat berjalan ke arah Nodoka yang sedang makan sambil membawa tiket konser mereka.
“Nodoka, silahkan diterima!”
“Tiket konser kalian? Aku benar-benar senang mendengarnya.”
“Ehehehe ... kalau begitu, apa kau mau tanda tanganku sekalian?”
“Hmm ... aku tidak terlalu ingin, sih.”
“Pa-Padahal aku sudah membuatkannya khusus untukmu.”
Yui mengeluarkan sebuah kertas yang berisi tanda tangan dirinya sendiri dari dalam tasnya. Seperti kalau soal seperti ini, Yui yang paling tidak ingin ketinggalan. Melihat Yui yang sudah ingin menangis jika saja ia tidak menerimanya, Nodoka akhirnya terpaksa menerimanya.