•••Malam hari
Areum berserta Eommanya telah sampai di rumah besar milik keluarga
Lee, bukan besar seperti rumah orang kaya pada umumnya namun rumah yang seperti istana megah milik kerajaan Inggris.Ia menutup mulutnya dengan tangan karena sangat takjub biarlah dia dikatakan norak tapi rumah ini memang sangatlah besar untuk ukuran rumah milik orang kaya, "Eomma, apakah kita disini untuk menjadi pembantu?"
Sontak Eomma dan supir yang sedang mengendarai mobil tertawa terbahak-bahak, sontak membuat Areum yang tidak tau apa-apa melihat dengan kebingungan.
"Mengapa kalian berdua tertawa bahkan sampai terbahak-bahak?"
"Ya Sayang, ini rumah appa, rumah kita sendiri mengapa kau lupa?" Jelas Eomma di sela tawanya.
"Rumah appa?" Tanyanya sambil melihat Eomma dan Eommanya menganggukan kepala.
"Lihat disana Appamu sedang menunggu, pergi dan peluk dia." Suruh Eommanya sambil menunjuk pria paruh baya yang sedang merentangkan kedua tangan tersenyum ke arah mereka berdua.
Dengan segera Areum berlari memeluk Appa yang sudah jelas sangat ia rindukan itu, namun entah mengapa ia merasa asing dengan pria yang sedang ia peluk itu, terdapat rasa asing namun juga rasa rindu. Entahlah terlalu rumit untuk menjelaskan semua itu.
Eomma berdehem, "Ekhem, Nona Lee dan Tuan Lee kalian terlalu sibuk berpelukan, apakah kalian masih ingat dengan Nyonya Lee di keluarga ini?"
Kami berdua tertawa ringan karena ucapan Eomma setelah itu merenggangkan pelukan supaya kita dapat berpelukan bertiga bak teletubbies.
"Yeobo, apakah kau tau anakmu, Lee Areum ini bahkan tidak mengenal rumah yang di bangun oleh Appanya sendiri," adu Eomma pada Appa.
"Apakah benar seperti itu sayang?" Kata Appa sambil pura-pura memasang muka marah karena menurut cerita yang Eomma katakan, Appanya itu juga membantu para pembangun rumah supaya desain interior tidak salah dan pas untuk anaknya kelak.
Sebagai jawaban ia hanya tersenyum sambil melihat gigi kelinci kebanggaan.
"Mari masuk rumah, angin malam tidak baik untuk perempuan - perempuan milik ku ini," katanya sambil merangkul kami berdua agar masuk ke dalam rumah secara bersamaan.
•••
"Woy, Jung kenapa muka milikmu seperti karpet lusuh? Pftt sangat jelek." Ejek Taehyung yang sedang berada di depan gerbang rumah milik Jungkook. "Bahkan kau terlihat seperti Duda yang di tinggal pergi oleh sang istri haha miris," Taehyung menambah ejekannya sambil menyindir tapi sayang sepertinya Jungkook tak merasa tersindir sekalipun.
"Diam Hyung! Aku sedang tidak ingin di ganggu."
Taehyung mengikuti Jungkook dari belakang, ia sempat bingung kenapa kaos punggung milik Adiknya itu kotor tapi ia singkirkan kebingungannya karena ada masalah yang lebih penting dari sekedar kaos tadi.
Setelah sampai di sofa dan menyuruh salah satu art untuk mengambilkan minuman di rumah besar Jeon, sebab memang sekarang Jungkook lebih memilih pulang ke rumah keluarga besar daripada ke rumah miliknya sendiri.
"Apa kau sudah mengecek ponsel genggam milikmu?" Jungkook menggeleng karena tak membuka salah satu ponsel genggamannya, tepat seperti dugaan Taehyung pasti Ade satu ini belum membaca apapun
berita hari ini karena jika sudah membuka berita pasti ia sudah sangat mengegerkan Hyung yang lainnya."Lebih baik kau tarik napas terlebih dahulu," Jungkook pun mengikuti perintah Taehyung, ia menarik napas pelan sambil menunggu Taehyung dengan sangat penasaran.
"Anak dan istri dari keluarga Lee sudah kembali," setelah Taehyung memberi tahu tentang itu dengan segera Jungkook menyambar minuman yang seharusnya di sediakan untuk Taehyung.
Next→
Monday, 8 March 2021
Jan lupa follow akun ini dan akun Ig aku (@juwitaimalia)
Makasih dah mampir.
Kritik dan sarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My destiny [Jeon Jungkook]
FanfictionTerlihat mobil melaju kencang kearahku,tapi dengan segera Jungkook mendorongku. "Jungkook awas!!!!!!" Bruuggghhh satu satunya hal yang lebih menyedihkan dari dibenci adalah dilupakan Selamat membaca^_^ Hanya seorang author ogeb. Penulis amatir yang...