15

4.9K 475 68
                                    

Ada yang nunggu cerita ini?

Happy Reading
.
.
.
.
.
.

Tubuh win jatuh terduduk setelah menyaksikan berita di televisi yang sedang membahas suaminya. Bocornya kabar itu membuatnya sangat terkejut dan menyebabkan kakinya seperti kehilangan tumpuan.

"WIN YATUHAN!" Ibu Bright segera berlari menghampiri Win dan menahan badannya yang hampir terjatuh kedepan.

"Ibu bagaimana berita itu bisa sampai kepada media?" Win bertanya dengan nada lemah, suaranya parau dan hampir tidak bisa didengar oleh ibu Bright.

"Ibu juga tidak tahu Win, ibu sama terkejutnya denganmu" Dengan hati- hati Ibu Bright membantu Win untuk berdiri, tapi belum sempat Win mencoba berdiri perutnya terasa sangat sakit dan Win kembali terduduk sambil memegangi perut bagian bawahnya.

"Win ada apa? Ada yang sakit?" Win mengangguk, wajahnya berubah pucat pasi.

"Pe-perutku sakit sekali" Win menjawab dengan sesekali menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit itu.

Ibu Bright jelas sangat panik, tidak lama erangan Win berubah menjadi raungan kasakitan.

"Argh yatuhan sakit sekali" Win mulai meremasi perut bagian bawahnya karna sakitnya mulai tidak tertahankan.

"Kita harus ke rumah sakit sekarang" Dengan kalut ibu Bright mencoba menghubungi ambulans.

"Win ibu mohon tahan sebentar lagi" Ia menyeka dahi Win yang mulai berkeringat sebelum pandangannya jatuh kebawah dan baru menyadari bahwa lantai putih yang Win duduki sudah berubah menjadi warna merah.

"Astaga darah!" teriakan itu membuat Win menbuka matanya dan mendapati bagian bawahnya sudah banjir oleh cairan darah. Melihat itu Win merasa kepalanya sangat pusing dan pandangannya mulai mengabur.

Hal yang Win dengar sebelum matanya tertutup adalah suara raungan mertuanya yang terdengar sangat khawatir.

Win tersenyum, setidaknya dibalik semua penderitannya Win sempat merasakan kasih sayang dari sang ibu mertua yang selalu ia dambakan.

~

Sesampainya di rumah sakit Win segera dibawa ke ruangan gawat darurat untuk segera mendapatkan penanganan.

"Saya mohon selamatkan menantu dan cucu saya hiks saya mohon" Suara tangisan pilu sedari tadi terus terdengar di sepanjang lorong rumah sakit.

"Ibu tenang dulu, kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan keduanya" Setelah mengatakan itu pintu ruangan itu ditutup.

Ponselnya sedari tadi bergetar dan dia baru menyadari bahwa setelah insiden Win terjatuh dia mengabaikan Bright, dan pasti anaknya itu sedang khawatir juga.

Perasaan kesal karna berita tadi tentu saja masih terasa, tapi Bright harus mengetahui kondisi Win karna bagaimanapun juga dia adalah suaminya.

Dengan tangan gemetar ibu Bright meraih ponselnya, akan tetapi belum sempat ia menjawab panggilan anaknya itu pintu ruangan didepannya terbuka dan menampilkan sosok dokter tadi dengan raut wajah yang sulit diartikan.

Ibu Bright segera menghampiri dokter tersebut dan menanyakan kondisi Win.

"Bagaimana kondisi menantu dan cucu saya dokter?"

"Pasien mengalami pendarahan hebat, kita harus segera melakukan operasi darurat untuk menyelamatkan keduanya" penjelasan itu membuat ibu Bright sangat terkejut, kedua matanya melebar seperti tidak percaya dengan penjelasan dokter dihadapannya ini.

Hurt - BrightWin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang