17

4.9K 452 84
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Dibalik kaca transparan itu Bright tidak bisa barang sedetik pun melepaskan pandangannya pada sosok bayi tampan yang tertidur pulas didalam sebuah inkubator, berbagai macam alat yang bahkan Bright tidak tahu untuk apa terpasang pada tubuh mungil bayinya.

Bright menatap nanar bayinya, kemudian dengan hati-hati mencoba memasukan tangannya kedalam bagian lubang yang berada di sisi inkubator. Dengan perlahan Bright menyentuh tangan mungil itu hingga sesaat kemudian merasa terkejut ketika bayi itu langsung menggenggam jarinya dengan erat.

"Dome" Bright berbisik lirih, Bright merasakan genggaman pada jarinya semakin erat.

"Daddy disini sayang" setelah mengatakan kalimat tersebut Bright refleks mengalihkan pandangannya pada wajah bayinya yang tiba-tiba tersenyum, seakan mengisyaratkan bahwa bayinya menyukai kedatangannya.

Entah mengapa melihat senyum bayi mungilnya malah membuat hati Bright teriris sedih. Sebenarnya Bright sudah lelah menangis beberapa hari ini akan tetapi air matanya kembali deras.

"Dome senang ya karna daddy datang, maafkan daddy karna baru bisa mengunjungimu lagi sayang. Tadi daddy harus menemani papa dulu" Bright masih berbicara dengan berbisik.

"Maafkan daddy hiks maafkan daddy" Bright sudah tidak kuat lagi, tubuhnya terduduk lemas disamping inkubator bayinya.

Bright kembali menyalahkan dirinya, bayinya tidak seharusnya terlahir seperti ini, bayinya tidak seharusnya terlahir sebelum waktunya, bayinya seharusnya bisa terlahir sehat seperti bayi-bayi lain.

"Bright sudah, kuatkan dirimu. Ibu yakin bayi mu adalah anak yang kuat, jangan menangisinya seperti ini dia akan ikut sedih" disampingnya ibu Bright menenangkan anaknya, sebenarnya ibu Bright sedari tadi menahan tangis juga akan tetapi jika dirinya ikut menangis siapa yang akan menguatkan anak dan cucunya.

"Sebaiknya kita kembali ke ruangan Win"

~~~

Diruangan lain suara alat-alat medis terdengar memekakan telinga, suara yang berasal dari monitor pendeteksi detak jantung itu seakan berpacu dengan jam dinding dan saling berlomba-lomba, entah mengapa terdengar sangat menakutkan ditelinga Bright.

Bright menatap wajah Win yang tertutup rapat, wajah damai itu terlihat seperti enggan membuka mata, terlalu lelap.

Sampai detik ini Bright tidak pernah mengaggap Win dalam keadaan koma ia menganggap bahwa Win hanya sedang tertidur pulas dan bermimpi indah.

"Sayang sampai kapan akan tidur terus aku sangat merindukanmu" Bright mengelus surai halus itu dengan penuh kasih sayang.

"Kau harus segera bangun dan melihat anak kita yang sangat tampan dan lucu"

"Aku sudah bercerita hal ini kemarin tapi aku akan bercerita lagi, aku menamai anak kita dengan nama yang kau sukai"

"Dome, aku menamainya Dome. Nama itu yang selalu kau ceritakan kepadaku dengan mata berbinar bukan?" Bright bercerita sembari menerawang pada beberapa waktu lalu ketika Win dengan antusias berbicara padanya mengenai nama bayi yang ia sukai.

Bright menarik nafasnya untuk sedikit mengurangi rasa sesak didadanya.

"Kau bilang kau sangat menyukai nama Dome karna terdengar sangat menggemaskan, maka aku akan mengambulkan keinginanmu dengan menamai anak kita Dome"

"Dome sangat lucu dan tampan, dia memiliki kulit putih susu sepertimu dan wajahnya sangat mirip denganku"

"Ketika aku mendekatkan jariku dia dengan cepat menggenggamnya"

Hurt - BrightWin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang