10

4.5K 410 17
                                    

Dikursi belakang mobil, Win menangis dengan menatapi tanganya yang memerah setelah menampar Bright. Rasa penyesalan melingkupi hati Win, kejadian tadi benar-benar diluar dugaan dan membuat Win hilang kendali.

Pintu mobil terbuka dan menampilkan sosok Bright dengan nafas yang tidak beraturan sehabis berlari dengan pipi yang sedikit memerah, melihat itu hati Win teriris.

"Sayang" Bright memanggilnya dengan lembut, lalu mendudukan dirinya disebelah Win.

Win menarik wajah Bright dan mengusap pipinya lembut.

"Seharusnya aku tidak menamparmu" Win berucap dengan suara pelan tapi masih terdengar oleh telinga Bright.

"Tidak, tidak apa-apa. Kau pantas menamparku" Usapan lembut pada pipinya terhenti dan digantikan dengan pelukan erat yang Win berikan pada Bright.

"Maafkan aku karna sudah memutuskan hal yang membuatmu marah" Bright mengusap punggung Win dan menghirup aroma tubuh istrinya yang selalu menenangkan.

"Aku tidak apa-apa jika harus membesarkan anak yang bukan milikku" Karna Win lebih memilih membesarkan anak itu daripada harus melenyapkan nyawa tidak bersalah yang bahkan belum melihat dunia.

"Baiklah jika itu yang kau inginkan, aku harap Nam akan menyetujui keputusan ini"

~

Bright dan Win kembali ke tempat tadi, Nam masih disana menunggu jalan keluar apa yang ditawarkan kedua pasangan itu.

"Nam maafkan suamiku, dia berkata seperti itu karna terlalu menghawatirkan perasaanku" Ucap Win setelah berhasil menenangkan dirinya.

"Phi Win, apakah jika kau merawat anak ini kau sungguh tidak akan tersiksa?" pertanyaan Nam seakan meragukan Win, tapi bukan maksud Nam ingin meragukan Win.

Nam setuju dengan ucapan Bright sebelumnya jika Win merawat anaknya maka hal itu akan menyakitinya seumur hidup.

"Aku sungguh akan merawat anak itu seperti anakku sendiri, karna bagaimanapun bayi itu adalah bayi Phi Bright juga" Win tercekat diakhir kalimat yang diucapkannya.

"Maksudku, lebih baik aku saja yang tersiksa dengan membesarkan anak ini seorang diri daripada Phi yang harus tersiksa. Phi terlalu baik dan karna aku hidup Phi menderita, aku tidak ingin hidup Phi lebih menderita lagi"

Win terlalu baik dan terlalu banyak mengalah yang mengakibatkan hidupnya banyak menderita. Dan Nam sadar bahwa dirinya lah salah satu penyebab penderitaan itu, oleh karna itu Nam tidak mau hidup Win semakin rumit.

Nam akan membuang semua angan dan ego yang akhir-akhir ini menguasainya. Sudah cukup Nam menyakiti manusia sebaik Win.

"Phi Win maafkan aku, aku rasa lebih baik aku membesarkan anakku seorang diri" Win dan Bright tercengang, dirinya sangat bingung dengan tingkah wanita dihadapannya ini.

"Maafkan keegoisanku karna sempat ingin mendapatkan pertanggung jawaban dari Phi Bright"

"Nam kumohon tolong fikirkan lagi" Bright menimpali, rasanya akan sia-sia saja jika keputusan akhir akan seperti ini. Segalanya terlanjur rumit dan Bright harus segera menyelesaikannya.

"Terimakasih atas niat baik kalian, tapi aku rasa keputusanku sudah benar" Setelah mengatakan itu Nam bergegas meninggalkan kedua pasangan yang menatapnya tidak percaya.

"Kau membuat masalah ini semakin rumit Nam!" Teriakan Win terdengar samar ketika Nam berhasil berlari keluar.

~

"Aku muak!" Win bergumam sambil membanting tubuhnya diatas sofa. Pertemuannya dengan Nam tadi sungguh membuang-buang waktu. Untuk apa ia dan suaminya menawarkan jalan keluar jika wanita itu yang akhirnya memutuskan. Bahkan siang tadi dirinya sampai menampar suaminya.

"Jangan terlalu difikirkan sayang, aku berharap keputusan ini sudah benar" ucapan Bright membuat mata Win mendelik, suaminya terlalu menggampangkan segala hal. Padahal dia sendiri lah yang menyebabkan kekacauan ini.

"Apanya yang sudah benar? Apa kau tidak memikirkan apa yang akan ibumu lakukan jika kita tidak mendapatkan bayi itu?" Emosi Win sangat tidak bagus hari ini, berulang kali Bright menjadi sasaran kemarahannya.

"Aku akan memikirkan itu, sekarang lebih baik kita beristirahat dulu"

"Sebenarnya kau merasa bersalah tidak sih setelah membuat masalah ini? kau terlalu menyepelekan masalah ini!"

Bright menatap Win tidak percaya. Sampai-sampai dirinya kehilangan kata.

"Sejak awal kau terlalu santai dan menyebabkan masalah ini semakin besar! Arghhh aku muak sekali" Setelah menumpahkan sedikit beban dihatinya Win beranjak pergi meninggalkan Bright yang membeku, ucapan istrinya seketika menimbulkan pertanyaan dibenak Bright.

Apa benar selama ini ia terlalu menyepelekan masalah ini?
Bright rasa tidak, karna dirinya hanya mencoba terlihat baik-baik saja dihadapan Win padahal jika Win tahu Bright sama hancurnya seperti Win.

Ditengah kesibukannya sebagai aktor Bright bahkan harus membagi fikirannya antara pekerjaan dan memikirkan berbagai macam cara untuk mengatasi masalah ini.

Bright hanya tidak ingin terlihat lemah, Bright hanya ingin menjadi kuat agar mampu menguatkan Win.

Masalah ini membuat Bright mengutuki, mencaci dan menyalahkan dirinya sendiri setiap hari.

Bright merasa jika saja dirinya lemah maka pilar kokoh yang menjadi tumpuan kehidupan rumah tangganya dengan Win akan roboh.

~

Bright mendapati Win tengah tertidur dengan posisi telungkup, mengetahui itu Bright merasa lega. Karna semalaman Win tidak tidur sama sekali. Biarkan istrinya beristirahat dan setelah bangun nanti mereka akan membicarakan lagi masalah ini dengan kepala dingin.

Wajah tertidur Win selalu menghipnotis Bright. Sangat cantik dan menggemaskan, tapi kali ini Bright menyadari jika pipi Win yang semula bulat terlihat lebih tirus, matanya yang akan melengkung cantik ketika Win tertawa terlihat berkantung dan berwarna gelap.

Bright semakin mengutuk dirinya dalam hati, semua ini akibat perbuatannya. Kecupan lembut Bright layangkan dipipi kanan Win, sangat lembut karna khawatir akan membangunkan Win.

TING!

Kegiatan memandangi wajah Win terganggu oleh satu notifikasi yang muncul diponselnya.

Dengan malas Bright membaca rentetan kalimat yang membuat matanya membulat dengan jantung yang berdebar kencang.



Ibu

Jika kau tidak menikahi Nam dan menelantarkan cucuku, aku bersumpah akan membeberkan masalah ini kepada media.

Bahu Bright merosot dan nafasnya semakin tidak beraturan.

Takdir benar-benar jahat kepada dua pasangan yang sangat saling mencintai ini.

.
.
.
.
.
TBC

Hmm apaya, yagitu deh🙃
Jangan timpuk aku ya~

Hurt - BrightWin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang