Pagi menjelang, Bright yang baru tertidur pukul 3 dini hari tadi sedikit terusik akibat suara muntahan yang berasal dari seseorang.
Tangan Bright refleks meraba sisi sebelah tempat tidurnya dan tidak mendapati Win disana.
Suara muntahan itu semakin jelas terdengar membuat Bright seketika terjaga. Dengan segera Bright sedikit berlari menuju sumber suara dan mendapati Win yang tengah terduduk lemah disana.
"Astaga sayang!" Bright terkejut bukan main melihat tubuh istrinya terduduk lemah disamping closet, dengan segera Bright menekan tombol flush dan mengangkat tubuh Win kemudian membaringkannya diatas tempat tidur.
"Tunggu sebentar akan aku ambilkan air hangat dulu" Win menjawab dengan anggukan, tenaganya terkuras habis setelah muntah tadi.
Win merasa tubuhnya sangat tidak enak pagi ini, mungkin hal ini disebabkan karna dirinya kelelahan dan terlalu banyak fikiran.
Bright kembali dengan segelas air hangat.
"Aku akan panggilkan dokter" Bright berucap sembari mengecek suhu tubuh Win yang sedikit hangat.
"Tidak perlu phi, aku hanya masuk angin biasa dan setelah istirahat aku akan sembuh" Win sedikit merasa baikan setelah meminum air hangat tadi.
"Apa kau yakin?" Sedari tadi Bright menatap Win dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Win mengangguk dan meyakinkan Bright bahwa dirinya baik-baik saja.
"Baiklah, akan aku buatkan sarapan dan setelah itu kau harus meminum obat" Sebelum beranjak untuk membuat sarapan, Bright menyempatkan mencium kening Win terlebih dulu.
~
Ketika sampai di dapur untuk membuat sarapan wajah Bright berubah masam, pandangannya kosong dan tangannya terkepal erat. Bright teringat pesan yang dikirimkan ibunya semalam.
Apa yang harus dia lakukan setelah ini, ibunya itu tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Hembusan nafas Bright semakin terdengar kasar dan kepalan tangannya mengerat.
"Phi?" Pangilan lembut itu menyadarkan Bright, Bright menoleh dan menemukan Win berdiri disana.
"Sayang kau harus istirahat, jangan dulu beranjak dari kasurmu" Bright menghampiri Win dan menuntunnya untuk duduk.
"Aku merasa sedikit mual lagi, bisakah Phi buatkan aku segelas teh madu?"
"Tentu, tunggu sebentar" Bright dengan segera membuatkan apa yang istrinya inginkan. Dan dalam beberapa menit Bright kembali dengan segelas teh madu hangat dan satu mangkuk bubur.
"Ini minumlah perlahan, setelah itu sarapan dan minum obat" Win mengangguk dan meneguk teh madu buatan suaminya itu dengan perlahan.
"Phi juga harus sarapan" Win menyodorkan satu sendok bubur kepada Bright. Dengan senang hati Bright menerima suapan demi suapan yang diberikan istrinya.
Keduanya larut dalam suasana menyenangkan ini. Tidak ada satupun yang membahas masalah kemarin, keduanya memutuskan untuk mengenyampingkan sementara masalah yang tengah mereka hadapi dan menikmati momen yang mereka rindukan ini.
~
Setelah sarapan dan minum obat Bright menuntun Win kembali ke tempat tidur.
"Istirahatlah agar cepat sembuh" Bright membenarkan letak selimut yang Win gunakan, memastikan bahwa tubuh istrinya akan tetap hangat.
"Hmm aku ingin tidur seharian karna kemarin aku tidak cukup tidur" Win sedikit tertawa dan membuat Bright ikut tertawa juga, rasanya sudah lama Bright tidak melihat tawa itu.
"Jika saja aku tidak ada jadwal hari ini, aku akan menemanimu tidur seharian" Wajah Bright kembali berubah murung, tidak rela karna harus meninggalkan istrinya dengan kondisi seperti ini.
"Jangan sedih begituu, aku akan meminta Khao menemaniku agar Phi tidak khawatir" Win menarik tangan Bright dan menggenggamnya. "Setelah Phi pulang nanti akan aku pastikan aku sudah sembuh"
"Aku akan meminta jadwalku dipercepat hari ini agar aku bisa cepat pulang" Bright mengecup tangan Win yang ada digenggamannya.
"Iya, yasudah cepat segera bersiap-siap. Aku akan menghubungi Khao"
"Aku rasa aku akan meminta phi Eed menunda jadwalku saja"
"Tidak! Kau harus profesional"
"Huft baiklah baiklah"
~
Hari ini Brigh memiliki jadwal pemotretan untuk salah satu majalah terkenal di Thailand. Beberapa kali Bright melakukan kesalahan dan menyebabkan dirinya harus mengulang beberapa pose dan sangat memakan waktu.
Bright sangat tidak bisa fokus hari ini, fikirannya bercabang. Dia sangat menghawatirkan kondisi istrinya dan juga tengah memikirkan isi pesan ibunya semalam.
"Hari ini kau terlihat sangat tidak semangat" Phi Eed mendudukan dirinya disebelah Bright.
"Maafkan aku Phi, aku hanya sedang sedikit ada masalah"
"Aku mengerti, tapi jangan sampai masalah pribadimu mengganggu pekerjaanmu, bagaimanapun juga kau adalah seorang aktor dan harus bekerja dengan profesional"
"Baiklah Phi maafkan aku"
Obrolan mereka terpotong oleh panggilan masuk yang berasal dari ponsel Bright.
Ibu Is Calling
Dengan segera Bright mematikan panggilan itu. Tetapi setelahnya panggilan-panggilan dari ibunya terus terjadi berulang kali.
Ponselnya berhenti bergetar dan tidak lama satu pesan masuk yang Bright yakin pasti berasal dari ibunya.
Ibu
Temui ibu dirumah hari ini, kita bicarakan pernikahanmu.
Pesan masuk dari ibunya itu membuat kepala Bright makin pening. Bright memijat keningnya berharap hal itu bisa sedikit meredakan rasa pening yang ia rasakan.
Hari ini ia sungguh lelah dan ibunya semakin memperburuk keadaan.
Bright bersumpah dalam hati, sampai matipun dirinya tidak akan mau menikahi lagi, cukup dengan Win dan Bright sudah merasa hidupnya lengkap.
Satu panggilan lagi yang berasal dari ponselnya menyadarkan Bright dari lamunannya.
Khao Is Calling
Dahi Bright mengernyit, perasaannya mendadak gusar. Dengan segera Bright mengangkat panggilan itu.
"Hallo?"
"Phi Bright, Win pingsan!"
.
.
.
.
.
TBCAww update cepet nih.
Semoga jiwa magerku berkurang biar bisa cepet namatin ini😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt - BrightWin [END]
FanfictionWin tidak tau dosa apa yang ia lakukan pada masa lalu, sehingga hidupnya kini begitu dipermainkan takdir. Brightwin