14

5.2K 447 64
                                    

Happy Reading

.
.
.

Seharusnya Bright bisa memprediksi jika ibunya akan terus mengungkit perihal Nam seperti sekarang ini meskipun ia tahu bahwa menantunya kini tengah mengandung juga.

Kenyataan bahwa Anak yang dikandung Nam adalah cucunya akan membuat ibu Bright terus melakukan segala macam cara untuk mendapatkan anak itu.

"Bu aku dan Win sudah menawarkan tanggung jawab dan Nam menolaknya" Tarikan nafas Bright terdengar pasrah, namun ibunya tetap saja membahas perihal ini.

"Ibu tau Bright, ibu hanya tidak ingin cucu ibu yang dikandung oleh Nam tumbuh dengan menyedihkan" Bright tahu apa yang membuat ibunya menjadi seperti ini, keinginannya memiliki cucu sangat besar dan Nam lah yang pertama kali mewujudkan itu.

Bright tersenyum miris mengingat fakta itu.

"Aku akan mencoba membujuk Nam lagi" Ucapan Bright membuat Win yang sedang terduduk lemas spontan menegakan kepalanya.

"Tidak, tidak Bright. Biarkan ibu saja yang mengurus ini. Tugasmu adalah mengurus dan menjaga Win  jangan sampai dia kelelahan"

"i-ibu?" ucapan ibunya membuat Bright tidak percaya.

"Sampaikan salam ibu pada Win dan calon cucu ibu ya, dan-" kalimat yang diucapkan ibunya terhenti dan terdengar suara tarikan nafas disebrang sana, Bright menunggui dengan tenang kalimat apa yang selanjutnya akan ibunya itu ucapkan.

"Sampaikan maaf ibu pada Win, maafkan ibu karna sudah berlaku kasar padanya" Mata Bright sedikit melebar, perasaan terharu menyusupi hatinya. Ibunya akhirnya luluh setelah ia tahu bahwa ia akan segera memiliki cucu.

"Tentu, tentu bu akan aku sampaikan pada Win" Bright tidak bisa menahan senyumannya dan mengangguk dengan antusias yang tentu saja tidak bisa dilihat oleh ibunya disebrang sana.

Sedangkan seseorang yang namanya disebut tadi tengah memilin ujung bajunya dengan perasaan gugup luar biasa, dirinya bertanya-tanya apa saja yang sedang suami dan ibu mertuanya itu bicarakan.

Bright mengakhiri pembicaraannya dengan sang ibu dan bergegas menghampiri Win.

"Ibu bilang dia sangat bahagia" Win menatap suaminya dan mencoba memberikan senyuman sebaik mungkin untuk menutupi kegugupannya.

"Syukurlah jika ibu bahagia" Bright menyadari kekhawatiran istrinya.

"Sayang, ibu meminta maaf padamu atas perlakuannya selama ini"

"Be-benarkah?" Bright mengangguk seraya memajukan tubuhnya untuk membenarkan poni Win yang sedikit menutupi matanya.

Bright mengangguk sebagai jawaban, kemudian mengecup pelipis Win untuk sedikit meredakan kekhawatirannya.

"Mulai sekarang kau tidak perlu mencemaskan apapun, istriku harus berbahagia setiap hari" satu kecupan lagi Bright layangkan pada bibir pucat istrinya, kecupan-kecupan manis yang selalu membuat Win merasa nyaman.

Win sedikit menarik dirinya karna ingin menanyakan hal yang sedari tadi mengganjal hatinya.

"T-tapi N-nam"

"Ibu berkata padaku jika dia yang akan mengurus masalah ini" mendengar ucapan itu Win merasa sedikit lega, hanya sedikit karna entah mengapa perasaan mengganjal yang sangat mengganggu ini terasa lebih dominan.

"Baiklah kalo begitu aku lega" Win kembali mengulas senyum diwajahnya, sepersekian detik kemudian menarik tengkuk suaminya untuk membawanya kedalam sebuah ciuman manis yang selalu menenangkan hatinya.

Hurt - BrightWin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang