Happy Reading
.
.
.
.
.2 Tahun Kemudian
Bright menatap nanar batu nisan yang berada dihadapannya, meskipun dua tahun telah berlalu ia akan selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi makam ini.
"Daddy kenapa kita celalu mengunjungi makam ini?" Suara menggemaskan itu menyadarkan Bright dari lamunannya. Bright tidak sendiri, ia selalu ditemani seorang anak yang saat ini sudah menginjak umur dua tahun.
Melihat wajah anak itu membuat Bright sangat sedih, tidak seharusnya anak sekecil ini harus ditinggalkan secepat itu bahkan ketika ia masih bayi. Bright sebisa mungkin menyembunyikan kesedihannya agar tidak terlihat.
"Karena, agar baby selalu ingat dengan orang yang sudah melahirkanmu" Bright tersenyum sembari mengusap rambut halus anaknya, raut kesedihan tidak bisa ia sembunyikan dari wajahnya meskipun ia sudah berusaha menyembunyikannya.
Bright kembali mengarahkan pandangannya pada batu nisan dihadapannya, melihat batu nisan ini mengingatkan Bright pada kejadian dua tahun lalu.
Flashback Bright POV
Hari itu Bright seperti orang tidak waras yang hampir menghancurkan seluruh isi rumah sakit untuk mencari keberadaan Win dan bayinya.
Tanpa lelah ia mencari hampir keseluruh ruangan hingga sudut rumah sakit akan tetapi semuanya nihil, mereka tidak ada dimanapun.
"KATAKAN DIMANA MEREKA ATAU AKU AKAN MENGHANCURKAN RUMAH SAKIT INI!" Bright kembali berteriak tidak waras, para perawat sudah kellelah menenangkan Bright yang mengamuk tidak terkendali.
"Hentikan Bright!" Suara wanita yang sangat Bright hafal terdengar berteriak dari ujung lorong rumah sakit. Melihat wanita itu Bright lantas berlari menghampirinya.
"I-ibu dimana Win dan bayiku, b-bu aku mohon katakan padaku bahwa mereka baik-baik saja" Bright berlutut, menangkup kedua tangannya memohon belas kasihan kepada sang ibu agar memberinya petunjuk mengenai keberadaan Win dan bayinya. Akan tetapi ibunya hanya menatapnya tanpa ekspresi.
"Ini sudah jalan yang terbaik" Kalimat yang dilontarkan ibunya membuat Bright terkejut. Bagaimana mungkin ibunya bisa berkata semudah itu.
"APA MAKSUD IBU BERKATA SEPERTI ITU!" Bright menegakan tubuhnya dan mencengkram kedua pundak sang ibu dengan cukup keras.
PLAK
"BRIGHT SADARLAH! kau pantas mendapatkan hukuman ini!" Tamparan cukup kuat pada pipinya sedikit menyadarkan Bright. Bright menyadari bahwa ini adalah hukuman dari tuhan yang sudah sepantasnya ia terima.
Badannya seketika ambruk, tubuhnya lemas. Bagaimana mungkin ia bisa menerima kenyataan bahwa separuh jiwanya telah pergi. Sampai kapanpun Bright tidak akan percaya.
~~
Keesokan harinya, puluhan wartawan dengan lampu kamera yang menyorot menyakiti mata terlihat berkumpul dalam sebuah ruangan untuk menunggu sebuah klarifikasi dari seorang aktor yang beberapa minggu ini sedang hangat diperbincangkan.
Dalam keadaan masih sangat terpukul Bright mencoba menguatkan dirinya.
Bright memasuki ruangan dengan ekspresi datar dengan didampingi oleh manajernya. Wajahnya terlihat tanpa ekspresi akan tetapi sorot matanya tidak dapat menyembunyikan luka dan kesedihan yang ia rasakan.
Bright mendudukan dirinya pada kursi yang sudah disediakan, dihadapannya kini para wartawan dengan antusias memberikan banyak pertanyaan kepadanya.
"Mohon tenang, kami akan menjawab pertanyaan kalian satu persatu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt - BrightWin [END]
FanfictionWin tidak tau dosa apa yang ia lakukan pada masa lalu, sehingga hidupnya kini begitu dipermainkan takdir. Brightwin