16

5.2K 448 98
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Bright menatap nanar pintu ruangan operasi dihadapannya, setelah ibunya menjelaskan apa yang terjadi kepada Win dan bayi mereka sungguh membuatnya hancur. Sedari tadi Bright tidak berhenti menyalahkan dirinya karna telah menyebabkan semua ini.

"Apa kau masih akan terus berdiri seperti itu tanpa menjelaskan semua kekacauan yang sudah kau perbuat?" Bright menelan ludahnya kasar setelah mendengar suara ibunya.

"Bu aku akan jelaskan semuanya setelah aku merasa tenang, Win sedang berjuang sendirian didalam sana dan aku tidak bisa tenang sebelum melihat dia baik-baik saja"

"Jangan lupakan itu semua karna perbuatanmu" ucapan sarkas sang ibu benar adanya, dirinya lah yang menyebabkan semua ini.

Bright menundukan kepalanya dengan tangan terkepal, menahan segala sesal atas semua yang telah dirinya lakukan.

"Jelaskan semuanya sekarang Bright sebelum semuanya semakin rumit" suara ibunya melemah, melihat Bright yang seperti ini tentu saja membuat hatinya sakit, meskipun tidak bisa dipungkiri rasa kesal terhadap anaknya itu lebih dominan.

Helaan nafas terdengar sangat putus asa, Bright akhirnya mencoba menjelaskan semua hal yang terjadi.

"Bu, berita yang menyebutkan bahwa aku menemani Nam saat memeriksa kandungan adalah benar d-dan aku sudah sering menemaninya" suaranya Bright bergetar, kalimatnya tentu membuat raut wajah ibunya semakin murka.

"Apa kau bercanda!?"

"A-aku akan menjelaskan alasannya, tapi aku mohon agar ibu tidak memotong ucapanku sebelum aku selesai berbicara"

Flashback 4 Bulan Lalu
(saat usia kandungan Win 2 bulan, Nam 5 bulan)

Bright memasuki salah satu ruangan yang berada di dalam gedung agensinya setelah menerima pesan masuk dari seseorang. Didalam ruangan itu sudah ada seorang wanita yang sedang terduduk dengan kepala menunduk, terlihat sangat rapuh dan menyedihkan.

"Nam?" Panggilan itu membuat wanita itu mengangkat kepalanya, hal yang pertama kali Bright lihat adalah wajah Nam yang pucat dengan mata sembab.

"Phi Bright aku menyerah hiks" tanpa basa basi Nam menumpahkan kesedihannya didepan Bright.

"Nam, kau sudah berjanji tidak akan menemuiku lagi" Bright berbicara sepelan mungkin agar tidak terlalu menyakiti perasaan wanita dihadapannya.

"Aku tahu, tapi setelah mengetahui phi Win tengah mengandung juga aku berubah fikiran" Isak tangisnya semakin terdengar.

"Aku tidak sanggup membayangkan anakmu dengan phi Win akan tumbuh dengan penuh cinta hiks sedangkan anakku harus tumbuh menyedihkan"

"Nam dengarkan aku, Win adalah istriku, anakku berhak tumbuh dengan kasih sayang orangtuanya" Bright mencoba menahan agar emosinya tidak memuncak.

"AKU JUGA MENGANDUNG ANAKMU!" Bright terkejut setelah wanita dihadapannya ini berteriak.

"Aku tau, sebelumnya aku sudah mengatakan aku bersedia merawat anak itu tapi kau menolak dan mengatakan akan mengurusnya sendiri. Dan lihat sekarang kau kembali mengungkit masalah ini Nam, jangan membuat semua ini menjadi semakin rumit" Emosi Bright sedikit tersulut, wanita dihadapannya ini sangat sulit dimengerti.

"Hiks apa aku terlalu egois hanya demi mendapatkan hak atas kebahagiaan anaku?" Isakan Nam sedari tadi tidak berhenti.

"Nam, semua ini terjadi karna sebuah kecelakaan. Kita sama-sama tidak menginginkan hal ini terjadi" Bright mencoba memberikan kekuatan dengan mengelus bahu Nam yang bergetar.

Hurt - BrightWin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang