9

4.3K 456 36
                                    

Kala itu Ploy-ibu Bright sedang berada dirumah sakit kota untuk mengunjungi temannya. Tanpa di duga-duga ketika dirinya melewati ruangan dokter kandungan Ploy berpapasan dengan Nam yang baru saja keluar dari tempat itu.

Keduanya terkejut, terlebih Ploy. Karna setaunya Nam yang merupakan manajer anaknya itu belum menikah.

"Nam?" Pandangan matanya tertuju kearah perut Nam yang terlihat sedikit bulat.

"I-itu aku"

"Nyonya kertas pemeriksaan kandunganmu tertinggal" Dari dalam ruangan tadi seorang perawat menyerahkan secarik kertas yang sontak membuat dahi Ploy mengkerut.

Dengan segera Nam merebut kertas tersebut dan memasukannya kedalam tas.

Ploy melihat raut wajan Nam yang seperti ingin menangis dan itu membuatnya semakin penasaran.

"Bibi aku pamit dulu"

"Nam sepertinya kau butuh teman bicara"

"Ti-tidak, aku sudah berjanji ti-tidak akan meminta pertanggung jawabannya" Nam mengucapkan kalimat yang sulit dipahami, dari sini Ploy mengambil kesimpulan bahwa wanita dihadapannya ini tengah kesulitan akibat perbuatan seseorang.

Ploy menarik Nam untuk duduk disalah satu kursi dan mengajaknya berbicara, Nam yang sudah menjadi manajer anaknya selama 3 tahun terakhir ini tentu saja membuat Ploy mengenal baik wanita muda ini.

"Berceritalah, bibi akan mendengarkan semuanya"

Nam memandang ragu wajah wanita paruh baya disampingnya. Apakah ini sebuah kesempatan untuknya agar bisa mendapatkan apa yang sebenarnya ia inginkan.

"Bibi aku hiks" tangis Nam sudah tidak bisa ia tahan lagi. "Aku tidak menyangka akan berakhir seperti ini hiks"

"A-aku takut hiks, aku aku tidak sanggup membayangkan akan membesarkan anak ini seorang diri"

Sebagai sesama perempuan Ploy bisa merasakan kekhawatiran yang dirasakan wanita itu, bagaimanapun juga membesarkan anak seorang diri akan sangat sulit dan Ploy tahu betul rasanya.

"Bibi mengerti ketakutanmu, kau harus meminta dia untuk tanggung jawab, anakmu berhak tumbuh dengan sosok seorang ayah"

Perkataan ibu Bright selaras dengan apa yang selama ini ia pikirkan, tapi tidak semudah itu segalanya begitu rumit terlebih sosok wanita dihadapannya kini belum mengetahui siapa sosok dia yang dirinya dimaksud.

"Tapi ayah anak ini sudah beristri hiks"

Ploy terkejut. Pantas saja Nam terlihat begitu putus asa.

"Bagaimana bisa?"

"Bibi maafkan aku"

"..."

"Aku sudah ti-tidak kuat lagi menahan ini semua" Entah kewarasannya hilang kemana, akibat beban yang begitu besar Nam memberanikan diri membeberkan semuanya.

"Aku tengah mengandung cucumu"

Tidak peduli dengan janji yang dirinya buat, dalam otaknya Nam berfikir yang terpenting adalah anaknya butuh sosok seorang ayah.

"Aku pamit" dan setelah mengatakan itu Nam bergegas pergi meninggalkan ibu Bright yang terlihat sangat terkejut.

"Nam tunggu! Apa maksudmu? Nam!" Ibu Bright mencoba mengejar Nam yang sudah menghilang dipertigaan lorong rumah sakit.

Jantungnya berdetak cepat dan otaknya bekerja keras memproses ucapan Nam tadi. Secepat mungkin meninggalkan rumah sakit dan menuju rumah anaknya dengan emosi dan pikiran yang berantakan.

Hurt - BrightWin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang