Reyna - 41

1.8K 372 17
                                    

早上好

AlRey kembali menyapa lagi nih. Jangan lupa vote and commentsnya ya.

Happy reading semuanya.

🖤🖤🖤

Alvino membuka matanya dengan kesal saat merasakan ada yang mencubit pipinya dengan kencang. Jika itu Arini, Alvino bersumpah akan memiting kepala adiknya itu hingga gadis itu memohon ampun kepadanya.

"Kamu..." belum sempat Alvino mengucapkan kalimatnya, Reyna sudah membungkamnya dengan ciuman. Alvino yang masih terkejut karena kehadiran gadis itu hanya bisa terdiam di tempat.

Setelah hampir lima menit berciuman, Alvino mencoba mendorong tubuh mungil Reyna yang kini sedang menimpanya. Namun Reyna sama sekali tidak goyah, bahkan kini kedua tangan Alvino sudah ditahan di samping tubuhnya yang membuat Alvino tidak bisa berbuat apapun selain pasrah.

Reyna sedang di dalam kondisi tidak bisa dilawan dan Alvino yang sudah lama bersama dengan Reyna sudah sangat hafal dengan yang satu itu.

Reyna menyudahi ciumannya setelah dirinya kehabisan nafas. Setelahnya gadis dua-puluh-empat tahun itu menyatukan keningnya dengan Alvino. Menatap manik sebening madu itu dengan penuh kerinduan.

"I miss you, Baby" katanya yang tak mendapatkan jawaban apapun dari Alvino. Tanpa sadar perasaan Reyna sakit diacuhkan oleh Alvino. Untuk pertama kalinya laki-laki itu tak menjawab pernyataan cinta dari Reyna.

"Aku tau aku sudah buat kamu kecewa. Please, forgive me, Aldian. I'll not repeat it again" bisik Reyna memohon dengan mata yang berkaca-kaca. Namun sekali lagi Alvino hanya diam menatapnya.

Reyna tiba-tiba menangis dengan kencang seraya menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alvino. Tangisnya pecah begitu saja saat melihat sinar kekecewaan di mata Alvino dan jangan lupakan sinar cinta di mata Alvino sudah memudar.

Reyna mencengkram kemeja Alvino dengan kencang. Sangat sakit saat tau Alvino sudah tidak menginginkannya lagi untuk menua bersama dengan laki-laki itu.

"Aku cinta sama kamu, Dian. Aku nggak bisa kehilangan kamu. Aku mohon maafin aku. Aku janji, aku nggak akan mengulanginya lagi. Aku janji, Aldian, aku janji" racau Reyna sambil menangkup wajah Alvino.

Tangan Alvino yang sejak tadi terdiam pun akhirnya terulur untuk menghapus air mata Reyna yang mengalir deras. Reyna yang menerima perlakuan itu pun merasa jika dia masih memiliki kesempatan untuk membuat Alvino kembali.

"Jangan menjanjikan sesuatu hal yang nggak bisa kamu tepati, Reyna" kata Alvino yang membuat Reyna kembali tercekat.

"Sudah puluhan bahkan ratusan kali kamu janjikan itu ke aku, tapi sekali saja kamu nggak bisa menepatinya" lanjutnya yang membuat Reyna terhenyak.

"Aku minta maaf..."

"Jangan meminta maaf jika suatu saat kamu akan mengulangi kesalahan yang sama, Reyna Martinelli" sekali lagi perkataan Alvino membuat Reyna tertohok.

Tangan Alvino kini merapikan rambut Reyna yang sudah kusut, menyematkannya ke belakang telinga gadis itu. "Kamu tau, saat kamu meminta maaf dan kamu mengulangi lagi kesalahan yang sama, sakit yang aku rasakan menjadi berkali-kali lipat" kata Alvino sambil tersenyum masam.

"Reyna, dulu aku terlalu naif dengan berpikir bahwa kita akan baik-baik saja karena kita saling mencintai. Kita akan selalu bersama karena kita saling membutuhkan. Aku berpikir bahwa suatu saat nanti kita bisa bahagia dan membangun keluarga kecil kita yang harmonis karena kita akan selalu menyirami hubungan kita dengan doa dan bahagia"

"Aku selalu berusaha memperbaiki diriku agar setidaknya aku tidak membuatmu malu karena sudah memilih untuk bersama dengan laki-laki nggak berguna seperti aku. Sedangkan kamu sendiri adalah wanita luar biasa dan berkuasa dengan hidup mewah dan bergelimang harta"

"Tapi sekarang aku sadar jika semua itu salah. Apa yang aku pikirkan tentang masa depan hubungan kita adalah suatu hal yang mustahil. Sia-sia" Reyna yang mendengarnya pun menggelengkan kepala tak terima.

"Reyna, kamu ada di atas sana, di sebuah tempat yang sudah tidak bisa aku gapai lagi. Meskipun aku memiliki sayap untuk terbang mendekatimu, kamu tetap tak tergapai olehku. Kita berbeda, Reyna, kita tidak bisa bersama"

"Tuhan mempertemukan kita bukan untuk saling mencinta hingga ajal menyapa, tapi Tuhan mempertemukan kita untuk saling mengenang dalam doa"

"Kamu pantas mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dari aku, Reyna. Laki-laki yang bisa mengerti kamu disaat apapun. Menjaga kamu dari bahaya, membantu kamu mengurus segalanya, mencintai kamu dengan apa adanya"

"Dan laki-laki itu bukanlah aku" Alvino pun menyematkan kecupannya di kening Reyna hingga gadis itu menutup matanya. Menikmati sentuhan kulitnya dengan Alvino yang sangat dirindukan Reyna.

"Aku nggak bisa mengerti hidup kamu. Aku sangat egois karena aku hanya mau perhatian kamu cuma untuk aku, bukan yang lain. Aku nggak bisa bantu kamu ngurus urusan klan kamu karena aku sama sekali nggak mengerti tentang yang satu itu dan kamu pun sangat menentang aku untuk ikut campur"

"Dan yang terpenting, aku sama sekali nggak bisa melindungi kamu. Yang ada aku selalu menempatkan kamu dalam bahaya karena mereka selalu mengincar aku yang merupakan kelemahan kamu"

"Reyna, kamu sekarang pemimpin Martinelli.  Kamu nggak bisa egois hanya memikirkan kita, kamu harus memikirkan klan kamu juga. Mereka butuh kamu menikah dengan laki-laki yang berkuasa. Kamu membutuhkan laki-laki seperti Enrique agar kekuasaan kamu semakin meluas. Martinelli akan semakin dihargai dan disegani, itu pasti yang diinginkan leluhur kamu"

"Jangan korbankan mereka demi kita, Reyna. Kita sudahi saja, karena hubungan kita sama sekali tidak memiliki masa depan" Reyna tersedu-sedu. Dengan segera gadis itu memeluk Alvino erat-erat. Reyna menangis di pelukan Alvino dan laki-laki itu sama sekali tidak mencoba menenangkannya.

Setelah cukup lama menangis di pelukan Alvino, Reyna akhirnya mengangkat wajahnya untuk menatap Alvino. "Aldian, aku ingin bertanya satu hal" katanya yang diangguki oleh Alvino. "Apa kamu mencintai aku?" tanya Reyna yang membuat Alvino tersenyum.

"Dengan bangga aku bilang iya"

"Kalau..."

"Nggak bisa, Reyna" potong Alvino cepat.

"Kita berbeda sekarang. Jika kita lanjutkan hubungan ini, yang ada kedepannya kita akan saling menyakiti. Dan aku nggak mau menyakiti kamu" katanya sambil mengelus pipi Reyna dengan sayang.

"Kamu yang begini malah menyakiti aku, Dian. Kamu tau kan bagaimana aku sangat mencintai kamu, bagaimana aku mengasihi kamu, bagaimana aku membutuhkan kamu. Aku nggak bisa kehilangan kamu, Aldian, nggak bisa" kata Reyna sambil menyeka air matanya yang tak kunjung reda.

"Kamu sebenarnya bisa, kamu hanya belum terbiasa tanpa aku. Aku yakin cepat atau lambat kamu pasti bisa melupakan aku dan mencari laki-laki yang jauh lebih cocok buat kamu" kata Alvino yang membuat Reyna menggelengkan kepalanya kuat-kuta.

"Aku cuma mau kamu, Aldian. Cuma kamu" kata Reyna sebelum kembali mencium Alvino.

Alvino hanya bisa menerima ciuman Reyna. Mungkin inilah ciuman terakhirnya dengan Reyna.

🖤🖤🖤

Gimana menurut kalian part ini? Suka nggak?

Udah lama aku nggak tanya ini.

Satu kata untuk Reyna?

Satu kata untuk Alvino?

See you soon.

Much love💚
Effe👰‍♀️
6 September 2021🌱

REYNA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang