Reyna - 49

2.2K 349 8
                                    

Happy reading semuanya.

🖤🖤🖤

Laki-laki itu memfokuskan pandangannya kepada sang gadis yang sedang menyeka tubuhnya yang lengket dengan air. Wajah gadisnya sangat serius saat menyeka bagian tubuhnya yang terluka. Sebetulnya lukanya sudah mengering, namun Reyna tetap bersihkeras menahan Alvino agar tidak mandi.

Selain itu, Alvino juga sudah diizinkan pulang sejak dua hari yang lalu. Namun lagi-lagi Reyna menahannya di rumah sakit dengan alasan tubuh Alvino masih terlalu lemah.

Demi Tuhan, Alvino sudah segar bugar. Bahkan untuk berlari saja Alvino sudah kuat.

"Sayang..." Alvino menahan tangan Reyna yang akan menutup lukanya dengan perban. "Kata Dokter lukanya harus dibiarkan terkena angin biar cepat kering" lanjutnya saat Reyna sudah menatap dirinya dengan kening mengerut.

"Udara bebas nggak baik, nanti..."

"Mereka dokter, Reyna, dan kamu sendiri juga tau aku ini seorang dokter. Aku tau apa yang benar dan apa yang salah untuk penyembuhan luka seperti ini" perkataan Alvino membuat Reyna mengerucutkan bibirnya kesal.

"Aku cuma khawatirin kamu, Dian. Kamu nggak tau sih gimana takutnya aku waktu dokter sialan itu bilang kamu sudah... sudah..." Reyna tak bisa melanjutkan kata-katanya karena air matanya sudah mengalir dengan derasnya.

Dengan pelan Alvino menarik Reyna ke dalam pelukannya, "Maaf" bisik Alvino sambil mengecupi puncak kepala Reyna dengan sayang.

"Kamu harus janji sama aku, Aldian, jangan pernah menempatkan diri kamu dalam bahaya lagi seperti ini" kata Reyna sambil mendongak untuk menatap lelakinya dalam-dalam.

"Aku hampir kehilangan kamu sekali, dan itu nggak akan pernah terjadi lagi. Aku akan membawa kamu untuk selalu dalam perlindungan aku" lanjutnya yang membuat Alvino melotot tajam.

"Aku akan berlatih mulai besok dengan Reynald dan David" kata Alvino yang kini berganti membuat Reyna melotot tajam.

"Jangan pernah melarangku, Reyna. Aku ini laki-laki, kelak jika aku menikahimu maka akulah yang harus melindungi keluarga kita. Okay kamu bisa menjaga dirimu sendiri, tapi bagaimana dengan anak-anak kita?! Aku nggak mau menjadi Ayah yang tidak berguna untuk mereka" lanjut Alvino berapi-api.

"Tapi kamu takut..."

"Aku takut karena aku belum pernah mencoba. Sama seperti kamu saat pertama kali memegang pistol, itu pasti akan sangat menakutkan. Tapi semakin lama kamu melatihnya kamu semakin berani, dan aku yakin aku bisa menjadi setangguh kamu" Alvino pun menangkup wajah Reyna dan mendaratkan sebuah kecupan hangat di kening gadisnya.

"Sama seperti saat pertama kali aku memegang pisau bedah dan menyayat tubuh pasienku, tanganku bergetar karena memikirkan apakah dia akan baik-baik saja?! Bagaimana jika aku gagal menyelamatkannya?! Apa aku melakukan hal yang benar?! Apa aku menyayat bagian yang benar?! Dan masih banyak lagi hal-hal yang menghantui pikiranku saat pertama kali aku melakukan operasi"

"Semuanya terasa salah dan meragukan untukku. Padahal orang-orang di sekelilingku termasuk keluarga pasien sudah sangat mempercayakan salah satu keluarganya untuk aku tangani"

"Tapi semakin lama aku semakin terbiasa. Hanya perasaan takut gagal menyelamatkannya yang masih akan terus aku rasakan. Aku tau bahwa aku bukan Tuhan yang selalu bisa menyelamatkan nyawa orang-orang. Tapi melihat mereka kehilangan orang yang sangat mereka sayangi itu sangat menyakitkan. Hanya itu yang aku takutkan, Reyna"

"Begitupun dengan aku. Aku takut kehilangan orang-orang yang aku cintai, dan itu adalah kamu. Sekarang aku yakin aku bisa melakukannya dengan semua senjata itu. Aku hanya perlu membiasakan diri dengan hal-hal itu dan semuanya pasti akan bisa aku tangani"

REYNA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang