Reyna - 5

2.7K 463 14
                                    

안녕하세요 여러분

Gimana kabarnya hari minggu ini? Semoga happy dan selalu sehat ya. Aamiin.

Jangan lupa vote and comment ya.

Happy sunday and happy reading semuanya.

🖤🖤🖤

"Kamu ingin pergi tanpa pamit?" suara itu membuat tubuh Reyna menegang. Di depannya kini ada Alvino. Laki-laki itu berdiri dengan menjaga jarak dengannya.

"Alvino..."

"I miss you" balas Alvino dengan senyum khasnya, senyum yang akan selalu Reyna sukai seumur hidupnya.

"Jangan menyuruh aku berhenti menunggu, karena semenakutkan apapun dirimu, aku akan tetap menjadi tempat untukmu menenangkan diri dari kerasnya dunia. Aku selalu mencintaimu, Reyna Martinelli" katanya sebelum membalik badan dan berlalu.

Persetan dengan ancaman Kakeknya, Reyna sendiri yang akan membunuh orang yang berani menyakiti Alvino. Dengan cepat Reyna mengejar Alvino dan memeluk tubuh itu dengan erat. Melingkarkan tangannya di perut Alvino, tak ingin melepaskannya lagi.

"Aku juga sangat merindukanmu, Alvino" lirihnya sebelum tangisnya terdengar cukup menyesakkan. "Aku bukannya menyuruh kamu berhenti dan pergi. Aku hanya takut kamu memandangku sebagai monster tak punya hati" tambah Reyna sebelum semakin menyembunyikan wajahnya di punggung Alvino, mencoba meredakan tangisnya.

"Aku nggak akan pernah memandangmu seperti itu, Sayang. Aku mencintaimu, tidak ada cinta seperti itu" balas Alvino mencoba membalik badan namun Reyna menahannya.

"Jangan berbalik, aku sedang menangis, sangat mengenaskan. Aku pasti jelek banget!" katanya dengan rajukan kesal yang membuat tawa Alvino berderai. Tak menyangka sisi Valerie yang satu ini masih tersisa.

Perasaan Reyna menghangat. Tawa Alvino adalah segalanya, senyum laki-laki itu juga bahagianya. Dia berjanji akan selalu membuat Alvino tertawa dan tersenyum meskipun nyawanya sebagai taruhan.

"Kamu selalu kelihatan cantik, izinkan aku melihatmu. Aku merindukanmu" bujuk Alvino yang kemudian membuat pelukan Reyna merenggang. Dengan segera Alvino membalik badannya dan mencium bibir Reyna dengan sayang, penuh perasaan rindu yang telah lama tak tersampaikan.

Alvino tercekat, pipi gadisnya kembali basah oleh air mata. "Bagaimana bisa kamu menangis? Kamu pemimpin Klan Martinelli dan Spenser sekarang" Alvino pun menghapus air mata Reyna dengan kekehannya.

"Aku nggak pernah nangis belakangan ini, hatiku rasanya sudah beku akibat asuhan keras keluarga kandungku. Tapi dekat sama kamu rasanya aku kembali menjadi Valerie yang lemah. Sangat memalukan, padahal aku ingin menunjukkan diri sebagai Reyna yang tangguh" gerutuan Reyna benar-benar membuat Alvino bahagia, gadis itu menangis untuknya.

"Nggak peduli kamu Valerie yang lemah atau Reyna yang kuat, aku tetap mencintai wanita di depanku ini dengan segala keterbatasan yang aku punya" balas Alvino yang berhasil membuat wajah Reyna bersemu merah.

"Ah aku mau tanya serius. Siapa laki-laki yang mau dijodohkan sama kamu? Aku pengen menemuinya dan memukul wajahnya" Alvino berkata dengan menggebu yang membuat tubuh Reyna menegang.

"Bukan siapa-siapa"

"Valerie, aku juga mau tau" balas Alvino dengan rajukan kesalnya. Rengekan khasnya kembali hadir setelah sosok laki-laki dewasanya menghilang.

Reyna tersenyum lembut. Alvinonya masih sama meskipun dirinya sudah membuat pengakuan tentang monster dalam dirinya yang mulai terbentuk. Lelakinya masih mencintainya dan Reyna yakin pilihannya untuk memperjuangkan laki-laki itu bukanlah sebuah kesalahan.

REYNA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang