"Cepat panggil dr. Andrew sekarang juga, jika sampai telat sedikit saja dan terjadi apa-apa dengannya, maka kaki kalian yang akan aku patahkan" Teriak Aristo yang kemudian menggendong Rian ke arah kamar.
*****
Setelah melakukan pertolongan pertama dan selesai menjahit luka pada kaki Rian, dr Andrew yang merupakan dokter kepercayaan Aristo langsung menyampaikan beberapa obat analgetik yang bisa membantu mengurangi rasa nyeri pada kaki Rian.
dr. Andrew juga menjelaskan pada Aristo bahwa peluru yang bersarang di kaki Rian sudah dikeluarkan dan tampak tidak menimbulkan kerusakan pada sel saraf maupun tulang di sekitarnya karena sebenarnya posisi peluru yang Aristo tembakan terbilang strategis sehingga memungkinkan proses penyembuhan hingga 99%. Kalaupun Rian pingsan itu hanya karena syok dan bukan masalah berarti.
" Rian mungkin akan sadar dalam beberapa jam kedepan, kakinya sudah saya pasangkan bidai untuk mengurangi mobilitasnya. Untuk beberapa waktu mungkin Rian harus menggunakan kursi roda atau elbow crutch" Ujar dr. Andrew yang hanya di balas anggukan dari Aristo
" Saya juga sudah meresepkan Tramadol untuk mengurangi rasa nyerinya" lanjut dr Andrew.
" Resepkan morfin untuknya "
" Tapi morfin hanya dapat diresepkan oleh dokter spesialis dan saya belum menyelesaikan pendidikan spesialis"
Yap, dr Andrew memang masih memegang gelar dokter umum, Aristo menjadikan Andrew sebagai dokter pribadinya karena anak itu sangat pintar, itu dibuktikan dengan IPK Andrew ketika menyelesaikan pendidikannya di Oxford university yang mendekati sempurna yaitu 3,97.
Gosip yang beredar IPK Andrew dikurangi 0,3 hanya karena salah menyebutkan nama dosen pembimbingnya ketika sidang.
" Ini perintah bukan permintaan" ujar Aristo tegas yang membuat dr Andrew mau tidak mau menurutinya.
Bukan tanpa alasan, setelah memikirkan berbagai cara untuk membuat Rian patuh padanya, Aristo sampai pada satu keputusan, sepertinya bukan ide yang buruk membuat Rian kecanduan dengan begitu anak itu akan bergantung padanya.
Setelah kepergian dr Andrew, Aristo memerintahkan Daniel untuk mengambil beberapa gram morfin dan kemudian memutuskan untuk menelfon Natalie.
Hanya perlu beberapa menit untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Natalie, gadis itu tak banyak bertanya. Natalie tau ini bukan saat yang tepat untuk menghakimi Aristo.
Setelah mendiskusikan beberapa hal, mereka sampai pada keputusan bahwa pesawat pribadi Aristo akan mengantar Natalie terlebih dahulu ke San Fransisco dan Aristo serta Rian akan Kembali ke Indonesia lusa.
Dikamar, tangan Rian menunjukan sedikit pergerakan yang menandakan ia telah sadar, namun setelah mendegar suara samar Aristo dikamarnya, Rian memutuskan untuk pingsan lagi.
Rian trauma, Rian kira sekejam-kejamnya Aristo paling mentok Rian hanya diibuat bonyok dan di setrum atau mungkin di lempar kekiri maupun ke kanan tapi kali ini ia di tembak, Aristo memutuskan untuk membunuhnya, Rian anggap itu rekor baru.
" Shit man" Umpat Rian, hal itu membuat Aristo yang awalnya sibuk dengan ponselnya mulai memberikan atensi pada Rian.
Rencana Rian untuk pura-pura pingsan gagal total, tubuhnya tidak bisa di ajak bekerja sama. Rasa nyeri dari kakinya mulai menjalar ke daerah pinggang dan sekitarnya, efek obat biusnya habis.
Aristo peka, dengan cepat ia mengambil beberapa pil morfin yang tadi dibawakan oleh Daniel, namun bukannya langsung memberikan pada Rian, lelaki itu malah tersenyum tipis.
" Kamu mau ini" tanya Aristo sambil menunjukan pil morfin ditangannya pada Rian
Awalnya Aristo memang panik, tapi ia menyadari sesuatu, jika Rian baru merasakan rasa sakitnya sekarang berarti Rian sudah sadar sejak 2 jam yang lalu, karena obat biusnya akan habis 2 jam setelah pasien bangun. Anak itu mencoba menghindarinya, begitu pikir Aristo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil meet Hacker [bxb]
RomanceAristo Bryan Alvaron Seorang boss mafia dengan sejuta pesonanya harus berurusan dengan remaja tanggung dengan sikap nyeleneh dan kadang gak tau malu. Bagaimana juga sang boss mafia menyikapi perasaan asing dan keposesifannya yang muncul hanya keti...