Review :
"Sial, aku tidak mau, gambar itu yang kamu indah? psikopat"
"Tenanglah aku akan hati-hati agar kamu tidak terlalu sakit, pilihlah bagian tubuh mana yang mau aku gambar?"
"Tidak"
"Okey biar aku yang pilih, sepertinya akan lucu apabila aku membuatnya di belakang telinga"
"TIDAK! MENJAUH DARIKU KAMU WANITA SINTING"
**********
Setelah adegan perseteruannya dengan Sherly, Rian memutuskan untuk mandi. Aroma parfum wanita itu membuat Rian muak. Akan Rian beri bocoran sedikit terkait hasil gulatnya dengan Sherly. Rambutnya berhasil dipotong dan tato yang diminta Aristo berhasil bertengger di belakang telinganya. Intinya Rian kalah, wanita itu terlalu tangguh, entah Aristo memungutnya dari daerah mana.
Rian meratapi pilu rambutnya yang dipangkas habis oleh Sherly. Saat ini Rian hendak mengeringkan rambutnya namun ia lupa bahwa eksistensi rambutnya sudah memudar. Semuanya berubah, rasanya kosong dan hampa. Rian sadar kepalanya memang sedari dulu ringan karena massa otaknya tidak seberapa tapi sekarang bobotnya berkurang drastis.
" Sini saya keringkan rambutnya, kamu akan mati kedinginan jika tidak segera ganti baju" ujar Aristo yang datang entah dari mana. Rian saat itu memang hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya. RIP privasi Rian.
" Om, bisa kali ketok-ketok dulu. Kalo om lupa ada kosa kata bernama privasi"
" Loh, kan pintunya gak kekunci, cuma ketutup setengah malah"
" Ya gimana mau di tutup ya, kan ini ada rantai trus rantainya nempel di kaki aku, jadi logikanya rantainya ngeganjel om. Om belajar fisika gak sih?"
" Emang itu pelajaran fisika? kamu belajar fisika?"
" Ohiya lupa, aku anak IPS"
" Tapikan itu ilmu dasar om" lanjut Rian gak mau kalah
" Ya udah siniin hairdryer nya" Aristo kemudian merebut paksa hairdryer ditangan Rian dan mulai mengeringi rambut Rian.
Bagai mencuri kesempatan dalam kesempitan, sesekali Aristo sempatkan untuk mengendus aroma rambut Rian. Meski menggunakan jenis shampoo yang sama entah mengapa kalau sudah menempel di tubuh Rian aromanya menjadi lebih manis. Tidak puas hanya sampai disitu, Aristo mulai menempelkan ujung hidungnya dipundak Rian, focus mendalami perannya menjadi penjelajah tubuh Rian.
Tangan Aristo yang awalnya memegang hairdryer kini beralih memeluk pinggang Rian dari belakang. Tentu saja Rian menyadari keabnormalan hal tersebut, terlalu intens dan sialnya hal itu membuat tubuhnya ikut memanas. Rian mencoba menjauhkan tubuhnya, namun pergerakannya ditahan oleh Aristo.
"Sstttt, diam sebentar. Aku sedang mengisi energiku" bisik Aristo di telinga Rian kemudian berlanjut mencium pundak Rian yang saat itu tidak dilapisi sehelai kainpun. Aristo tidak melewatkan satu inci pun. Tampa Rian sadari satu lenguhan berhasil lolos dari bibirnya. Freeze, otak Rian kalah cepat dengan nafsunya sendiri.
Ibarat nafsu Aristo adalah api yang baru dinyalakan, lenguhan Rian seperti minyak tanah yang menghidupkannya. Tangan Aristo yang semula hanya melingkar di pinggang, kini mulai menggerayangi tubuh Rian, mulai dari mengelus hingga meremas apapun yang dilewati tangannya. Hal itu menimbulkan sensasi geli pada sang empunya.
"Tu tunggu sebentar" ujar Rian mencoba menghentikan Aristo. Rian kini hanya bisa melihat puncuk kepala Aristo. Aroma Wood sage tergambar jelas di indera penciumannya.
" can i kiss you?" ujar Aristo dengan suara seraknya. Aristo dinilai sebagai manusia bar-bar tapi ia tidak pernah melakukan sex atau bahkan sekedar ciuman tanpa informed consent terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil meet Hacker [bxb]
RomanceAristo Bryan Alvaron Seorang boss mafia dengan sejuta pesonanya harus berurusan dengan remaja tanggung dengan sikap nyeleneh dan kadang gak tau malu. Bagaimana juga sang boss mafia menyikapi perasaan asing dan keposesifannya yang muncul hanya keti...