Aroma citrus mulai memasuki indera penciumanku, sangat nyaman, aku mulai merasa hangat. Tanpa sadar aku mulai menenggelamkan wajahku di bahunya
****
Aristo terus mengendus tubuh Rian mulai dari puncuk kepala hingga berpindah ke leher. Aroma yang ia nantikan sejak 2 hari yang lalu. Berani sekali anak ini pergi dan membuatnya menunggu.
"Saya benar-benar menyukai wangimu" bisiknya
"Rambutmu sudah panjang, besok akan aku panggilkan Sherly untuk memotongnya" lanjut Aristo sambil menyisir rambut Rian kebelakang menggunakan tangannya.
"Tidak, aku sengaja memanjangkannya"
"Tapi saya tidak menyukainya"
Rian membuang nafasnya berat, Rian capek berdebat, nyawanya masih tertinggal di kamar mandi jadi lebih baik jika di iyakan saja pikirnya.
"Hem"
"Itu tanda lahir?" tanya Aristo sambil meraba tanda lahir di punggung Rian, menelusuri setiap bagian sisinya."Hem"
"Kenapa tidak di laser untuk menghilangkannya?"
"Karena hanya orang terpilih yang memilikinya, kata mama tanda itu berarti keberuntungan dalam segala hal dan pemiliknya akan berhasil tanpa banyak usaha." jelas Rian percaya diri
Aristo hanya mengangguk mengiyakan, sebenarnya dia tak percaya hal-hal seperti itu, tapi Rian nampak excited menceritakannya jadi tidak ada salahnya mengikuti fantasi yang dibuatnya.
"Kamu membuat saya ingin memilikinya juga" ujar Aristo
"Kamu tidak akan bisa, ini hanya muncul pada 3 dari 1000 kelahiran"
"Siapa bilang tidak bisa, saya sekarang sudah memilikinya"
"Mana? memangnya kamu pikir dia buah bisa tumbuh kapan saja" protes Rian, anak ini benar-benar tidak peka ternyata pikir Aristo.
"Kamu punya tai lalat juga di lehermu" ujar Aristo mengalihkan pembicaraan
"Berhentilah memandangi tubuhku" ujar Rian risih
"kalau saya tidak mau?"
Rian hanya diam tidak menjawab. Matanya tiba-tiba memberat. Bukan Rian bukan pingsan tapi tidur. Tidak main-main Rian tidur 16 jam, jadi ia bangun keesokan harinya.
Aristo sudah tidak ada, Rian juga sudah kembali menggunakan piyama sutra dilapisi oleh selimut yang membuatnya malah kepanasan. Rian menatap keluar kaca memandang langsung kearah kolam renang besar yang dilingkupi tembok pemabatas di sekelilingnya, tidak ada rumah lain di sekitar hanya ada pohon-pohon besar disini.
Untuk sesaat dirinya terus menatap kearah kolam tersebut, berharap ia bisa menemukan ide lagi untuk kabur.
"Tenang, papa pasti menjemputmu sebentar lagi" gumannya
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu membuat Rian tersadar dari pikirannya. Setelah pintu terbuka muncul seorang perempuan yang menatap Rian takut-takut. Masih sangat muda.
"Tu-tuan Aristo meminta saya mengantarkan makanan tuan, sejak semalam tuan belum makan"
Rian hanya mengangguk, matanya mengikuti pergerakan perempuan itu.
"Apakah ada lagi yang dapat saya lakukan tuan?"
"Apa kau yang memegang kunci ini? aku ingin kekamar mandi tapi rantai ini menganggu" ujar Rian sambil menunjuk kearah rantai di kakinya.
"Mo-mohon maaf tidak tuan" jawab perempuan itu gugup sambil menunduk takut
Ternyata Aristo telah menbriefing pelayannya terlebih dahulu, sepertinya Rian harus mencari cara lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/153943036-288-k618311.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil meet Hacker [bxb]
RomanceAristo Bryan Alvaron Seorang boss mafia dengan sejuta pesonanya harus berurusan dengan remaja tanggung dengan sikap nyeleneh dan kadang gak tau malu. Bagaimana juga sang boss mafia menyikapi perasaan asing dan keposesifannya yang muncul hanya keti...