"Sedang olahraga, aku dengar olahraga malam membuat otot lebih mudah terbentuk" Ujar Rian sambil sesekali melakukan lari kecil di tempat.
"Teori dari mana itu, olahraga malam jenis apa yang kau maksud?"
"Sit up, push up, plank ada banyak olahraga yang bisa dilakukan sebelum tidur"
"Kalau begitu, ingin mencoba olahraga malam jenis lain?"
"Hah?"
*****
Aristo gak main-main sama ucapannya. Setelah selesai dengan kalimatnya, Aristo langsung menarik Rian keluar kamar dengan cara yang tidak manusiawi.
Rian kira, dia dan Aristo sudah setuju untuk genjatan senjata tapi kenapa dia malah digeret-geret kayak gini. Apa jangan-jangan Aristo salah tangkap, yang harusnya genjatan senjata jadi kibaran bendera perang.
"Om... om tunggu, ini kenapa saya jadi kayak kambing lepas yang diseret ke meja pemotongan ya. Salah saya apa om? " tanya Rian sambil tetap digeret Aristo dalam posisi tidak etis.
"kamu dapet handphone itu dari mana? "Tanya Aristo dingin.
Saat itulah Rian menyadari ternyata kemungkinan IQnya terkikis habis benar adanya. Bagaimana bisa Rian melupakan poin bahwa Aristo memimpin kelompok mafia terbesar di Asia jadi mustahil untuk bisa dibodo-bodoin kayak Trisna.
"Hehe, om tenang dulu, semua bisa di selesaikan secara kekeluargaan om."
Iya Rian memutuskan untuk ngaku, dia tau saat ini bukan waktu yang tepat buat ngelak ibarat kata dia udah kecebur got jadi mending sekalian berenang.
"Kamu mau negosiasi lagi sama saya? "Tanya Aristo sambil berhenti melangkah dan kemudian menatap Rian sambil menaikan satu alisnya.
Rian gak suka bernegosiasi, tapi kalau itu keluar dari mulut aristo, bisa di bicarakan baik-baik. Lagipula ia sadar saat ini yang bisa nyelamatin dia adalah dirinya sendiri, dilihat dari fakta ia dibuang ayahnya, ditinggal mati ibunya dan tampang acuh tak acuh penghuni rumah Aristo.
"Boleh om, tapi jangan aneh-aneh. lagian itu handphone belum saya apa-apain baru dikotak katik dikit soalnya lupa nanyain passwordnya. Masih perawan, garansi 100 persen toko om "
"Kamu kira saya bercanda? "
"Enggak om, lagian mana ada orang yang suka bercanda, tembok rumahnya isi pistol semua"
Jujur Aristo pingin ketawa liat muka kicep Rian, belum lagi bisa Aristo rasakan ketremoran bocah setengah tanggung ini.
"Bagus, pistol ini merupakan favorite saya, dia ringan tapi satu peluru dampaknya sama kayak 4 peluru, belum lagi daya ledaknya bahkan dia bisa mengoyak tubuh harimau dalam sekali tembakan " ujar Aristo sambil mengambil salah satu pistol berjenis dessert eagle yang menempel di dinding ruang kerjanya, kemudian diarahkanya ke kening Rian. Ingatkan Rian cara bernafas, karna sekarang dia lupa gimana caranya.
"Pelurunya bisa menembus kepalamu kapan saja jadi jangan main-main dengan saya Rian " lanjut Aristo.
Ini toh yang disebut Aristo olahraga malam, bahkan tanpa banyak gerak keringat Rian sudah menetes dengan derasnya.
"Karena kamu minta untuk bernegosiasi, jadi apa yang kamu tawarkan? " Tanya Aristo sambil menurunkan pistolnya dan menaruhnya ke tempat semula.
Mampus, Rian gak punya apa-apa lagi untuk ditawarkan. Kalau dia ngungkit tentang data itu bisa-bisa peluru pistol kesayangan Aristo detik itu juga akan bersarang dikepalanya.
"Om maunya apa? "
"Jadi tangan kiri saya"
Rian bingung, mana ada manusia normal yang mau jadiin dia tangan kiri, walaupun cuma bisa di pake cebok tapi tetap aja penting. Masalahnya Rian gak sepintar Daniel, gak sekekar bodyguard Aristo, gak secantik Seulgi, dan gak seimut adiknya buat dijadiiin hiburan. Aristo mau nampung Rian di rumah utamanya aja udah bikin Rian mikir keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil meet Hacker [bxb]
RomanceAristo Bryan Alvaron Seorang boss mafia dengan sejuta pesonanya harus berurusan dengan remaja tanggung dengan sikap nyeleneh dan kadang gak tau malu. Bagaimana juga sang boss mafia menyikapi perasaan asing dan keposesifannya yang muncul hanya keti...