Setelah menunggu selama kurang tiga jam. Akhirnya Inojin kembali sadar. Entah apa yang terjadi, semuanya tidak ada yang tahu.
"Sebenarnya kalian itu sedang apa sih?! Sampai - sampai membuat Inojin menjadi pingsan dalam kondisi seperti itu?" Tanya Ino bertanggung jawab sebagai ibu dari Inojin.
Boruto menggeleng, "Aku tidak tahu. Dia tiba-tiba pingsan setelah kilasan--"
"Tunggu-tunggu! Apa Inojin terkena getaran atau semacamnya?" Potong Sakura yang kini tengah mengobati Inojin dengan jutsu medis nya.
"Mungkin?"
Ino berfikir sebentar, "Hm. Boruto, sebenarnya apa motif yang ingin sekali kau ketahui sampai-sampai membuat Inojin seperti ini. Bahkan kau juga melukai Mitsuki. Dan kau tahu? itu juga berpengaruh pada shintenshin clan Yamanaka."
Boruto menunduk, "Gomen."
***
"Inojin, maaf."
Inojin terhenyak. Lihatlah sosok Boruto yang dulunya arogant sekarang kembali menjadi sosok hangat yang memiliki rasa empati. Inojin tersenyum. Ia merasa jika akibat Boruto menjadi seperti dulu lagi adalah karena pulangnya Mitsuki.
"Iie. Ini bukan salahmu. Ah! ngomong-ngomong, dimana Matsuki?" Ujarnya.
Boruto menggeleng, "Aku tidak tahu. Tapi sepertinya dia sedang pergi mencari Kawaki. Namun, aku harap ucapanku itu tidak ben─"
Brak!
"Inoji-chin! Cepat Introgasi Kawaki!"
Ucapan Boruto seketika terpotong sesaat ketika Matsuki menggebrak pintu ruangan itu sembari membawa tubuh Kawaki dengan lengan dan kakinya yang diikat.
Baru saja dibicarakan.
Lihatlah kondisi wajah Boruto dan Inojin sekarang. Benar-benar buruk.
"Horaa! Kenapa kalian diam saja?"
Keduanya menggeleng cepat. Kemudian Matsuki mendudukan tubuh Kawaki yang sedaritadi terikat di kursi.
"Wah! Kau sangat hebat ya Matsuki." Ucap Inojin sembari berjalan mendekati Kawaki.
Matsuki mengangguk, "Aku memang sudah hebat dari dulu, Inoji-chin!"
Bshrk!
Kawaki memberontak. Mulutnya yang terikat kain seperti ingin mengucapkan sesuatu. Boruto mengerti itu, lalu ia pun membuka kain yang Matsuki ikat dimulut Kawaki.
"Matsuki."
Matsuki yang terpanggilpun menoleh.
"Apa kau hah?! Berani?!"
Kawaki mendecak, "Kau bilang dirimu hebat?"
Matsuki mengangguk bangga, "Ya! Kenapa hah?! Syirik?"
"Jadi seseorang sepertimu yang bilangnya cinta, tapi ternyata itu hanya obsesi semata, bisa dibilang hebat kau kata?"
Matsuki merengut tidak nyaman. Dia merasa ingin menabok orang dihadapannya ini sekarang. Iya, sekarang. Tapi itu mustahil.
"Sebelum kau menilai diriku, sebaiknya kau juga mengintropeksi dirimu sendiri dulu. Kehidupan seorang Shinobi bukanlah seperti seorang Wasit dalam permainan Sepak Bola yang rela berlari-lari hanya untuk mencari kesalahan orang lain. Itu bukanlah jalan seorang Shinobi." Jelas Matsuki datar.
Kawaki mendengus, "Kau ini ternyata lebih banyak beromong kosong. Sampai-sampai menyamakanku dengan seenggok Wasit. Kau bahkan tidak sadar Matsuki, sekarang kau sedang mencari kesalahanku alih-alih menyamakanku dengan Wasit."
"Hah?! Apa maksudmu?"
"Kau bajingan tengik sialan yang hanya bisa membanding-bandingkan orang tapi kau juga tidak jauh bandingannya dengan orang yang kau banding-bandingkan."
Untuk Matsuki yang hanya mempunyai otak 1 GB hanya bisa melongo, "...?"
Boruto dan Inojin tepok jidat.
"Bodoh."
"Itulah Matsuki Hozuki."
***
"Jadi dimana Kak Mutsuki-chin sekarang?" Tanya Matsuki to the point. Ia masih kurang percaya jika kakaknya itu tiada begitu saja. Jadi mungkin, shintenshin milik Inojin sedang bermasalah.
"Mati."
"Kak Mutsuki dimana?" Tanya Matsuki sekali lagi.
"Mati."
"Dimana kak Mutsuki?" Matsuki bertanya dan terus bertanya. Namun mustahil untuk merubah jawaban yang masih sama.
"Mati."
"JANGAN BERCANDA DENGANKU!" Ia berteriak frustasi, "Ku tanya sekali lagi, dimana kak Mutsuki?"
Tidak ada jawaban.
"Ja..wab.."
Masih tidak ada jawaban.
"Jawab Kawaki-chin."
Sama, tidak ada jawaban.
"JAWAB SIALAN!"
Akhirnya terjawab. Walau hanya dengan sebuah isakan Kawaki. Ya, dia terisak.
Boruto merasa khawatir, "Matsuki cukup. Jangan memprovokasikan Kawaki."
Matsuki mendecak kasar, "Kau lebih baik diam saja Boruto-chin!."
Plak!
"KAU YANG SEHARUSNYA DIAM MATSUKI!"
Matsuki yang baru saja tertampar oleh Boruto termenung hingga beberapa detik. Ia tidak bisa diam saja jika ada hal yang menyangkut pautkan Kakak dan Adiknya tersebut. Ini semua demi kebenaran Mutsuki dan kesembuhan Mitsuki.
"Maaf."
Boruto duduk dikursi sofa itu sembari memijat keningnya sendiri, "Tenanglah. Disini yang berada diposisimu itu bukan hanya kau Matsuki, tapi aku juga. Bahkan Kawaki-nii juga."
"Maaf."
Berdeham, itulah jawaban yang Boruto sampaikan pada Matsuki.
"Jadi Kawaki-nii, kenapa Mutsuki mati?" Tanya Boruto seraya menatap iris milik Kawaki.
Kawaki mengalihkan pandangannya, "Jangan bertanya padaku. Tanyakan saja pada Gurumu yang terpercaya itu."
"Guru? Siapa yang kau maksud?" Boruto mengerutkan kening.
"Jangan berpura-pura tidak tahu. Kalau tidak salah dia itu sepupumu 'kan?" Ia menghela nafas.
"Langsung saja pada intinya. Siapa Guru yang kau maksud, Kawaki-nii?."
"Sarutobi Konohamaru."
T
B
C