"Bagaimana? Apakah hangat?" Bisik Boruto tepat di telinga Mitsuki.
Mitsuki mengangguk pelan. "Bo-Boruto.. kau terlalu dekat." Ucap Mitsuki tergugup-gugup. Jujur saja, Mitsuki merasakan sedikit geli karena nafas Boruto menderu didekat bagian tengkuk Mitsuki.
Boruto tidak menjawabnya. Ia hanya tersenyum kecil dan lalu menyenderkan kepalanya ke bahu Mitsuki, dengan tangan yang masih sedia mendekap tubuh polos Mitsuki.
"Boruto, aku tidak ingin membahas ini, tapi tadi saat dipertarungan mata kananmu menyala-nyala.."
"Oh itu. Paman Sasuke bilang itu adalah mata Jougan. Dan seharusnya aku tidak menceritakan hal ini pada orang lain, Mitsuki."
"A-Ahh.. Ma-Maaf. Aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu."
"Tidak apa. Dan Mitsuki, kenapa kau selalu melindungiku? Padahal suwaktu dulu saat kita belum berteman, aku selalu membully-mu. Apa kau tidak merasa sakit hati atau apa?"
Memang benar jika diingat kembali. Saat ketika Boruto belum berteman dengan Mitsuki ia selalu membully-nya. Bahkan sampai sekarang, Boruto lupa meminta maaf kepada Mitsuki yang waktu itu ia bully.
Entah itu lupa atau ia sengaja melupakannya, Boruto pun tidak tahu hal itu pasti.
"Karena kau Matahari-ku, Boruto." Balas Mitsuki yang lagi-lagi ditemani senyumannya.
Boruto melepaskan dekapannya dari Mitsuki dan ia pun berdiri. Ia melirikan matanya ke arah Matahari, berusaha untuk mengerti apa yang dibicarakan oleh Mitsuki.
"Aku tidak mengerti, Mitsuki." Boruto menyerah dengan perkataan Mitsuki yang bisa menenggelamkan otaknya.
"Suatu hari nanti kau pasti akan mengerti Boruto. Jadi bersabarlah hingga waktu itu tiba."
Boruto hanya diam, ia lagi-lagi tidak bisa membalas ucapan Mitsuki.
***
Dari kejauhan terlihat dua orang sedang berjalan ke arah Boruto dan Mitsuki berada. Yang satu terus cengar-cengir tidak jelas, tapi yang satu lagi terus menundukan kepalanya.
"Oi! Shikadai! Darimana saja kau?!." Teriak Boruto sembari melambai-lambaikan tangan kanannya.
Boruto pun melangkahkan kakinya, dan mendekati tempat Shikadai berada. Sementara itu seseorang yang berada disamping Shikadai hanya bisa menunduk saja. Entah apa yang tadi dilakukan Shikadai di Hutan yang sepi hingga membuat sesosok Inojin harus selalu menunduk.
Boruto menolehkan pandangannya ke arah samping Shikadai, "Inojin, Kau kenapa? Wajahmu merah tuh."
"Diam kau. Aku tidak apa, mungkin tadi aku tidak sengaja digigit elang." Ternyata Inojin tidak pintar membuat sebuah alasan.
Shikadai tertawa kecil, "Elang mana yang bisa menggigitmu, Inojin?." Sindir Shikadai.
"Ta-Tadi saat aku berjalan tiba-tiba saja seekor Ular memanggil Hujan lalu Upin turun mencari Apin dan- dan- Arghhhh!!! Aku menyerah!!."
Boruto dan Shikadai tertawa renyah, menyaksikan seorang Inojin yang terbata-bata menceritakan sebuah cerita entah itu Putri Salju, Putri Duyung, atau pun Putri Indonesia. Mereka juga tidak tahu.
"Sudahlah! Aku akan memeriksa keadaan Mitsuki dulu. Bye!" Seru Inojin meninggalkan Boruto dan Shikadai dibelakangnya, ia berjalan menghamipiri Mitsuki yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.