⚠️18- HARAP MUNDUR!⚠️
***
Dia mulai menggerakan kedua jarinya di dalam lubang. Terus menggerakkannya, hingga jari Boruto menyentuh titik yang membuatku merasa aneh.
"AHH. B-boruto-kun, jangan disana.., AhH."
"Disini.., Mitsuki?" Tanyanya dengan suara yang berat.
Boruto semakin memperdalam jarinya, dan dia juga malah menambah kecepatan gerakan jarinya.
"Boruto.. Ahh.."
Boruto terus menatapku. Matanya menyayu seperti sedang menahan sesuatu yang jika dilepaskan akan mengakibatkan sesuatu yang entah seperti apa.
Ah, aku sudah tidak kuat lagi.
"AHH~"
Aku pun mengeluarkan cairan putih untuk yang kedua kalinya. Setelah beberapa detik berlalu, Boruto dengan cepat mengangkat kedua pahaku dan membuka selangkangan kakiku, membuat kakiku melontar keatas dan melingkar di perutnya.
Dia memajukan sedikit badannya.
Hei, tunggu, inikan-
"AHHH!!! Sa-Sakitt!!"
Dia memasukan batang perkasanya itu dengan sekali hentakan, sontak membuat semua kelenjar tubuhku bergetar hebat karena kesakitan.
"Maaf, Mitsuki.."
Dia membisikan kalimat itu tepat di telinga sensitifku. Nafasnya terus-menerus berderu di tengkukku. Perlahan Boruto mulai bergerak di dalamku.
"Emnn.."
Aku berusaha menahan suara desahan. Tapi dia semakin cepat bergerak dalam memaju-mundurkan milik-nya.
"Ahh.. Ah.."
Dia terus menumbuk bagian yang membuatku merasa aneh. Aku sempat melawannya, tapi Boruto dengan cepat memegang kedua tanganku dan alhasil aku semakin sulit untuk melawannya.
"AHH~ L-lebih.."
Tunggu, apa yang kukatakan?
Setelah mendengar perkataanku barusan, tanpa aba-aba lagi Boruto semakin memperdalam milik-nya, dan dia juga semakin mempercepat tempo tumbukannya.
Kudongkakkan kepalaku kebelakang dan kulepaskan tanganku dari genggaman Boruto lalu mengalungkannya dilehernya yang kini bercucuran peluh.
Kutatap Boruto dengan mata sayuku, dia pun kembali menatap tatapanku.
Suara becek yang dihasilkan dari persenggamaan dengan Boruto, suara ranjang yang cekeketan, dan suara desahan memenuhi kamar apartmenku.
"B-berhenti.. AHh, aku tidak bisa.."
Aku bisa saja terbang jika terus begini.
Boruto semakin dan semakin memperdalam milik-nya, dia juga semakin mempercepat tumbukkannya, membuatku semakin ingin terbang. Lalu dengan keadaan yang masih setia menusuk lubangku, Boruto dengan penuh nafsu melahap putingku.
Oh, jangan lupakan dengan leherku yang dipenuhi dengan bekas kissmark-nya.
"Mitsuki. Kau sangat nikmat." Boruto menggeram rendah tepat ditelinga sensitifku.
"BORUTO! AHH~ Terlalu dalamhh.."
Boruto dengan nafsunya yang membara, terus menusuk dinding-dinding prostatku di bagian yang membuat sekujur tubuhku bergetar hebat. Gerakannya yang membabi buta dan liar itu membuatku benar-benar kewalahan.
"Mitsuki.., Aku mencintaimu."
Aku juga mencintaimu, Boruto.
Dan karena itulah aku memutuskan untuk melindungi nyawamu.
Aku memutuskan hal ini, disini, dilubuk hatiku yang teramat dalam. Aku akan pergi ke tempat itu lagi, Boruto.
"AHHH~"
Cairanku keluar, mengotori perut berotot milik Boruto. Sedangkan cairannya melebur didalamku. Rasanya begitu panas dan penuh. Milik Boruto. Apa dengan begini aku sudah menjadi milik Boruto?
"Mitsuki.."
Dia tersenyum sembari meneteskan air mata hangatnya. Kemudian Boruto menjatuhkan badannya diatas dadaku kemudian bergerank ke sampingku.
Aku bisa merasakan nafasnya yang tersenggal-senggal didadaku, aku juga bisa merasakan debaran jantung Boruto.
Aku juga tidak tahu jika berhubungan dengan sesama jenis akan senikmat ini. Entah itu karena ada perasaan dihati kita masing-masing atau karena aku yang terlalu melebih-lebihkan hal ini. Sudah kubilang, aku juga tidak tahu.
Tapi percayalah, aku akan selalu melindungimu, Boruto. Meskipun nyawaku yang akan menjadi taruhannya.
Mitsuki POV End
***
Dipagi yang cerah itu, matahari mulai mengusik mimpi orang-orang dengan cara menyinarkan sinarnya. Terlihat jelas sekali ditempat gelap dan dingin itu, seorang pria tanpa secuil busana apa pun ditubuhnya.
Ingat, hanya seorang.
Orang itu perlahan mulai membuka kelopak matanya yang bermanik biru. Ia mendudukan dirinya sendiri, sekilas ia mulai meratapi dan merenungi dirinya sendiri.
Mencoba mencerna apa yang akan terjadi. Seketika renungan dan lamunan itu terpecah saat ia mencari seseorang yang kemarin bersamanya.
Ia meraba-raba sekitarnya, mencari sesosok surai salju. Ketika ia tersadar jika orang yang ia cari tidak berada ditempat itu. Dengan cepat ia menarik selimut dan mengikatnya di pinggangnya.
"Mitsuki!"
Ia bangun dari duduknya dan mendirikan dirinya sendiri dengan kasar. "Mitsuki! Kau dimana?!"
Ia terus mencari sesosok surai salju itu. Tapi entah sekeras apapun ia mencoba mencarinya, sosok surai salju itu sama sekali tidak menampakkan dirinya.
"Mitsuki," ia menggigiti kuku jarinya sendiri, seakan dirinya sudah benar-benar sangat gelisah.
Kegelisahan itu terpecah sesaat ketika ia melihat selembar kertas putih yang berada disisi ranjang sang surai salju yang kini tengah ia cari.
Dengan cepat ia pun mengambil selembar kertas putih itu, ia kembali mendudukan dirinya dipinggir ranjang. Ia berusaha berfokus pada selembar kertas putih itu, dan ia menyesal karena terlalu fokus dengan lembar kertas itu.
Boruto, kau sudah bangun?
Untuk yang semalam, tolong jangan pernah lupakan kejadian itu ya. Dan terimakasih karena telah mencintaiku. Aku terima ungkapanmu itu.Aku pamit,
Em.. dan satu hal lagi, jangan mencariku.
Mitsuki.
"Dia meninggalkanku, ya..? Gumamnya.
"Suratmu menggelikan, Mitsuki."
"Lelucon seperti apa lagi ini, Mitsuki?"
"Kau, kau, haha.."
Ia mengacak-ngacak rambutnya sendiri, ia menggaruk telinganya, ia tersenyum, lalu ia tertawa,
Dan kemudian ia menangis.
T
B
C