Ah. Sudah 6 tahun berlalu semenjak kejadian itu. Desa Konoha kini sangat aman dan damai. Tidak ada lagi kata permasalahan atau konflik, ya walaupun ada beberapa kasus kecil tapi itu sama sekali tidak mengganggu.
Permasalahan kecil seperti, mencari hadiah untuk acara pernikahan seorang teman.
"Ah! Aku benar-benar tidak tahu apa yang diinginkan Mitsuki. Bagaimana ini Shikadai?"
Shikadai yang sedang melihat-lihat beberapa barang di toko berdehem panjang seraya menanggu dagunya sendiri.
"Apa Mitsuki menyukai buku, Inojin?"
Inojin menggeleng, "Jangan memberikan sesuatu yang membosankan Shikadai."
"Untuk menambah ilmu."
"Terserah kau saja."
"Jangan marah begitu. Ngomong-ngomong, aku tahu apa yang Mitsuki sukai. Mau tahu tidak?"
"Apa itu?"
"Boruto."
"SHIKADAIIII!"
Inojin benar-benar lelah dengan pasangannya ini. Sangat tidak berperike-inojin-an sama sekali, bisanya hanya memainkan darah Inojin menjadi naik-turun saja.
***
"B-boruto.. AH, chotto.."
"Sst. Diamlah Mitsuki, satu rounde saja."
Ah! Mitsuki sangat lelah. Padahal tadi dirinya dan Boruto sudah melakukan kegiatan tersebut semalaman. Tapi mengapa Boruto memintanya lagi sekarang?
"AHh..,"
Boruto menyeringai licik. Ia dengan gemas mengemut bagian kanan puting Mitsuki dengan rakus, sedangkan bagian lainnya dimainkan oleh jari-jari panjangnya tersebut.
"S-sudah! AHh~ Aku lelahh.."
Seakan tuli, Boruto tidak mendengarkan satu kata pun yang Mitsuki ucapkan. Kemudian tangannya beralih pada bagian bawah. Boruto melihatnya sekejap, lalu ia bangkit dari ranjang dan berdiri di samping ranjang.
Mitsuki yang masih lemas menoleh keheranan. Kali ini apa yang akan dilakukan oleh si Boruto mesum ini?
"Hisap penisku."
Jalaran merah muda itu semakin pekat. Dengan malu-malu, Mitsuki meraih penis besar yang sudah tegak tersebut. Ia menatap Boruto sebentar lalu kembali menatap si junior.
Menjilat.
Megusap.
Mengulup.
"Agh. Sial. Mitsuki, kau nikmat sekali."
Boruto mengusap pucuk rambut Mitsuki. Meskipun junior Boruto tidak masuk semuanya di dalam mulut Mitsuki, tapi penetrasi yang dilakukan Mitsuki sangat handal.
Seakan sudah terbiasa dengan semua ini.
Dirasanya junior Boruto yang semakin membesar, Mitsuki menjauhkan dirinya. Akan tetapi Boruto menahan kepala Mitsuki dan kembali memasukan si junior ke dalam mulut manis itu.
"Minum, sayang."
Splurt.
Manik emas Mitsuki membelalak. Ia mengangguk lemas seraya menelan cairan kental yang asin itu, kemudian menatap Boruto dengan nafas tidak teratur.
"Sialan, kau begitu menggiurkan, Mitsuki."
Tidak lama setelahnya, keduanya melakukan adegan pemersatuan pedang lagi. Dari berbagai posisi, dimulai dari duduk, berdiri, mengangkang, serta menungging.