sorry for typo
.
.
.
Shikadai Nara POV.
"Aku berangkat!" Pamitku kepada orangtua kesayanganku.
"Hati-hati dan langsung pulang. Jika tidak kau akan kubunuh!" Ancam ibuku sembari membawa pisau dapur ditangannya.
"Hei, hei, sabarlah sayang." Kata Ayah memaparkan senyum paksaan diwajah tuanya.
Dengan rasa acuh aku pun berangkat ke Academy. Tidak sengaja dijalan aku melihat Inojin sedang berada di toko mainan. Karena penasaran akan Inojin, aku pun berfikir untuk menghampiri dan menyapanya.
"Yo! Inojin!" Sapa ku sembari melambaikan tangan kanan ku.
"He-Hee, Shikadai? Apa yang kau lakukan disini?" Kata Inojin lalu memiringkan kepala.
"Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau ada ditoko mainan?"
Inojin diam dan menunjuk,
Oh, ternyata itu.
Inojin sedang mencari kuas yang pas untuk alat lukisnya. Tapi kenapa harus ditoko mainan? Astaga Inojin.
"Bagaimana kalau yang ini?" Aku menunjuk salah satu kuas. Dan dengan cepat kuambil kuas itu lalu memperlihatkannya pada Inojin.
"Hmm.. Bagus. Paman! Yang ini berapa?"
***
Selesai membeli Kuas ditoko mainan aku dan Inojin pun bergegas menuju academy. aku kira ini akan seperti kencan, tapi tidak. Setelah keluar dari toko tersebut aku dan Inojin tidak sengaja berpapasan dengan Choucho yang diekori Sarada.
"Shikadai!" Sapa Choucho sembari berjalan menghampiri tempatku dan Inojin berada saat ini
(btw disini Lin pake Choucho mode langsing)
"He? Apa yang kalian berdua lakukan disini? Apa kalian kencan?" Kata Choucho dengan penuh nafsu. Yah, dia fujoshi.
Inojin memelak perutnya, "Bukan begitu Choucho, dasar bodoh. Tadi kami berdua tidak sengaja bertemu didepan toko kuas dan Shikadai membantuku memilihkan kuas. Tidak ada yang spesial sama sekali."
Tidak ada yang spesial sama sekali.
Hatiku seketika dihancurkan begitu saja oleh seorang Inojin Yamanaka. Hei, apakah benar jika aku bersungguh-sungguh mencintai Inojin?
"Hee? Kalian tidak berpacarankan?" Tanya Sarada sembari membenarkan kacamata merahnya.
"Apakau waras? Tentu saja kami tidak berpacaran." Kata Inojin dengan tenang, "Lagi pula kenapa laki-laki dan laki-laki harus berpacaran? Lebih baik aku bersama Himawari."
Shikadai POV End
***
Shikadai terkejut. Matanya membulat. Hatinya hancur bak sebuah gelas yang dilemparkan ke tanah. Bibirnya membeku. Pikirannya seketika berhenti bergeming.
Mungkin Inojin berfikir bahwa jika laki-laki berpacaran lagi dengan laki-laki lain maka itu tidak waras. Tapi berbeda halnya dengan pendapat Shikadai. Atau mungkin Inojin juga mencintai Shikadai?
Suasana seketika hening. Angin berhembus kencang, burung-burung berhenti berkicau. Mereka berempat sampai di Academy dengan selamat.
Dari kejauhan terlihat Moegi yang sedang menghampiri tempat Shikadai dan teman-temannya berada.