30

1.7K 129 3
                                    

Hahaoooooooo

"Eungg,"Arka mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam Indra penglihatannya, penglihatannya sedikit silau tapi itu tidak lama hanya beberapa saat saja.

"Hey Ar Lo udah sadar?mana yang sakit?,"meski matanya masih agak buram tapi Arka tau siapa yang bertanya itu.

"Lebay Lo,"lirih Arka.

Merasa ada yang aneh di area wajahnya tangan Arkapun meraba area wajahnya dan benar saja, di sama sudah terpasang apik masker oksigen.

Dengan pelan Arka membuka masker itu dibantu oleh Jek.

"Enggak gue nanya serius punggung Lo masih sakit gak?, dada Lo masuk sesek gak, kalo masih sesek kita ke rumah sakit aja, gue takut terjadi sesuatu sama lo,"Arka menggelengkan kepalanya lemah.

"Jek,"

"Hah?apa?Lo mau apa?Lo mau minum gak?,"Arka hanya menggelengkan kepalanya.

"Anterin gue pulang,"lirik Arka

"Gimana pih?,"tentu saja Jek meminta persetujuan dari sang ayah dan kakaknya.

"Kita pulang aja lagian ini udah hampir magrib,"meendengar ucapan Galih, Arka langsung duduk meskipun tubuhnya masih agak lemas tapi demi pulang ke rumah apa sih yang ngga.

"Ya udah kita pulang aja, Nathan siapkan mobil,"saat digendong pun arka hanya diam.

Saat mereka di lorong tak ssngaja mereka bertemu dengan arga and the geng. (upsss maaf maksudnya arga beserta bodigart nya ya).

"Mau di bawa kemana dia?,"tanya Arga.

"Maaf tuan saya mau membawa Arka kerumah saya saja, kebetulan saya tidak tau rumahnya dimana."jawab Gelih dengan sopan karna orang yang di hadapnnya ini adalah orang yang dulu mengontraknya menjadi dokter pribadi keluarga Galih.

"Biarkan saya yang membawanya pulang,"

"Tapi--,"

"Ini ulah cucu ku jadi aku yang harus bertanggung jawab, berikan dia kepadaku,"Arga merentangkan tanganya ingin memangku Arka, tapi Galih berfikir sejenak.

"Sebaiknya tak usah pak biar saya saj---,"

"Apa kau mau membantahku?,"

"Baiklah tapi saya titip dia,"dengan terpaksa Galih menberikan Arka ke pelukan Arga, begitupun dengan Jek yang memberikan tabung itu ke salah satu pengawal Arga.

Galih dan Jek hanya mempu memandangi punggung Arga yang mulai menghilang di pengkolan lorong.

"Hahhh....,"helaan nafas terdengar dari Jek.

"Tenanglah semoga dengan ini salah satu keinginan arka dapat terwujud,"Galih menepuk pelan pundak anaknya menyalurkan kekuatan. Dan dibalas dengan anggukan oleh Jek. Sekarang dia harus belajar ikhlas dan tidak egois.

_____

Mobil mewah yang ditumpangi oleh Arga kini sudah sampai di depan mansion, sejak perjalanan tadi Arga tek melepaskan gendongan Arka sama sekali.

"Loh opa ini anak siapa kenapa kamu bawa kesini, bagaimana kalo dia musuh kita?,"tanya seorang wanita yang kelihatan awet muda langsung mengintrogasi suaminya ini dengan berbagai macam pertanyaan.

"Kamu tenang aja, dia hanya siswa di sekolah kita, dan untuk alasan kenapa Opa bawa dia kesini, ini salah cucu mu yang tak mau kalah dengan dia, dia sudah bermain curang,"ucap Arga sambil berjalan ke salah satu kamar di lantai 5, ya jangan heran karna mansion ini bertingkat 5, sangat jarang ada orang yang masuk ke lantai 5 ini terutama keturunannya. kecuali dia. Tapi entah kenapa kali ini Arga ingin sekali membawa Arka ke lantai itu.

"Kenapa kamu bawa dia ke kamar ini?,"tanya Oma. ya jelaslah Oma ini sangat heran dengan suaminya ini. Dia membawa Arka ke kamar sebelah kamar mereka.

"Tenanglah sedikit, dia tak akan melakukan apa apa, bahkan untuk membuka mata saja ia tak mempu,"

"Emangnya cucuku melakukan apa padanya, sampe sampe kamu bawa dia kesini, apa dia melakukan hal yang sangat patal?,"Arga menatap wajah Arka dengan lekat.

"Kamu lihatlah anak ini, wajahnya sangat mirip dengan anak kita y
Ya,"Oma kembali menatap Arka, dia mendekat ke arah Arka duduk di ujung ranjang menatap lekat wajah Arka.

"Iya dia sangat mirip dengan anak kita,"tangan Oma mulai mengelus rambut lepek Arka.

"Apa kamu tau siapa orangtuanya?,"

"Dia begitu cerdas, tak ada seorangpun dari bawahanku yang menemukan identitasnya, tapi dia pernah bilang jika kedua orangtuanya sudah meninggal,"

"Lalu tinggal di mana dia sekarang, apa dia mempunyai kerabat di sini,"tanya Oma meski pandangan dan tangannya masih fokus memandangi wajah Arka.

"Dia tinggal bersama majikan orangtuanya dulu,"

"Apa dia tak akan keberatan jika dia kita angkat sebagai cucu kita?,"

"Apa maksudmu?,"

"Tak apa lupakan saja ucapan ku, lebih baik kau mandi sana biar dia jadi urusan ku,"

"Baiklah kalo itu maumu,"

Holalalalalalalalala

Wkwkwkwk

ARKANA PRAWIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang