32

1.5K 135 2
                                    

Melihat rotan itu Arka menjadi teringat kepada sayang ayah yang sering memukulinya dengan benda yang mirip dengan itu.

Tubuhnya bergetar, bayangan putus-putus terlintas di otak Arka, keringan dingin mulai bercucuran. Arka ketakutan saat ini, matanya terus berputar pencari seseorang yang bisa membantu Arka tapi di ruangan ini hanya ada dirinya seorang, Arka semakin ketakutan dengan suara aneh yang masuk kedalam Indra pendengaran nya, suara tangisan, pukulan, cambukan, dan suara yang terus memanggil namanya.

Arka terus mencari siapa dan darimana suara itu berasal tapi nihil Arka tak menemukan siapapun.

"Gak arka gak mau, gak jangan,"Arka menggelengkan kepalanya, tiba tiba keringat membasahi tubuhnya ia menggenggam erat apa yang ada disekitarnya karena hanya itu, disini tak ada orang tapi kenapa banyak orang yang terus memanggilnya, nafasnyapun tak teratur sesuai dengan irama.

"Baby kamu kenapa hey liat Oma baby, baby sadar, ini Oma sayang,"Oma yang baru menyadari itu dengan cepat dia menepuk nepuk pipi Arka, mencoba menyadarkan Arka dari lamunannya.

"Gak, jangan,AAAAAAAA!!!!!"arka berteriak histeris, menjambak rambutnya sendiri, menangis, meringkuk seperti bayi dalam kandungan.

"Tolong, tolong Arka, Arka sendirian tolong, Arka takut, pergi... Pergi... Jangan hiks..."Arka terus saja mengucapkan itu, dia takut sendirian padahal disini banyak orang.

"Apa yang kamu lakukan!!"oma menatap arga

"Dokter bagaimana ini?kenapa cucuku jadi gini"

"Arka, sadar ini Oma nak, buka mata mu, kamu gak sendirian di sini banyak orang,"Oma mencoba menepuk nepuk pelan pipi Arka namun anak itu malah semakin memejamkan matanya.

"Gak Arka gak mau jangan sakiti Arka hiks.... Arka. Arka gak nakal hikss.. maafin Arka sakitttt hiksss hiksss"lirih Arka.

"Sepertinya Arka mengalami truma masa lalunya yang sangat parah"jelas dokter itu membuat oma menutup mulutnya.

Bagaimana bisa anak selucu Arka bisa mempunyai masa lalu yang bisa membuat Arka mempunyai truma separah ini, mengeluh sakit, menangis, dan Arka Arka takut sendirian.

"Arka Arka liat oma nak liat oma"oma memegang kedua pupi Arka, namun bukannya membuka mata Arka malah semakin menangis dan mengeratkan matanya menjambak rambutnya kuat-kuat.

"Buka matamu liat oma"pintah oma, dan Arka hanya menggeleng.

"Arka takut mih, to....tolongin Arka mamii hiks...,"tak kuasa menahan air matanya, oma membawa Arka kedalam pelukan hangatnya. Hati seorang ibu mana yang tega melihat anaknya seperti ini.

"Sssttt jangan takut sayang ada Oma yang jagain Arka"Oma mengusap usap punggung Arka dengan lembut, beberapa menit kemudian, tangisan Arka sudah mulai mereda hanya saja arka masih sesegukan.

Saat elusan itu makin kebawah oma merasakan ada yang anah dengan punggung arka seperti ada yang mengganjal tapi ia tak tau apa itu, ia terus merabanya hingga arka mengeluh sakit.

"Sakit. jangan pegang itu,"lirih Arka.

"Maaf oma gak sengaja,"Oma memindahkan elusannya lagi ke bagian kepala Arka.

"Udah yah sekarang arka makan terus minum obatnya aja yah, oma gak bakalan maksa Arka buat di periksa tapi makan yah nak?,"akhirnya dengan segala bujukan Arka mau makan.

"mana mulutnya coba oma pengan liat,"Arka melepas pelukannya, sebelum menyantap makananya Arka melihat ke sekelilingnya kamar ini, ternyata banyak orang tapi kenapa tadi dia tak melihat siapapun ah sungguh menganehkan,

Arka juga melihat ke arah tangan Arga, rotantak ada lagi, tapi mata Arka tertuju pada salah satu dari mereka yang memegang hidungnya dengan tisyu.

Sekarang Arka merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan tadi, seharusnya dia tidak melakukan itu tapi ya sudah lah udah terjadi ini.

"Maaf,"Arka menundukkan kepalanya.

"Gak papa tuan ini cuma luka kecil, lebih baik tuan makan saja tak usah memikirkan saya,"ucap Ren dengan sopan.

"Nih makan buburnya,"satu suapan berhasilmasuk kedalam mumut Arka meskipun bubur itu agak hambar tapi Arka harus memakannya kalo tidak nanti mereka malah menakut-nakutinya lagi.

Setengah bubur sudah masuk lima sendok kedalam perutnya Arka tak ingin lagi menambah dia hanya menggelengkan kepalanya.

"Sekarang Oma mau paksa kamu minum obatnya,"mata Arka membulat melihat apa yang ada di tangan Omanya, tadi kan perjanjiannya dia hanya makan tidak dengan minum obat lalu apa ini kenapa mereka membohongi Arka.

"Gak Arka mau pulang sekarang,"bantah Ada.

"Hay apakah kamu mau Opa bawa lagi benda itu,"ancam Arga sambil duduk di sebelah Arka, dia mengunci pergeraka Arka sehingga Arka tak bisa kemana mana.

"Berikan yang sirup saja,"pintah opa dan sangdokter langsung memberikannya menggunakan alat untuk pemberian obat kepada bayi/pipet bayi.

"Berikan yang sirup saja,"pintah opa dan sangdokter langsung memberikannya menggunakan alat untuk pemberian obat kepada bayi/pipet bayi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buka mulutnya,"

"Ayo Arka  buka mulutnya,"tanpa segan segan Oma mencekal dagu Arka menggunakan satu tangan, sehingga mukut Arka terbuka sedikit. Mulut arka terbuka, tapi Opa masih tak bisa memberikan obat itu kana Arka masih saja memberontak kakinya ia gunakan untuk menendang apa saja seperti tadi.

"Ren pegangi kakinya,"

"Mmnffffppppmmmmm,"saat alat itu akan masuk, tiba tiba ada yang memberi tau jika ada tamu yang ingin bertemu dengan Arka.

"Suruh masuk."

Clekk

"Eeeeeeemmhhhhhh."

"Sayang,"

Hadehhhhhhhh

Papay udah dulu ya

Makasih buat yang udah vote :)

ARKANA PRAWIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang