43

1.2K 112 11
                                    

Semuanya bergeming tak ada satupun yang membuka pembicaraan, tubuh Yulia menegang seketika mendengar perkataan yang lolos dari mulut anak bungsunya itu. Sejahat itukah mereka kepada anak bungsunya.

"Kenapa diam? Arka gak minta apa apa kok, Arka gak minta mobil tiap taun, Arka gak minta uang jajan di tambah, Arka gak pernah minta kamar yang bagus, pasilitas yang lengkap, tapi Arka cuma minta kalian bunuh Arka, bukannya kalian bakalan senang jika Saya mati?, Kalo kalian senang saya juga senang, ayo lakukan itu, saya jadi tidak sabar."pipi Arka sudah basah oleh air matanya, tapi dia masih bisa tersenyum merentangkan tangannya memberikan peluang untuk mereka membunuh Arka.

"Kalian tau, Arka iri sama kakak karena dia selalu mendapatkan apa yang dia mau sedangkan Arka apa yah bun? makan aja Arka harus kerja dulu."

"Bunda. kenapa waktu bunda ngandung saya, saya gak di gugurin aja bunda kan bilang kalo bunda gak Sudi buat mengandung saya? apa alasan bunda untuk mempertahankan kandungan bunda?selain bunda kasihan kepada saya?."Yulia yang ditanya hanya diam mematung menitihkan air matanya. Dia baru kali ini mendengar Arka menyebut namanya sendiri dengan 'saya' biasanya anak itu selalu memanggil namanya sendiri bukan seperti ini.

"Ayah. Kata orang Ayah adalah seorang panutan bagi anaknya. sekarang Arka mau nanya sama Ayah sebelum Arka mati. kenapa ayah selalu membedakan Arka sama kakak? kenapa ayah lebih mengistimewakan kakak di banding anak bungsu ayah?." Semuanya diam tak bergeming hanya terdengar suara isak tangis dari Arka yang mencoba di tutupi dengan tawa.

"Kenapa kalian diam?,"

"Kenapa?,"

"KENAPA KALIAN DIAM GUE NANYA ANJING!!," Hilang sudah rasa hormat Arka kepada yang lebih tua, dia lelah dengan semua ini, dia ingin menyerah tapi takdir terus menahannya untuk tidak menyerah.

"DASAR ANAK KURANG AJAR!!," Yuda menggeram emosi.

Bugg
Bugg
Bugg

Suara pukulan menggema di salah satu ruangan yang sempit ini Yuda terus saja membabi buta, dia terus memukuli tubuh Arka tanpa ada rasa kasihan sama sekali, bahkan Arka tidak melawan sama sekali anak itu hanya tersenyum melihat sang bunda yang masih diam tanpa berniat membantunya.

Bugg

"Akhh"

"DIAM!! KAMU PANTAS MENDAPATKAN INI ANAK SIALAN, DASAR ANAK GAK TAU SOPAN SANTUN, MEMALUKAN, BISANYA CUMA MENYUSAHKAN SAJA!!,"Yuda terus memukuli tubuh Arka tanpa henti sampai Arka terbatuk dan muntah darah pun Yuda masih memukuli tubuh Arka.

Hingga beberapa menit berlalu, Yuda menyudahi aksinya, nafasnya terlihat ngos-ngosan tangan dan bajunya terlihat bercak noda darah.

Dengan sekuat tenaga arka bangkit bajunya sudah banyak yang sobek, pelipisnya berdarah keadaan tempat arka sudah amburadul baju yang cuma beberapa pasangpun berserakan di sana di sini, namun lihat lah anak itu masih bisa tersenyum.

"Hah, sepertinya anda masih merasa kasihan sama saya sampai sampai anda enggan menghabisi saya. cih!, Pengecut "helaan nafas Arka terdengar meski tubuhya merasa remuk tapi dia masih bisa berdiri membuka baju yang ia pakain dan memungut baju baju lepek miliknya.

Yuda hanya melihat pergerakan Arka yang memungut bajunya dan memasukan ke dalam kardus, Yuda melihat perban yang melilit di bagian dada dan setengah perut belakangnya  itu sudah mulai melepas dari tempatnya sehingga menampakan luka jahitan di sana,dan sudah banyak sekali luka goresan yang memburu disana. Kalo bisa jujur Yuda sangat merasa kasihan kepada anaknya ini tapi egonya membuat dia membuang jauh rasa kasihan itu.

Merasa ada yang mengganggu di dalam bajunya Arkapun membuka bajunya dan melepas perban yang melilit di tubuhnya, dia tak peduli luka itu terlihat jelas oleh semua orang, luka lembam, luka jahitan yang masih basah, dan yang paling mengerikan banyak sekali luka cambukan di sekujur tubuh anak itu.

ARKANA PRAWIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang